Tingkat konsep diri siswa (studi deskriptif pada remaja kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatan konsep diri siswa).

(1)

ABSTRAK

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa) Benedikta Indah Putri Lestari

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 50 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Koefisien reliabilitas penelitian ini tinggi karena menunjukkan hasil perhitungan 0,849. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup. Data dianalisis berdasarkan kriteria Azwar. Pengelompokan disusun berdasarkan distribusi normal dengan model pengelompokan jenjang dengan lima jenjang yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 9 (18%) responden memiliki konsep diri yang sangat tinggi, sebanyak 34 (68%) responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebanyak 7 (14%) responden memiliki konsep diri yang sedang, dan tidak ada responden yang memiliki konsep diri yang rendah dan konsep diri yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 termasuk tinggi atau positif.

Berdasarkan hasil penelitian disusunlah usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen. Topik-topik bimbingan klasikal yang diusulkan didasarkan pada item-item kuesioner yang menunjukkan bahwa konsep diri siswa siswi kurang positif (sedang dan rendah).


(2)

ABSTRACT

LEVEL OF SELF-CONCEPT OF STUDENTS

(Descriptive Study on Adolescence of VII and VIII Graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen Class of 2016/2017 and its Implication for

Classical Guidance Topics to Develop Self-Concept of Students) Benedikta Indah Putri Lestari

Sanata Dharma University 2017

This research was aimed to find level of self-concept of students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017 and to compile a proposal of suitable classical guidance topics to develop self-concept of students of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen.

This research was a descriptive research with survey method. This research was a population research. Subjects of this research were 50 students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017. Research instrument was questionnaire inquiring self-concept of students. Reliability coefficient of this research was high inasmuch as it yielded 0.849 as the result of the calculation. Questionnaire type used was direct closed-ended questionnaire. Data were analyzed based on Aswar criteria. Scoring was compiled based on normal distribution using classification scoring model with five classifications, i.e.: very high, high, medium, low, and very low.

Research result showed that 9 (18%) respondents had very high self-concept; 34 (68%) respondents had high self-self-concept; 7 (14%) respondents had medium self-concept, and none of them had low or very low self-concept. It can be concluded that the self-concept of most of the students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017 is high or positive.

Based on this research result was compiled a proposal of suitable classical guidance topics to develop self-concept of students of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen. The topics of classical guidance proposed was based on questionnaire items which showed that the self-concept of the students was not quite positive (medium and low).


(3)

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Benedikta Indah Putri Lestari NIM: 131114006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(4)

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Benedikta Indah Putri Lestari NIM: 131114006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(5)

(6)

(7)

HALAMAN MOTTO

Berikan yang terbaik selagi kamu masih mampu memberikan yang terbaik

I a ’ a

. W a y a

a

(Mother Teresa)

Jangan pernah berhenti belajar meskipun belajar itu menyakitkan

(R. H. Dj Sinurat)


(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembehkan karya ini untuk: Tuhan Yang Maha Esa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Program Studi Bimbingan dan Konseling

SMP Saverius 1 Sragen

Keluarga: Bapak Vincensius Rasimun dan Ibu Rosalia Mardiyati Adik Fransiska Ajeng Dwi Ayu Ningsih dan Martinus Novemba

Keponakan tercinta: Felicia Sekar Kinasih Wulandari

Saudara-saudara terdekat yang selalu memberikan harapan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

Sahabat dan teman dekat BK angkatan 2013 yang saling mendukung dan saling membantu satu sama lain selama ini


(9)

(10)

(11)

ABSTRAK

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa) Benedikta Indah Putri Lestari

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 50 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Koefisien reliabilitas penelitian ini tinggi karena menunjukkan hasil perhitungan 0,849. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup. Data dianalisis berdasarkan kriteria Azwar. Pengelompokan disusun berdasarkan distribusi normal dengan model pengelompokan jenjang dengan lima jenjang yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 9 (18%) responden memiliki konsep diri yang sangat tinggi, sebanyak 34 (68%) responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebanyak 7 (14%) responden memiliki konsep diri yang sedang, dan tidak ada responden yang memiliki konsep diri yang rendah dan konsep diri yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 termasuk tinggi atau positif.

Berdasarkan hasil penelitian disusunlah usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen. Topik-topik bimbingan klasikal yang diusulkan didasarkan pada item-item kuesioner yang menunjukkan bahwa konsep diri siswa siswi kurang positif (sedang dan rendah).


(12)

ABSTRACT

LEVEL OF SELF-CONCEPT OF STUDENTS

(Descriptive Study on Adolescence of VII and VIII Graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen Class of 2016/2017 and its Implication for

Classical Guidance Topics to Develop Self-Concept of Students) Benedikta Indah Putri Lestari

Sanata Dharma University 2017

This research was aimed to find level of self-concept of students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017 and to compile a proposal of suitable classical guidance topics to develop self-concept of students of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen.

This research was a descriptive research with survey method. This research was a population research. Subjects of this research were 50 students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017. Research instrument was questionnaire inquiring self-concept of students. Reliability coefficient of this research was high inasmuch as it yielded 0.849 as the result of the calculation. Questionnaire type used was direct closed-ended questionnaire. Data were analyzed based on Azwar criteria. Scoring was compiled based on normal distribution using classification scoring model with five classifications, i.e.: very high, high, medium, low, and very low.

Research result showed that 9 (18%) respondents had very high self-concept; 34 (68%) respondents had high self-self-concept; 7 (14%) respondents had medium self-concept, and none of them had low or very low self-concept. It can be concluded that the self-concept of most of the students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017 is high or positive.

Based on this research result was compiled a proposal of suitable classical guidance topics to develop self-concept of students of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen. The topics of classical guidance proposed was based on questionnaire items which showed that the self-concept of the students was not quite positive (medium and low).


(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing, mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku Wakil Kaprodi dan Sekretaris Prodi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati sehingga berguna untuk bekal hidup peneliti.


(14)

5. Stefanus Priyatmoko, selaku karyawan sekretariat Prodi Bimbingan dan Konseling yang memberikan pelayanan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. M.M. Wiwik Yulisriani, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Saverius 1 Sragen yang telah berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. P. Widodo, Drs., selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling SMP Saverius 1 Sragen yang berkenan menerima dan memberikan saran dalam melaksanakan penelitian.

8. Para siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen atas waktu dan kesediaannya sebagai responden dalam pengumpulan data.

9. Keluarga Vincensius Rasimun yang telah memberikan kasih sayang, cinta kasih dan harapan, serta tanpa henti mendukung penulis untuk terus bersemangat dan berusaha keras dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman terdekatku, Paulus Miki Renandi Prabandian yang penuh cinta kasih menemani, menghibur, mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Sahabat tersayang dan terkasih Windriati Emban Pertiwi yang telah setia dari

awal kuliah sampai akhir kuliah selalu bersama, menemani, berbagi suka dan duka, membantu dan memberikan perhatian yang tulus kepada penulis.

12. Teman-teman: Bruder Dinus dan Bruder Purwanto yang sudah dengan tulus memberikan bantuan, motivasi dan semangat kepada penulis.

