Perkembangan Kepribadian Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan

g. Masa remaja sebagai ambang masa depan Remaja yang mampu membawa diri secara positif, tidak terpengaruh oleh pergaulan yang negatif, maka konsep diri akan positif. Tetapi jika remaja cenderung terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang buruk, maka konsep dirinya dapat terpengaruh menjadi negatif.

B. Perkembangan Kepribadian

Hurlock 2002 menyatakan bahwa teman-teman sebaya turut mempengaruhi pola kepribadian remaja; kreativitas dalam bermain dan dalam melaksanakan tugas-tugas akademis dapat mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang memberikan pengaruh positif pada konsep dirinya. Jika cita-cita remaja realistik sesuai kemampuannya maka dia akan lebih banyak mengalami keberhasilan. Ini menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasaan diri yang lebih besar untuk konsep dirinya menjadi positif. Pada awal masa remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Banyak remaja menggunakan standar kelompok se bagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian “ideal” sebagaimana mereka menilai kepribadiannya sendiri. Pengembangan kepribadian merupakan tugas yang sulit. Pola kepribadian sudah dibentuk mulai masa kanak-kanak. Konsep diri akan terus berkembang sampai akhirnya menjadi relatif stabil. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Konsep Diri

1. Arti Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan atau gambaran diri seorang individu secara menyeluruh dan sikap seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan orang tentang dirinya sendiri meliputi: karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi, motivasi diri, kekuatan-kekuatan, dan kelemahaan yang ada pada dirinya sendiri. Konsep diri ini adalah inti dari kepribadian individu. Menurut Hurlock 2002:58, konsep diri merupakan gambaran orang tentang dirinya. Menurut Burns 1993:70 dalam konsep diri ada elemen deskriptif dan elemen evaluasipenilaian. Burns merumuskannya sebagai berikut: Elemen deskriptif kerap disebut potret-diri atau gambaran diri. Elemen evaluatif sering disebut penghargaan-diri, rasa harga diri, nilai-diri, atau penerimaan-diri. Konsep diri meliputi semua keyakinan dan penilaian anda tentang diri anda. Keyakinan gambaran-diri dan penilaian penghargaan-diri ini sesungguhnya bukan saja menentukan siapa anda dalam kenyataannya, tetapi juga menentukan siapa anda menurut pikiran anda, apa yang dapat anda lakukan menurut pikiran anda, dan anda dapat menjadi apa menurut pikiran anda.

2. Penggolongan konsep diri

Konsep diri dapat digolongkan menjadi dua yaitu konsep diri yang tinggi atau positif dan konsep diri rendah atau negatif. a. Konsep diri tinggi Konsep diri yang tinggi sinonim dengan konsep diri yang positif. Burns 1993:72 menyatakan bahwa konsep diri yang tinggi ialah keyakinan, pandangan, gambaran, dan penilaian tentang diri yang baik dan menyenangkan. Konsep diri yang tinggi menunjukkan adanya gambaran diri yang positif, harga diri yang tinggi, evaluasi diri yang positif, penghargaan diri yang positif, dan penerimaan diri yang positif. b. Konsep diri rendah Remaja dengan konsep diri yang rendah atau negatif biasanya berfikir tentang diri sendiri terutama dari segi negatif, dan sulit menentukan hal-hal yang pantas dihargai dalam dirinya. Hal ini terjadi antara lain karena pengaruh dari luar dirinya seperti orang tua, teman sebaya, guru, dan lingkungan sekitar. Jika orang tua, guru, dan teman sebaya cenderung merendahkan, meremehkan, dan mempermalukan, maka sikap remaja terhadap dirinya akan negatif. Remaja dengan konsep diri rendah atau negatif biasanya akan bersifat pasif dan tidak percaya diri, bahkan berpikir buruk mengenai dirinya sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Perkembangan Konsep Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Perkembangan konsep diri pertama kali diawali sejak masa kanak- kanak. Konsep diri seseorang berkembang melalui interaksi dengan keluarga, orang tua, dan lingkungan sekitarnya. Saat individu masuk ke jenjang pendidikan, dia berinteraksi dengan teman, guru, dan lingkungan di sekolah. Kualitas interaksi yang dialami turut berpengaruh besar terhadap perkembangan konsep diri seseorang. Perkembangan konsep diri pada masa kanak-kanak akan membentuk kepribadian remaja. Konsep diri remaja cenderung berubah-ubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang diperolehnya. Tetapi secara perlahan- lahan akan menjadi lebih stabil Hurlock, 2002: 245. Burns 1993: 206-209 mengatakan bahwa konsep diri siswa berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Kualitas konsep diri yang dibangun oleh siswa ditentukan oleh cara perlakuan yang diterimanya dari orang lain seperti orang tua, sanak saudara, teman sebaya, dan guru. Apabila pengalaman siswa diperlakukan secara baik, maka konsep dirinya akan positif. Sebaliknya, apabila sering memperoleh pengalaman-pengalaman yang negatif, maka siswa akan memiliki konsep diri yang negatif. Konsep diri dapat terus berkembang. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seperti yang diuraikan berikut ini Hurlock, 2002: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Usia Kematangan