13. Teman-teman prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2013 yang telah memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(15)

14. Karyawan perpustakaan USD atas pelayanannya bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi pemerhati di bidang bimbingan baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Penulis


(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Batasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Perkembangan Remaja ... 9

1. Pengertian Remaja ... 9

2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 10


(17)

C. Konsep Diri ... 14

1. Arti Konsep Diri ... 14

2. Penggolongan konsep diri ... 15

3. Perkembangan Konsep Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya 16 4. Usaha-usaha untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 22

D. Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri ... 22

1. Pengertian Bimbingan ... 22

2. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 23

3. Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri ... 24

E. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Instrumen Penelitian... 27

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017... 42

2. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa ... 43

B. Pembahasan ... 46

1. Deskripsi Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 46

2. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1


(18)

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Keterbatasan Penelitian ... 50

C. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Skala Penilaian Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan

VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 29

Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Penilaian Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 (Final) ... 33

Tabel 3.3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 35

Tabel 3.4 Indeks Korelasi Reliabilitas ... 35

Tabel 3.5 Pengelompokan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII ... 39

Tabel 3.6 Pengelompokan Skor Item Konsep Diri Siswa ... 40

Tabel 4.1 Penggolongan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 44

Tabel 4.2 Penggologan Skor Item Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 44

Tabel 4.3 Item yang Memiliki Skor Sedang dan Rendah ... 45


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Siswa SMP Saverius 1 Sragen (Uji Coba) ... 55

Lampiran 2: Tabulasi Instrumen Hasil Uji Coba ... 60

Lampiran 3: Validitas Hasil Uji Coba ... 61

Lampiran 4: Hasil Perhitungan Taraf Validitas ... 66

Lampiran 5 : Kuesioner Siswa SMP Saverius 1 Sragen (Final) ... 70

Lampiran 6: Validitas Hasil Penelitian ... 75

Lampiran 7: Tabulasi Data Peneltian ... 80

Lampiran 8: Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 88

Lampiran 9: Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa ... 90


(21)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Tuhan secara unik dan berbeda-beda. Manusia berkembang secara bertahap melalui fase-fase perkembangan mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa. Masa remaja seringkali dikenal sebagai fase mencari jati diri. Masa remaja merupakan masa menemukan diri untuk menjadi pribadi yang dewasa. Masa remaja meliputi masa remaja awal (usia 12-15 tahun), masa remaja tengah (usia 15-18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Pada masa inilah remaja mulai bertanya-tanya siapakah dirinya sekarang dan yang akan datang, serta apa saja yang akan dilakukannya. Remaja terus berkembang ke arah kematangan seperti kematangan fisik, kematangan sosial, dan psikologisnya. Dalam perkembangannya individu memahami dirinya dan menilai dirinya apakah positif atau negatif. Pandangan individu tentang dirinya sendiri dinamakan konsep diri. Konsep diri individu terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diterima akan dijadikan cermin untuk memandang dan menilai dirinya sendiri. Remaja tidak lagi di


(22)

pandang sebagai anak yang memiliki sifat kekanak-kanakan, tetapi juga belum termasuk dalam golongan orang dewasa.

Remaja mengalami banyak perubahan dalam dirinya termasuk perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan remaja dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Berdasarkan respon dari lingkungannya remaja memiliki pemikiran tentang siapa dirinya yang membuatnya berbeda dengan yang lain. Remaja mengalami perubahan yang tidak hanya menyangkut perubahan yang dapat diamati secara langsung, misalnya perubahan-perubahan fisik dan tingkah laku, interaksi dengan orang lain, akan tetapi juga perubahan konsep diri. Konsep diri yang diharapkan adalah konsep diri yang positif, yang sangat penting dalam hidup remaja.

Konsep diri adalah keseluruhan pandangan, gambaran, keyakinan, dan penilaian orang tentang dirinya. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian. Apabila remaja tidak mengenali dirinya dengan baik, tidak menerima diri apa adanya dan tidak tahu bagaimana bertingkah laku, maka remaja akan mengalami krisis identitas. Tetapi bila remaja mengenali dirinya dengan baik, menerima diri apa adanya dan tahu bagaimana harus bertingkah laku, maka remaja akan memiliki identitas diri yang jelas. Mengenali diri secara tepat mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan remaja.

Hurlock (2002) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran orang tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan orang tentang dirinya sendiri dan meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi. Burns (1993) menyatakan bahwa konsep diri


(23)

yang merupakan inti kepribadian merupakan hal yang penting dalam kehidupan sebab konsep dirinya akan mempengaruhi tingkah laku remaja, dan cara-cara remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi-situasi hidup. Penelitian ini berfokus pada konsep diri remaja yang bersekolah di SMP Saverius 1 Sragen. SMP Saverius 1 Sragen merupakan sekolah swasta milik yayasan Katolik yang berada di tengah-tengah perkotaan Sragen. Kepala sekolah mengatakan bahwa input yang diterima di SMP Saverius 1 Sragen adalah siswa dari kalangan ekonomi sosial menengah ke bawah. Kepala sekolah serta guru-guru mengatakan bahwa pada tahun ajaran 2015/2016 sering ditemukan perilaku negatif dari siswa seperti mengabaikan tata tertib, sulit diatur dan membolos.

Menurut pengalaman dan pengamatan peneliti pada saat membantu kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS), dan wawancara dengan guru kelas yang bersangkutan pada tanggal 9 dan 19 Juli 2015, banyak siswa yang tidak percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, peraturan tata tertib banyak dilanggar utamanya tata tertib yang berkaitan dengan seragam. Siswa sering membanding-bandingkan dirinya satu sama lain, sering kurang saling menghargai, dan sering mengejek. Ada siswa yang rupanya merasa bahwa dirinya tidak memiliki keunikan dan tidak memiliki kemampuan apa pun. Kepedulian siswa terhadap keadaan sekitar terbilang sangat rendah. Ada juga yang tidak peduli ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, ada yang kurang menghargai dan kurang sopan terhadap guru, dan ada


(24)

ketika jam pelajaran berlangsung. Tampaknya siswa belum bisa belajar dari kesalahannya. Ada yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, tetapi kelihatannya tidak merasa bersalah. Kemampuan komunikasi interpersonal siswa dapat dikatakan kurang baik. Menurut guru kelas VII dan VIII, terjadi pengelompokan antar siswa. Siswa lebih suka mengelompok dengan siswa lain yang dirasa mempunyai kesamaan dalam suatu hal atau hanya karena ada perasaan senang. Siswa cenderung hanya berkomunikasi dengan kelompoknya saja. Siswa laki-laki dan perempuan sulit membaur karena siswa malu berinteraksi dengan lawan jenis. Kebanyakan dari siswa-siswi tersebut mengalami kesulitan ekonomi dan ada yang merupakan korban dari perpisahan orang tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa terbawa dalam lingkungan sekolah dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan siswa; pertumbuhan dan perkembangan siswa menjadi tidak utuh dan kurang maksimal khususnya dalam hal konsep diri yang merupakan inti dari pribadi orang.

Dari hasil pengamatan di SMP Saverius 1 Sragen muncul kesan bahwa konsep diri siswa-siswi pada umumnya negatif. Kesan ini muncul ketika praktikan membantu Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMP Saverius 1 Sragen. Seharusnya guru membantu siswa agar konsep dirinya positif, tetapi tampaknya guru di sana lebih mendidik siswa untuk taat pada peraturan yang ditetapkan oleh sekolah. Ada guru yang komentar-komentarnya dapat membuat siswa kurang percaya diri, sehingga siswa kurang berani untuk tampil di muka kelas.


(25)

Berdasarkan kesan tersebut, perlulah dilakukan suatu penelitian tentang konsep diri Kelas VII dan VIII di SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017. Mengingat pentingnya konsep diri dan pengaruh konsep diri dalam hidup, peneliti ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat konsep diri siswa. Kalau konsep diri siswa ternyata rendah atau negatif akan diusulkan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi berbagai permasalahan sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi atau positif konsep diri dari para siswa?

2. Apakah ada hubungan antara konsep diri siswa dengan prestasi belajar siswa?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsep diri siswa negatif atau rendah?

4. Apa pengaruh dari konsep diri terhadap perilaku sehari-hari?

5. Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang paling tepat untuk meningkatkan konsep diri siswa?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada tinggi rendahnya konsep diri siswa kelas VII dan VIII di SMP Saverius Sragen tahun 2016/2017 dan usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa.


(26)

D. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri remaja SMP Saverius 1 Sragen tahun 2016/2017, dan usulan topik-topik yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa. Pertanyaan yang mau dijawab adalah:

1. Seberapa positif konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017?

2. Topik-topik bimbingan klasikal yang mana yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:

1. Mengetahui tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017.

2. Membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak: 1. Kepala sekolah

Kepala sekolah dapat mengetahui konsep diri siswanya, dan memperoleh inspirasi mengenai apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan konsep diri siswa


(27)

2. Guru Bidang Studi

Guru bidang studi diharapkan dapat mengetahui konsep diri siswanya, sehingga guru bidang studi dapat memperlakukan peserta didik secara tepat.

3. Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada guru Bimbingan dan Konseling untuk melakukan kegiatan yang tepat untuk mengembangkan konsep diri siswa.

4. Peneliti Lain

Peneliti lain dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber inspirasi atau bahan pembanding apabila ingin mengembangkan penelitian di sekitar topik yang sama.

5. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan tentang konsep diri dan pengembangannya di dunia kerja.

G. Batasan Istilah

Berikut ini dijelaskan beberapa istiah yang dugunakan dalam penelitian ini:

1. Konsep diri adalah keseluruhan pandangan, gambaran, keyakinan, dan tentang dirinya sendiri seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan, dan yang tampak dalam bentuk skor total siswa dalam menjawab alat pengumpul data yang digunakan.


(28)

2. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen yang berusia 12-14 tahun, tahun ajaran 2016/2017.

3. SMP Saverius 1 Sragen adalah sekolah swasta Katolik yang bernaung di bawah Yayasan Saverius wilayah Sragen. SMP Saverius 1 Sragen dikelola oleh Yayasan Saverius dan Gereja Katolik Santa Perawan Maria Di Fatima Sragen.

4. Bimbingan klasikal adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh konselor atau guru BK kepada kelompok siswa yang ada dalam satuan kelas agar mereka berkembang seutuhnya dan seoptimal mungkin 5. Usulan topik-topik bimbingan klasikal adalah serangkaian topik

peningkatan konsep diri yang peneliti usulkan untuk diberikan di kelas siswa yang membutuhkannya.


(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan hasil tinjauan pustaka mengenai beberapa hal yang dapat memperjelas topik penelitian, yaitu perkembangan remaja, pengembangan kepribadian, konsep diri, yang meliputi: arti konsep diri, penggolongan konsep diri; faktor-faktor konsep diri; perkembangan konsep diri; usaha-usaha untuk mengembangkan konsep diri, dan tinjauan penelitian lain yang relevan.

A. Perkembangan Remaja 1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin

“adolescere” (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Hurlock, 2002: 206). Santrock (2007:20) menganggap masa remaja sebagai periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang melibatkan berbagai perubahan seperti perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

Piaget (Hurlock, 2002) menyatakan bahwa masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Di usia ini anak merasa tidak lagi di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Masa remaja meliputi masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja tengah (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21).


(30)

Masa remaja awal bisa disebut sebagai masa negatif. Kurangnya kemampuan untuk mengendalikan diri menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Hal ini membuat remaja cenderung menarik diri dari lingkungannya atau masyarakat. Masa remaja tengah adalah masa di mana remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja mulai mencari teman yang dapat memahaminya namun lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Masa remaja akhir merupakan masa penemuan identitas diri dan perubahan pandangan yang lebih realistis.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Hurlock (2002) menjelaskan ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut: a. Masa remaja sebagai periode penting

Pada periode ini remaja mengalami berbagai perkembangan seperti perkembangan fisik dan perkembangan emosi. Jika remaja mampu menerima segala perubahan fisik yang dialami dengan baik dan mampu mengelola emosinya dengan baik, maka remaja yang bersangkutan akan mempunyai konsep diri yang positif. Sebaliknya, jika remaja cenderung tidak menerima perubahan fisik dan tidak mampu mengendalikan emosinya, remaja akan mempunyai konsep diri yang negatif.


(31)

b. Masa remaja sebagai masa peralihan

Pada masa peralihan status remaja bukan lagi sebagai anak-anak, namun belum saatnya juga disebut sebagai orang dewasa. Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya. Pada masa ini remaja mencoba-coba hal baru dan berusaha menentukan perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai untuknya.

c. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Pada periode ini remaja menganggap dirinya sudah mampu dan tidak mau meminta bantuan pada orang tua, bahkan kadang-kadang merasa mandiri dan menolak bantuan orang dewasa. Tidak jarang antara remaja dan orang tua terjadi perbedaan pendapat, sehingga seringkali masalah muncul.

Pada masa ini remaja cenderung egois dan tidak mau diatur oleh orang lain. Remaja menganggap apa yang diputuskannya adalah paling benar. Jika remaja selalu mengikuti keinginan dirinya tanpa mempertimbangkan pendapat dari orang lain, remaja cenderung memiliki konsep diri yang negatif. Tetapi jika remaja mau menerima dan meminta pendapat dari orang lain, selalu berfikir ulang untuk setiap hal yang diambil, menimbang segala konsekuensi dari keputusannya maka remaja akan mempunyai konsep diri positif.


(32)

d. Masa remaja sebagai periode mencari identitas

Pada periode ini remaja mulai mencari identitas diri dengan berusaha mencari dan menemukan figur yang dapat dijadikan idolanya. Mereka mulai mendambakan diri yang sesuai dengan dirinya, yakni identitas dirinya sendiri. Jika remaja menyadari segala kelebihannya, minat dan bakatnya serta mampu mengembangkannya secara maksimal, maka konsep dirinya akan positif.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Dalam kehidupan di masyarakat orang dewasa seringkali berkembang pandangan yang cenderung negatif terhadap remaja. Remaja sering takut tidak mampu mengatasi masalah-masalahnya dan ini dapat berpengaruh pada kosep dirinya. Jika remaja mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, konsep dirinya akan positif.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Pada periode ini remaja sering melihat sesuatu menurut keinginannya dan bukan seperti apa adanya. Remaja kurang mampu bersikap rasional dan kurang objektif terhadap dirinya dan lingkungan. Hal ini sering menyebabkan remaja mengalami kegagalan dan kekecewaan yang dapat mempengaruhi konsep dirinya secara negatif.


(33)

g. Masa remaja sebagai ambang masa depan

Remaja yang mampu membawa diri secara positif, tidak terpengaruh oleh pergaulan yang negatif, maka konsep diri akan positif. Tetapi jika remaja cenderung terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang buruk, maka konsep dirinya dapat terpengaruh menjadi negatif.

B.Perkembangan Kepribadian

Hurlock (2002) menyatakan bahwa teman-teman sebaya turut mempengaruhi pola kepribadian remaja; kreativitas dalam bermain dan dalam melaksanakan tugas-tugas akademis dapat mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang memberikan pengaruh positif pada konsep dirinya. Jika cita-cita remaja realistik sesuai kemampuannya maka dia akan lebih banyak mengalami keberhasilan. Ini menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasaan diri yang lebih besar untuk konsep dirinya menjadi positif.

Pada awal masa remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian “ideal” sebagaimana mereka menilai kepribadiannya sendiri.