Remaja yang pada usia tertentu matang lebih awal akan lebih mampu menjalankan peran sebagai orang dewasa dengan baik dan dapat mengembangkan konsep diri secara positif. Sedangkan remaja yang terlambat dalam perkembangannya dan masih diperlakukan seperti anak- anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Remaja akan cenderung menarik diri dari lingkungannya yang bersangkutan, sehingga konsep dirinya pun dapat menjadi negatif.

b. Penampilan diri

Pada masa remaja penampilan diri merupakan hal yang sangat penting. Penampilan diri yang berbeda dapat membuat remaja merasa rendah diri meskipun ada perbedaan yang menambah daya tarik masing- masing remaja. Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja antara lain perubahan dalam tinggi badan dan perubahan berat badan. Dalam hal perubahan tinggi badan anak laki-laki mengalami penambahan pertumbuhan selama 2 tahun lebih cepat pada masa kanak-kanak dibanding anak perempuan. Karena itu anak perempuan kelihatan lebih pendek dibanding dengan anak laki-laki. Pada masa remaja berat badan juga akan mengalami perubahan yang cukup signifikan, baik berkurang ataupun bertambahnya berat badan. Peningkatan berat badan dapat terjadi lebih mudah karena diet dan gaya hidup. Remaja juga mengalami perubahan seksual. Perubahan ini ditandai dengan perubahan seks primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin primer laki-laki antara lain mimpi basah, sedangkan ciri-ciri kelamin primer pada perempuan antara lain menstruasi. Ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki antara lain tumbuhnya kumis, janggut, jakun, suara berat,tumbuh bulu halus pada tubuh, sedangkan ciri-ciri kelamin sekunder perempuan antara lain pinggul membesar, bahu melebar dan tumbuh bulu di ketiak. Daya tarik fisik yang positif akan menimbulkan penilaian yang menyenangkan yang akan menambah dukungan sosial dan kepercayaan diri, sehingga akan terbentuk konsep diri yang positif. Sedangkan jika seorang individu merasa tidak menarik secara fisik, dia dapat menarik diri dari lingkungannya, dan konsep dirinya pun dapat terpengaruh secara positif.