Pengembangan kepribadian merupakan tugas yang sulit. Pola kepribadian sudah dibentuk mulai masa kanak-kanak. Konsep diri akan terus berkembang sampai akhirnya menjadi relatif stabil.


(34)

C. Konsep Diri

1. Arti Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan atau gambaran diri seorang individu secara menyeluruh dan sikap seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan orang tentang dirinya sendiri meliputi: karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi, motivasi diri, kekuatan-kekuatan, dan kelemahaan yang ada pada dirinya sendiri. Konsep diri ini adalah inti dari kepribadian individu. Menurut Hurlock (2002:58), konsep diri merupakan gambaran orang tentang dirinya. Menurut Burns (1993:70) dalam konsep diri ada elemen deskriptif dan elemen evaluasi/penilaian. Burns merumuskannya sebagai berikut:

Elemen deskriptif kerap disebut potret-diri atau gambaran diri. Elemen evaluatif sering disebut penghargaan-diri, rasa harga diri, nilai-diri, atau penerimaan-diri. Konsep diri meliputi semua keyakinan dan penilaian anda tentang diri anda. Keyakinan (gambaran-diri) dan penilaian (penghargaan-diri) ini sesungguhnya bukan saja menentukan siapa anda dalam kenyataannya, tetapi juga menentukan siapa anda menurut pikiran anda, apa yang dapat anda lakukan menurut pikiran anda, dan anda dapat menjadi apa menurut pikiran anda.


(35)

2. Penggolongan konsep diri

Konsep diri dapat digolongkan menjadi dua yaitu konsep diri yang tinggi atau positif dan konsep diri rendah atau negatif.

a. Konsep diri tinggi

Konsep diri yang tinggi sinonim dengan konsep diri yang positif. Burns (1993:72) menyatakan bahwa konsep diri yang tinggi ialah keyakinan, pandangan, gambaran, dan penilaian tentang diri yang baik dan menyenangkan. Konsep diri yang tinggi menunjukkan adanya gambaran diri yang positif, harga diri yang tinggi, evaluasi diri yang positif, penghargaan diri yang positif, dan penerimaan diri yang positif. b. Konsep diri rendah

Remaja dengan konsep diri yang rendah atau negatif biasanya berfikir tentang diri sendiri terutama dari segi negatif, dan sulit menentukan hal-hal yang pantas dihargai dalam dirinya. Hal ini terjadi antara lain karena pengaruh dari luar dirinya seperti orang tua, teman sebaya, guru, dan lingkungan sekitar. Jika orang tua, guru, dan teman sebaya cenderung merendahkan, meremehkan, dan mempermalukan, maka sikap remaja terhadap dirinya akan negatif. Remaja dengan konsep diri rendah atau negatif biasanya akan bersifat pasif dan tidak percaya diri, bahkan berpikir buruk mengenai dirinya sendiri.


(36)

3. Perkembangan Konsep Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Perkembangan konsep diri pertama kali diawali sejak masa kanak-kanak. Konsep diri seseorang berkembang melalui interaksi dengan keluarga, orang tua, dan lingkungan sekitarnya. Saat individu masuk ke jenjang pendidikan, dia berinteraksi dengan teman, guru, dan lingkungan di sekolah. Kualitas interaksi yang dialami turut berpengaruh besar terhadap perkembangan konsep diri seseorang.

Perkembangan konsep diri pada masa kanak-kanak akan membentuk kepribadian remaja. Konsep diri remaja cenderung berubah-ubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang diperolehnya. Tetapi secara perlahan-lahan akan menjadi lebih stabil (Hurlock, 2002: 245).

Burns (1993: 206-209) mengatakan bahwa konsep diri siswa berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Kualitas konsep diri yang dibangun oleh siswa ditentukan oleh cara perlakuan yang diterimanya dari orang lain seperti orang tua, sanak saudara, teman sebaya, dan guru. Apabila pengalaman siswa diperlakukan secara baik, maka konsep dirinya akan positif. Sebaliknya, apabila sering memperoleh pengalaman-pengalaman yang negatif, maka siswa akan memiliki konsep diri yang negatif.

Konsep diri dapat terus berkembang. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seperti yang diuraikan berikut ini (Hurlock, 2002):


(37)

a. Usia Kematangan

Remaja yang pada usia tertentu matang lebih awal akan lebih mampu menjalankan peran sebagai orang dewasa dengan baik dan dapat mengembangkan konsep diri secara positif. Sedangkan remaja yang terlambat dalam perkembangannya dan masih diperlakukan seperti anak-anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Remaja akan cenderung menarik diri dari lingkungannya yang bersangkutan, sehingga konsep dirinya pun dapat menjadi negatif. b. Penampilan diri

Pada masa remaja penampilan diri merupakan hal yang sangat penting. Penampilan diri yang berbeda dapat membuat remaja merasa rendah diri meskipun ada perbedaan yang menambah daya tarik masing-masing remaja.

Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja antara lain perubahan dalam tinggi badan dan perubahan berat badan. Dalam hal perubahan tinggi badan anak laki-laki mengalami penambahan pertumbuhan selama 2 tahun lebih cepat pada masa kanak-kanak dibanding anak perempuan. Karena itu anak perempuan kelihatan lebih pendek dibanding dengan anak laki-laki. Pada masa remaja berat badan juga akan mengalami perubahan yang cukup signifikan, baik berkurang ataupun bertambahnya berat badan. Peningkatan berat badan dapat terjadi lebih mudah karena diet dan gaya hidup.


(38)

Remaja juga mengalami perubahan seksual. Perubahan ini ditandai dengan perubahan seks primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin primer laki-laki antara lain mimpi basah, sedangkan ciri-ciri kelamin primer pada perempuan antara lain menstruasi. Ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki antara lain tumbuhnya kumis, janggut, jakun, suara berat,tumbuh bulu halus pada tubuh, sedangkan ciri-ciri kelamin sekunder perempuan antara lain pinggul membesar, bahu melebar dan tumbuh bulu di ketiak.

Daya tarik fisik yang positif akan menimbulkan penilaian yang menyenangkan yang akan menambah dukungan sosial dan kepercayaan diri, sehingga akan terbentuk konsep diri yang positif. Sedangkan jika seorang individu merasa tidak menarik secara fisik, dia dapat menarik diri dari lingkungannya, dan konsep dirinya pun dapat terpengaruh secara positif.

c. Kepatutan Seks

Kepatutan seks menunjuk pada cara pandang remaja mengenai seksualitasya sejalan dengan jenis informasi mengenai seks yang diterimanya. Cara pandang remaja mengenai kehidupan seks dapat diperoleh melalui media massa dan pendidikan seks dari orang tua.

Media massa seperti surat kabar, televisi, dan media lainnya memiliki peran dalam memberikan informasi mengenai kehidupan seks. Peran orang tua sangat penting dalam memberikan pendidikan seks secara dini. Orang tua memberikan pemahaman mengenai kehidupan seks agar remaja tidak tabu terhadap kehidupan seksualitasnya dan dapat


(39)

menghindari dampak negatif dari kehidupan seksualitas. Jika individu memperoleh informasi yang tepat mengenai kehidupan seks, individu akan terbantu untuk mengembangkan konsep diri yang positif.

d. Nama dan nama julukan

Remaja terlalu peka dan malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberikan nama julukan yang bernada cemooh. Kuatnya perasaan remaja terhadap namanya dipengaruhi dua faktor yaitu seringnya nama digunakan dan kuatnya perasaan kurang senang dengan namanya.

Semakin sering nama yang tidak disukai digunakan oleh orang lain semakin nama itu dapat berpengaruh negatif terhadap dirinya. Semakin kuat menyukai nama yang digunakan dalam interaksi sosialnya, semakin kuat pengaruhnya terhadap konsep diri. Sebaliknya jika remaja memiliki perasaan kurang senang terhadap namanya sendiri, maka remaja dapat merasa minder atau khawatir jika dicemooh temannya konsep dirinya pun dapat terpengaruh secara negatif.

e. Hubungan keluarga

Hubungan keluarga yang baik dipengaruhi oleh perlakuan positif dari orang tua terhadap anak, misalnya adil dalam memberikan perhatian dan kasih sayang. Perlakuan positif dari orang tua akan berpengaruh pada hubungan anggota keluarga yang lain. Hal ini akan membawa dampak positif terhadap pembentukan konsep diri remaja.


(40)

Ukuran keluarga juga menentukan kualitas hubungan antara anggota keluarga. Kalau suatu keluarga mempunyai jumlah anggota yang banyak misalnya, perhatian akan terbagi dan komunikasi dapat berkurang, sehingga remaja yang bersangkutan akan kurang mendapat kasih sayang dan perhatian secara maksimal. Keharmonisan keluarga akan terbangun apabila pola komunikasi di rumah baik. Remaja yang tinggal dalam keluarga yang selalu mengutamakan komunikasi antar anggota keluarga yang baik akan memperoleh pengaruh positif terhadap perkembangan konsep dirinya.

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya memberikan pengaruh pada konsep diri remaja. Konsep diri merupakan cermin dan anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya dan digunakan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya akan mempengaruhi pola perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.

Jika remaja mempunyai teman sebaya yang berpikir rasioanal dan positif, berperilaku poitif, dan bersikap membesarkan hati, maka remaja yang bersangkutan dapat memiliki konsep diri yang positif.


(41)

g. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan orang untuk mencipta yang ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi. Kreativitas merupakan kemampuan untuk meenciptakan sesuatu yang baru.

Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan orang tua, waktu luang dan tersedianya fasilitas. Remaja yang sejak kanak-kanak kreatif dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Semakin remaja kreatif, semakin dia berprestasi, dan prestasinya akan dihargai dan diterima oleh orang lain, sehingga konsep dirinya pun menjadi positif.

h. Cita-cita

Menurut Hurlock (2002), cita-cita merupakan keinginan untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan sekarang. Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik dan mengalami kegagalan, maka akan timbul perasaan tidak mampu dan timbul konsep diri negatif. Berbeda dengan remaja yang realistik dalam cita-citanya, besar kemungkinan dia berhasil dan jika berhasil konsep dirinya akan positif. Jika remaja mempunyai cita-cita yang realistik dan sesuai dengan minat dan bakat, dia akan cenderung berhasil dan ini akan berpengaruh positif terhadap konsep dirinya.

Kedelapan faktor tersebut yang peneliti jadikan dasar menyusun kisi-kisi alat. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dimaksudkan untuk mengungkap


(42)

pandangan, keyakinan, dan pikiran diri responden terhadap dirinya dalam masing-masing faktor tersebut.

4. Usaha-usaha untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

Menurut Sinurat (1991) ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh para pendidik khususnya konselor sekolah untuk mengembangkan konsep diri siswa yaitu:

a. Menjadi konselor sekolah yang memiliki konsep diri yang positif, sehingga dapat membantu siswa mengembangkan konsep diri positif atau menjadi orang yang memiliki konsep diri positif.

b. Menjadi konselor sekolah yang bersikap membesarkan hati siswa (becoming a reinforcing person).

c. Membantu siswa agar sadar akan segi-segi positifnya. d. Membantu siswa memenuhi kebutuhannya.

e. Melakukan kegiatan atau latihan untuk mengembangkan konsep diri siswa.

D. Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri 1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan diartikan sebagai pemberian bantuan kepada individu agar individu yang bersangkutan semakin memahami dirinya, mengaktualisasikan potensinya dan mencapai perkembangan yang optimal. Kegiatan bimbingan di sekolah memusatkan pelayanannya pada peserta didik sebagai individu yang harus mengambangkan kepribadiannya. Siswa SMP sebagai remaja awal memang sangat memerlukan bimbingan, terutama dalam pengembangan


(43)

Siswa SMP merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi semakin dewasa. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu membantu siswa dalam mengembangkan konsep dirinya, antara lain melalui kegiatan bimbingan klasikal.

2. Pengertian Bimbingan Klasikal

Program bimbingan adalah suatu rangkaian topik yang direncanakan menjadi bahan bimbingan selama periode tertentu. Suatu program yang disusun berdasarkan kebutuhan para siswa, akan menjadi pegangan dalam pelaksanaan bimbingan.

Menurut Winkel & Sri Hastuti (2012) bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri. Pelayanan bimbingan klasikal dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan sejalan dengan program yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh pihak-pihak terkait.

Bimbingan klasikal adalah suatu bimbingan yang diberikan kepada kelompok siswa yang tergabung dalam satu satuan kelas di tingkat tertentu pada suatu jenjang pendidikan, pada waktu yang ditetapkan dalam jadwal bimbingan (Winkel dan Sri Hastuti, 2012: 545). Tujuan pelayanan bimbingan klasikal, yaitu supaya siswa yang dilayani mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak tergantung pada pendapat


(44)

3. Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri

Peran bimbingan klasikal dalam mengembangkan konsep diri siswa sangatlah diperlukan. Program bimbingan klasikal yang disusun untuk mengembangkan konsep diri, dapat digunakan para guru untuk membantu siswa mengenali segi-segi positif yang ada dalam dirinya. Ada berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mengembangkan konsep dirinya. Fokusnya adalah membantu siswa menyadari hal-hal yang positif dalam dirinya.

E.Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan

Puspita Sari (2013) mengadakan penelitian tentang konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya pada usulan program bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 45 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang sangat positif, tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang positif, ada 12 siswa (26,7%) yang memiliki konsep diri yang cukup positif, ada 29 siswa (64,4%) yang memiliki konsep diri yang kurang positif, ada 4 siswa (8,89%) yang memiliki konsep diri sangat kurang positif. Dari


(45)

hasil penelitian ini, kesimpulannya bahwa konsep diri sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kurang positif.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metode penelitian, yaitu jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas intrumen, serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena peneliti ingin memperoleh gambaran tentang tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Saverius 1 Sragen. Jalan Veteran No. 13, Mageru, Kecamatan Sragen, Kab. Sragen antara bulan Januari sampai dengan bulan Mei Akhir. Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Rabu, 26 April 2017 pukul 07.00 WIB.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017, dengan jumlah 50 siswa. Kelas VII berjumlah 23 siswa dan kelas VIII 27 siswa. Semua subjek terpilih diikutsertakan sebagai responden. Karena itu, penelitian ini termasuk


(47)

penelitian populasi. Peneliti memilih SMP Saverius 1 Sragen dengan alasan: 1) peneliti adalah lulusan sekolah tersebut dan mendapatkan kesan bahwa siswa memiliki konsep diri negatif, 2) peneliti mendapat dukungan dari sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut, 3) hasil penelitian akan peneliti tindak lanjuti dengan bekerja sama dengan guru BK. Sedangkan alasan peneliti memilih kelas VII dan VIII sebagai responden penelitian adalah: siswa-siswa umumnya berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya rendah, hal ini kiranya berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri siswa, peneliti ingin mengetahui kenyataan yang sesungguhnya. D. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan skala penilaian skala konsep diri sebagai alat pengumpul data. Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari kuesioner yang disusun oleh Puspita Sari (2013), yaitu skala penilaian konsep diri dengan jumlah item sebanyak 60. Instrumen ini kemudian dimodifikasi oleh peneliti untuk kepentingan penelitian ini. Beberapa butir kuesioner peneliti perbaiki bersama dengan dosen pembimbing.