c. Kepatutan Seks

Kepatutan seks menunjuk pada cara pandang remaja mengenai seksualitasya sejalan dengan jenis informasi mengenai seks yang diterimanya. Cara pandang remaja mengenai kehidupan seks dapat diperoleh melalui media massa dan pendidikan seks dari orang tua. Media massa seperti surat kabar, televisi, dan media lainnya memiliki peran dalam memberikan informasi mengenai kehidupan seks. Peran orang tua sangat penting dalam memberikan pendidikan seks secara dini. Orang tua memberikan pemahaman mengenai kehidupan seks agar remaja tidak tabu terhadap kehidupan seksualitasnya dan dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menghindari dampak negatif dari kehidupan seksualitas. Jika individu memperoleh informasi yang tepat mengenai kehidupan seks, individu akan terbantu untuk mengembangkan konsep diri yang positif. d. Nama dan nama julukan Remaja terlalu peka dan malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberikan nama julukan yang bernada cemooh. Kuatnya perasaan remaja terhadap namanya dipengaruhi dua faktor yaitu seringnya nama digunakan dan kuatnya perasaan kurang senang dengan namanya. Semakin sering nama yang tidak disukai digunakan oleh orang lain semakin nama itu dapat berpengaruh negatif terhadap dirinya. Semakin kuat menyukai nama yang digunakan dalam interaksi sosialnya, semakin kuat pengaruhnya terhadap konsep diri. Sebaliknya jika remaja memiliki perasaan kurang senang terhadap namanya sendiri, maka remaja dapat merasa minder atau khawatir jika dicemooh temannya konsep dirinya pun dapat terpengaruh secara negatif.

e. Hubungan keluarga

Hubungan keluarga yang baik dipengaruhi oleh perlakuan positif dari orang tua terhadap anak, misalnya adil dalam memberikan perhatian dan kasih sayang. Perlakuan positif dari orang tua akan berpengaruh pada hubungan anggota keluarga yang lain. Hal ini akan membawa dampak positif terhadap pembentukan konsep diri remaja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ukuran keluarga juga menentukan kualitas hubungan antara anggota keluarga. Kalau suatu keluarga mempunyai jumlah anggota yang banyak misalnya, perhatian akan terbagi dan komunikasi dapat berkurang, sehingga remaja yang bersangkutan akan kurang mendapat kasih sayang dan perhatian secara maksimal. Keharmonisan keluarga akan terbangun apabila pola komunikasi di rumah baik. Remaja yang tinggal dalam keluarga yang selalu mengutamakan komunikasi antar anggota keluarga yang baik akan memperoleh pengaruh positif terhadap perkembangan konsep dirinya.

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya memberikan pengaruh pada konsep diri remaja. Konsep diri merupakan cermin dan anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya dan digunakan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya akan mempengaruhi pola perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari. Jika remaja mempunyai teman sebaya yang berpikir rasioanal dan positif, berperilaku poitif, dan bersikap membesarkan hati, maka remaja yang bersangkutan dapat memiliki konsep diri yang positif.

g. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan orang untuk mencipta yang ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi. Kreativitas merupakan kemampuan untuk meenciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan orang tua, waktu luang dan tersedianya fasilitas. Remaja yang sejak kanak-kanak kreatif dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Semakin remaja kreatif, semakin dia berprestasi, dan prestasinya akan dihargai dan diterima oleh orang lain, sehingga konsep dirinya pun menjadi positif.

h. Cita-cita

Menurut Hurlock 2002, cita-cita merupakan keinginan untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan sekarang. Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik dan mengalami kegagalan, maka akan timbul perasaan tidak mampu dan timbul konsep diri negatif. Berbeda dengan remaja yang realistik dalam cita-citanya, besar kemungkinan dia berhasil dan jika berhasil konsep dirinya akan positif. Jika remaja mempunyai cita-cita yang realistik dan sesuai dengan minat dan bakat, dia akan cenderung berhasil dan ini akan berpengaruh positif terhadap konsep dirinya. Kedelapan faktor tersebut yang peneliti jadikan dasar menyusun kisi-kisi alat. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dimaksudkan untuk mengungkap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pandangan, keyakinan, dan pikiran diri responden terhadap dirinya dalam masing-masing faktor tersebut.