1. Jenis Instrumen

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Kuesioner terbagi atas dua bagian. Bagian pertama berisi kata pengantar dan petunjuk pengisian. Bagian kedua berisi pernyataan-pernyataan yang mengungkap konsep diri SMP Saverius 1 Sragen tahun


(48)

pernyataan-pernyataan yang disertai alternatif jawaban sehingga siswa tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan pengalaman masing-masing individu (Arikunto, 2002: 129).

2. Kisi-kisi kuesioner dan Penentuan Skor

Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen penelitian:

a. Kisi-kisi kuesioner

Kuesioner ini memuat 60 butir item pernyataan; terdapat item pernyataan positif dan item pernyataan negatif. Item yang positif mengukap konsep diri yang positif sedangkan item yang negatif mengungkap konsep diri negatif. Dalam kuesioner ini disediakan empat alternatif jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Kisi-kisi kuesioner disajikan dalam tabel 3.1.


(49)

Tabel 3. 1 Skala Penilaian Uji Coba Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

No Unsur-unsur Konsep Diri

Rincian Unsur Konsep Diri

Item-item

Favorabel Unfavorabel

Usia Kematangan

a. Pembawaan 4, 35, 38, 58, 59

5, 6, 29 8

b.Perlakuan lingkungannya

7 41 2

Penampilan diri

a.Tinggi badan 60 34 2

b.Berat badan 8, 46 - 2

c.Perubahan pubertas 23, 27 42, 50 4

d.Perubahan proporsi tubuh

14, 20 - 2

Kepatutan seksual

a.Media massa 30 47 2

b.Pendidikan seks dari orang tua

13 9 2

Nama dan julukan

a.Semakin seringnya nama yang digunakan

- 10,31 2

b.Kuatnya perasaan kurang senang terhadap nama itu

56 44 2

Teman sebaya a.Membantu berinteraksi dengan orang lain.

1 11 2

b.Mampu mengontrol tingkah laku sosial.

57 2 2

c.Mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan usianya.

55 3 2

d.Saling bertukar masalah

51 12 2

Hubungan keluarga

a.Sikap orang tua 15, 43 - 2

b.Ukuran dalam keluarga terhadap siswa.

52 16, 18, 37 4

c.Mampu mengembangkan hubungan keluarga

- 19, 26 2

d.Keadaan rumah 17, 54 - 2

e.Peran dalam keluarga. 21, 49 2

Kreativitas a.Usia 25 39 2

b.Tingkat pendidikan orang tua

32 53 2

c.Penggunaan waktu luang

22 48 2

d.Tersedianya fasilitas. 36 28 2

Cita-cita a.Teman sebaya 40 24 2

b.Minat 33 45 2


(50)

b. Penentuan Skor

Skor untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut: untuk alternatif jawaban sangat sesuai adalah 4, untuk alternatif jawaban sesuai adalah 3, untuk alternatif jawaban tidak sesuai adalah 2, untuk alternatif jawaban sangat tidak sesuai adalah 1. Untuk pernyataan negatif skor untuk masing-masing alternatif adalah kebalikan dari skor untuk alternatif yang positif. E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner ini diuji coba hari Senin tanggal 20 Maret 2017 pada siswa/siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017. Kuesioner yang terkumpul berjumlah 30. Pengambilan kelas untuk uji coba kuesioner dilakukan sesuai dengan jam bimbingan klasikal. Kuesioner ini diuji coba dengan maksud membuat kuesioner valid dan reliabel.

1. Validitas

Validitas instrumen menunjukkan kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang harus diukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi. Rancangan kuesioer yang dibuat peneliti dikonsultasikan kepada dosen pembimbing agar dikoreksi isi dan rumusannya.

Instrumen penelitian diujicobakan pada siswa kelas VII dan VII SMP Saverius 1 Sragen. Uji coba dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Maret 2017 pada pukul 08.00-10.00 WIB.

Setelah melaksanakan uji coba peneliti melaksanakan pengolahan data dengan menyeleksi item-item yang tidak valid. Proses


(51)

dengan memakai rumus dari Pearson yaitu teknik korelasi Product-Moment, dalam alat ukur ini setiap item diberikan skor (Azwar, 2009:19). Rumus koefisien korelasi Product-Moment:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ] ∑ ∑ ] Keterangan:

i = Skor item X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

= Koefisien korelasi item total

Peneliti menganalisis hasil uji coba dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package for Social Science) versi 22. Azwar (2007) mengatakan bahwa kriteria validitas adalah 0,25. Jika koefisien korelasinya ≥ 0,25, maka item yang bersangkutan dinyatakan valid. Sedangkan, jika koefisien korelasinya ≤ 0,25, maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid. Semua item mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 pada uji coba validitas. Selanjutnya, untuk uji validitas penelitian beberapa item memiliki harga atau kurang dari 0,30. Jumlah item penelitan yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dari 60 item yang diuji cobakan, diperoleh 59 item yang valid dan 1 item yang tidak valid. Peneliti selanjutnya berkonsultasi kepada dosen pembimbing mengenai item-item yang tidak valid. Item yang tidak valid direvisi sehingga jumlah item tetap


(52)

60, dipertahankan atas dasar pertimbangan dosen pembimbing. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 8.


(53)

Berikut Kisi-kisi kuesioner tingkat konsep diri siswa final:

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Skala Penilaian Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 (FINAL)

No Unsur-unsur Konsep Diri

Rincian Unsur Konsep Diri

Item-item

Favorabel Unfavorabel

Usia Kematangan

a. Pembawaan 4, 35, 38, 58, 59

5, 6, 29 8

b.Perlakuan lingkungannya

7 41 2

Penampilan diri

a.Tinggi badan 60 34 2

b.Berat badan 8, 46 - 2

c.Perubahan pubertas 23, 27 42, 50 4

d.Perubahan proporsi tubuh

14, 20 - 2

Kepatutan seksual

a.Media massa 30 47 2

b.Pendidikan seks dari orang tua

13 9 2

Nama dan julukan

a.Semakin seringnya nama yang digunakan

- 10,31 2

b.Kuatnya perasaan kurang senang terhadap nama itu

56 44 2

Teman sebaya a.Membantu berinteraksi dengan orang lain.

1 11 2

b.Mampu mengontrol tingkah laku sosial.

57 2 2

c.Mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan usianya.

55 3 2

d.Saling bertukar masalah

51 12 2

Hubungan keluarga

a.Sikap orang tua 15, 43 - 2

b.Ukuran dalam keluarga terhadap siswa.

52 16, 18, 37 4

c.Mampu mengembangkan hubungan keluarga

- 19, 26 2

d.Keadaan rumah 17, 54 - 2

e.Peran dalam keluarga. 21, 49 2

Kreativitas a.Usia 25 39 2

b.Tingkat pendidikan orang tua

32 53 2

c.Penggunaan waktu luang

22 48 2

d.Tersedianya fasilitas. 36 28 2

Cita-cita a.Teman sebaya 40 24 2


(54)

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur adalah taraf kemampuan instrumen mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten. Kalau sebuah instrumen dipakai dua kali misalnya untuk mengukur hal yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh konsisten, maka instrumen yang bersangkutan reliabel.

Untuk mengukur taraf reliabilitas instrumen penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach, dengan rumus koefisien reliabilitas sebagai berikut:

] Keterangan rumus :

dan = varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

= varians skor skala

Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati 1,00 menandakan semakin reliabelnya instrumen yang digunakan. Untuk memperoleh hasil perhitungan koefisien reliabilitas yang akurat, peneliti menggunakan komputer program SPSS for windows yang menghasilkan angka

r

XX’= 0,849. Dengan hasil yang demikian alat

ukur yang digunakan termasuk reliabel. Hasil perhitungan taraf reliabilitas penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3.


(55)

Tabel 3. 3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.845 .849 60

Tabel 3. 4 Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas alat penelitian ini termasuk tinggi (0,71-0,90). Kesimpulan tersebut sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh Guilford (Masidjo, 1995: 209) seperti yang disajikan pada tabel 3.4. Dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas kuesioner tinggi, yang artinya dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.


(56)

F. Teknik Analisis Data

1. Tahap persiapan pengumpulan data penelitian

Dalam tahap persiapan ini, peneliti melakukan berbagai usaha yaitu; a. Meminta surat pengantar untuk melaksanakan penelitian di SMP

Saverius 1 Sragen dari prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

b. Menghubungi tenaga bimbingan dan konseling SMP Saverius 1 Sragen untuk meminta izin mengadakan penelitian di sekolah yang bersangkutan.

c. Mempersiapkan kuesioner sebagai alat pengumpul data penelitian. d. Menentukan hari dan tanggal yang telah disepakati oleh tenaga

bimbingan dan konseling dan peneliti untuk mengambil data penelitian.

2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian dilakukan pada seluruh siswa/i SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017. Subjek penelitian sebanyak 50 siswa. Pengambilan data dilaksanakan hari Rabu tanggal 26 April 2017. Pada tahap pelaksanaan peneliti datang ke sekolah SMP Saverius 1 Sragen sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Dalam pengambilan data, peneliti tetap mendampingi siswa di kelas, agar peneliti dapat menjelaskan secara langsung jika ada siswa yang bertanya tentang item yang dianggap kurang jelas. Suasana kelas ketika siswa mengisi kuesioner tersebut sangat kondusif. Siswa sangat serius dalam memperhatikan peneliti dalam


(57)

memberikan arahan dan petunjuk dan siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner tersebut.

3. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

a. Peneliti memberikan skor pada masing-masing item di kuesioner yang telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skor dari masing-masing alternatif jawaban Untuk pernyataan yang positif: skor untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) adalah 4, Sesuai (S) adalah 3, Tidak Sesuai (TS) adalah 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) adalah 1. Untuk pernyataan negatif: skor jawaban Sangat Sesuai (SS) adalah 1, Sesuai (S) adalah 2, Tidak Sesuai (TS) adalah 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) adalah 4.

b. Setelah memberikan skor pada masing-masing item, peneliti mentabulasikan seluruh data yang telah diperoleh dan memasukannya ke dalam komputer dengan bantuan Microsoft Excel. c. Membuat pengelompokan tingkat konsep diri subjek penelitian dengan mengacu pada pedoman Azwar (2007:108) yang mengelompokkan tingkat konsep diri siswa ke dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun norma pengelompokan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.5. d. Menentukan norma atau patokan yang akan digunakan dengan


(58)

dan mean teoritik. Untuk menggolongkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen digunakan perhitungan sebagai berikut:

X maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

X minimum teoritik :Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala.

α (standard deviasi) :Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (mean teoritik) :Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.

Skor Maksimum Teoritik : 240 Skor Minimum Teoritik : 60

Rata-rata teoritik ( ) : = 150

: = 30

Pengelompokan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dapat dilihat pada tabel 3.5.


(59)

Tabel 3 .5 Pengelompokan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

No Norma Interval Kategori

1 195-240 Sangat Tinggi

2

165-194 Tinggi

3

135-164 Sedang

4

105-134 Rendah

5 60-104 Sangat Rendah

e. Langkah selanjutnya setelah selesai mengelompokkan tingkat konsep diri siswa, peneliti juga mengelompokkan skor item yang diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh subjek. Langkah ini ditempuh untuk mengetahui item mana saja yang sudah menunjukkan konsep diri yang positif dan item mana saja yang menunjukkan konsep diri yang kurang positif

f. Pengelompokan skor item yang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:

Xitem maksimum teoritik :Skor tertinggi yang mungkin dicapai item skala.


(60)

Sb (standar deviasi) :Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (item teoritik) :Rata-rata teoritis dari skor item maksimum teoritik dan minimum teoritik.

Skor Maksimum Teoritik : 200 Skor Minimum Teoritik : 50

Rata-rata teoritik ( ) : = 125

: = 25

Setelah melihat perhitungan di atas pengelompokan skor item dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3 .6 Pengelompokan Skor Item Konsep Diri Siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

No Norma Interval Kategori

1 162,5 - 200 Sangat Tinggi

2 137,5 - 162,4 Tinggi

3 112,5 - 137,4 Sedang

4 87,5 - 112,4 Rendah

5 50 - 87,4 Sangat Rendah

g. Setelah mengetahui hasil perhitungan seperti Tabel 3.6, langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah memasukan item-item dalam kelompok-kelompok sesuai dengan hasil pemberian skor pada masing-masing item. Dari pengelompokan item-item tersebut


(61)

kemudian dapat diketahui item-item mana saja yang menunjukkan konsep diri tinggi dan item-item yang menunjukkan konsep diri rendah.

h. Setelah mengetahui hasil skor item konsep diri, maka item-item yang menunjukkan konsep diri yang rendah atau kurang positif (sedang, rendah, sangat rendah) akan dibahas dan dibuat usulan topik-topik bimbingan klasikal.


(62)

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017.

A. Hasil Penelitian

1. Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

Deskripsi tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4. 1 Penggolongan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Sangat Tinggi 195-240 9 18 %

Tinggi 165-194 34 68 %

Sedang 135-164 7 14 %

Rendah 105-134 0 0 %

Sangat rendah 60-104 0 0 %

Jumlah 50 100 %

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 9 (18%) responden memiliki konsep diri yang sangat tinggi, sebanyak 34 (68%)


(64)

responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebanyak 7 (14%) responden memiliki konsep diri yang sedang, dan 0 % untuk responden memiliki konsep diri yang rendah dan konsep diri yang sangat rendah. Jumlah keseluruhan responden adalah 50 responden. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa termasuk tinggi.

2. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa

Agar topik-topik bimbingan klasikal yang diusulkan untuk menjadi bahan bimbingan untuk meningkatkan konsep diri siswa sesuai atau relevan, maka perlulah diketahui masalah atau kebutuhan siswa. Masalah dalam hal konsep diri ini diketahui dengan melihat item-item kuesioner yang skornya rendah atau kurang. Penggolongan item-item kuesioner tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 berdasarakan besarnya atau tingginya skor dapat dilihat pada Tabel 4.2


(65)

Tabel 4 .2 Penggologan Item Kuesioner Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 Berdasarkan

Besarnya Skor

Kategori Interval Frekuensi Persentase Sangat Tinggi 162,5 - 200 17 28,33 %

Tinggi 137,5 - 162,4 29 48,33 % Sedang 112,5 - 137,4 13 21,67 % Rendah 87,5 - 112,4 1 1,67 % Sangat Rendah 50 - 87,4 0 0 %

Jumlah 60 100 %

Dari Tabel 4.2 tampak bahwa jumlah item yang skornya “sangat tinggi” ada 17 yaitu nomer 1, 8, 11, 15, 17, 20, 23, 27, 32, 33, 35, 36, 52, 54, 55, 56, dan 60. Jumlah item yang skornya “tinggi” ada 29 yaitu nomer 4, 6, 7, 14, 16, 18, 19, 22, 25, 26, 30, 31, 34, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 49, 50, 51, 53, 57, dan 58. Jumlah item yang skornya “sedang” ada 13 yaitu nomer 2, 3, 9, 10, 12, 13, 21, 24, 2, 29, 39, 48, dan 59. Item yang skornya “rendah” ada 1, yaitu nomer 5. Tidak ada item yang skornya “sangat rendah”. Item-item kuesioner yang skornya sedang dan rendah dapat dilihat pada Tabel 4.3. Item-item inilah yang dijadikan dasar usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa seperti disajikan dalam Lampiran 9.