4. Usaha-usaha untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

Menurut Sinurat 1991 ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh para pendidik khususnya konselor sekolah untuk mengembangkan konsep diri siswa yaitu: a. Menjadi konselor sekolah yang memiliki konsep diri yang positif, sehingga dapat membantu siswa mengembangkan konsep diri positif atau menjadi orang yang memiliki konsep diri positif. b. Menjadi konselor sekolah yang bersikap membesarkan hati siswa becoming a reinforcing person. c. Membantu siswa agar sadar akan segi-segi positifnya. d. Membantu siswa memenuhi kebutuhannya. e. Melakukan kegiatan atau latihan untuk mengembangkan konsep diri siswa.

D. Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan diartikan sebagai pemberian bantuan kepada individu agar individu yang bersangkutan semakin memahami dirinya, mengaktualisasikan potensinya dan mencapai perkembangan yang optimal. Kegiatan bimbingan di sekolah memusatkan pelayanannya pada peserta didik sebagai individu yang harus mengambangkan kepribadiannya. Siswa SMP sebagai remaja awal memang sangat memerlukan bimbingan, terutama dalam pengembangan konsep dirinya. Siswa SMP merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi semakin dewasa. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu membantu siswa dalam mengembangkan konsep dirinya, antara lain melalui kegiatan bimbingan klasikal. 2. Pengertian Bimbingan Klasikal Program bimbingan adalah suatu rangkaian topik yang direncanakan menjadi bahan bimbingan selama periode tertentu. Suatu program yang disusun berdasarkan kebutuhan para siswa, akan menjadi pegangan dalam pelaksanaan bimbingan. Menurut Winkel Sri Hastuti 2012 bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri. Pelayanan bimbingan klasikal dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan sejalan dengan program yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh pihak-pihak terkait. Bimbingan klasikal adalah suatu bimbingan yang diberikan kepada kelompok siswa yang tergabung dalam satu satuan kelas di tingkat tertentu pada suatu jenjang pendidikan, pada waktu yang ditetapkan dalam jadwal bimbingan Winkel dan Sri Hastuti, 2012: 545. Tujuan pelayanan bimbingan klasikal, yaitu supaya siswa yang dilayani mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak tergantung pada pendapat orang lain.

3. Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri

Peran bimbingan klasikal dalam mengembangkan konsep diri siswa sangatlah diperlukan. Program bimbingan klasikal yang disusun untuk mengembangkan konsep diri, dapat digunakan para guru untuk membantu siswa mengenali segi-segi positif yang ada dalam dirinya. Ada berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mengembangkan konsep dirinya. Fokusnya adalah membantu siswa menyadari hal-hal yang positif dalam dirinya.

E. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan

Puspita Sari 2013 mengadakan penelitian tentang konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 20122013 dan implikasinya pada usulan program bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 20122013 yang berjumlah 45 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: Tidak ada siswa 0 yang memiliki konsep diri yang sangat positif, tidak ada siswa 0 yang memiliki konsep diri yang positif, ada 12 siswa 26,7 yang memiliki konsep diri yang cukup positif, ada 29 siswa 64,4 yang memiliki konsep diri yang kurang positif, ada 4 siswa 8,89 yang memiliki konsep diri sangat kurang positif. Dari hasil penelitian ini, kesimpulannya bahwa konsep diri sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 20122013 kurang positif. 26

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metode penelitian, yaitu jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas intrumen, serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena peneliti ingin memperoleh gambaran tentang tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 20162017 dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Saverius 1 Sragen. Jalan Veteran No. 13, Mageru, Kecamatan Sragen, Kab. Sragen antara bulan Januari sampai dengan bulan Mei Akhir. Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Rabu, 26 April 2017 pukul 07.00 WIB.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 20162017, dengan jumlah 50 siswa. Kelas VII berjumlah 23 siswa dan kelas VIII 27 siswa. Semua subjek terpilih diikutsertakan sebagai responden. Karena itu, penelitian ini termasuk