(66)

Tabel 4 .3 Item yang Memiliki Skor Sedang dan Rendah

Aspek Indikator Nomor Item dan Pernyataan

Usia

kematangan

Pembawaan 5.Saya sadar bahwa saya mudah marah (item ini saja yang skornya rendah).

29.Bentuk rambut saya tidak sesuai dengan keinginan saya.

59.Saya sadar bahwa saya pintar di antara teman-teman.

Kepatutan Seksual

Pendidikan Seks dari orang tua

9.Saya malu untuk bertanya tentang seksualitas kepada orang tua saya. 13.Saya cukup mampu memahami seksualitas karena orang tua

memberikan pendidikan seks kepada saya.

Teman sebaya

Mampu mengontrol tingkah laku sosial

2.Saya mengalami kesulitan untuk menolak ajakan teman.

Mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan usianya

3.Saya merasa kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi saya.

Saling bertukar masalah 12.Saya kurang terbuka untuk bercerita tentang masalah saya kepada orang lain.

Hubungan Keluarga

Peran dalam keluarga 21.Saya merasa kurang dilibatkan dalam urusan keluarga saya. Kreativitas Usia 39.Saya belum mengembangkan

bakat saya dengan baik Penggunaan waktu

luang

48.Saya mengalami kesulitan dalam membagi waktu untuk belajar dan waktu untuk bermain.

Tersedianya fasilitas 28. Saya sadar bahwa saya kurang kreatif, karena fasilitas yang saya butuhkan kurang.

Cita-cita Teman Sebaya 24.Saya khawatir bahwa saya tidak dapat mencapai cita-cita saya.


(67)

B.Pembahasan

1. Deskripsi Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

Untuk membatasi pembahasan dan untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu, hasil penelitian ini peneliti kelompokkan menjadi dua yaitu konsep diri tinggi atau positif (konsep diri tinggi disatukan dengan konsep diri sangat tinggi) dan konsep diri yang kurang tinggi atau negatif . Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan semula. Semula peneliti menduga bahwa konsep diri siswa umumnya negatif. Ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa tinggi atau positif.

Ada dua hal yang muncul dalam pikiran peneliti sesudah melihat hasil penelitian ini. Pertama, hasil penelitian bisa jadi tidak mencerminkan kenyataan sesungguhnya karena mungkin responden cenderung memberikan jawaban yang positif. Kedua, boleh jadi konsep diri siswa tinggi dan dugaan awal peneliti salah, bisa jadi ada faktor-faktor yang membuat konsep diri positif seperti perlakuan guru sudah lebih positif, sehingga konsep diri positif. Dan sekalipun status sosial ekonomi keluarga rendah, bisa jadi tidak ada pengaruhnya bagi siswa, karena anak mendapat pengalaman dan perlakuan yang baik. Untuk siswa yang konsep dirinya termasuk tinggi pun perlu juga ada upaya untuk terus mengembangkannya menjadi lebih tinggi.


(68)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 siswa (14%) memiliki konsep diri yang sedang dan tidak ada siswa yang konsep dirinya rendah atau sangat rendah. Konsep diri yang sedang peneliti tafsirkan sebagai kurang tinggi atau negatif. Tentu ada berbagai faktor yang menyebabkannya. Burns (1993) mengatakan bahwa konsep diri siswa berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Kualitas konsep diri yang dibangun oleh siswa ditentukan oleh perlakuan yang diterimanya dari orang lain seperti orang tua, sanak saudara, teman sebaya, dan guru. Apabila siswa diperlakukan secara baik, maka konsep dirinya positif atau tinggi. Sebaliknya, apabila siswa sering memperoleh pengalaman-pengalaman yang negatif, maka siswa memiliki konsep diri rendah. Siswa yang memiliki konsep diri rendah adalah siswa yang kurang yakin dengan kemampuan dirinya sendiri atau memandang dirinya negatif dan tidak memiliki kemampuan. Konsep diri yang rendah sangat mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa terhambat dalam melakukan upaya-upaya yang perlu dilakukan agar hasil belajarnya optimal. Misalnya siswa malu bertanya ketika mengalami kesulitan belajar.

Konsep diri yang rendah atau negatif dapat juga disebabkan oleh perlakuan guru yang negatif terhadap siswa di sekolah, seperti bersikap meremehkan, mencemooh atau menyindir siswa di depan kelas, merendahkan, menolak, tidak memberikan perhatian, membanding-bandingkan siswa dengan siswa lain dan memberi “label atau cap bodoh,


(69)

Konsep diri yang rendah atau negatif juga dapat dipengaruhi oleh pergaulan siswa dengan teman sebayanya yang negatif, seperti: ditolak, direndahkan dipermalukan, tidak diterima dan disingkirkan oleh teman-temannya, tidak dihargai, tidak disukai.

Status sosial ekonomi keluarga yang rendah dapat berpengaruh negatif. Siswa dari keluarga yang status sosial ekonominya rendah dapat minder, tidak percaya diri, menarik diri dari pergaulan, tidak bangga dengan dirinya dan keluarga, tidak berani mengungkapan pendapat dan perasaannya.

Usaha-usaha yang perlu dilakukan oleh guru untuk semakin meningkatkan konsep diri siswa menjadi lebih positif, antara lain: 1) guru berusaha menunjukkan segi positif atau kebaikan siswa, membesarkan hati siswa dengan menunjukkan keberhasilannya, 2) melakukan kegiatan atau latihan untuk membantu siswa menyadari segi positif dirinya, 3) berkomunikasi secara empatik.

Selain guru pembimbing perlu juga upaya dari pihak lain agar konsep diri siswa semakin positif, seperti orang tua. Orang tua perlu: 1) menerima anak apa adanya, sehingga anak juga akan menerima dirinya sendiri, 2) meluangkan waktu untuk berkumpul dan berbagi cerita bersama anak sehingga anak merasakan kehangatan, 3) memberikan pengetahuan tentang pendidikan seksualitas supaya anak dapat menerima dirinya sendiri dengan baik, 4) menunjukkan atau mengungkapkan kebaikan atau hal yang


(1)

Lampiran 8:

Hasil Analisis Validitas Instrumen

Aspek-aspek

Indikator

Jumlah Item

Nomor Item

Valid

Tidak

Valid

Valid

Tidak

Valid

Usia

Kematangan

a.Pembawaan

8

-

4,5,6,29,35,38,

58,59

-

b.Perlakuan

lingkungannya

2

-

7,41

Penampilan

Diri

a.Tinggi badan

2

-

60,34

-

b.Berat badan

2

-

8,46

-

c.Perubahan

pubertas

4

-

23,27,42,50

-

d.Perubahan

proporsi tubuh

2

-

14,20

-

Kepatutan

Seksual

a.Media massa

2

-

30,47

-

b.Pendidikan seks

dari orang tua

2

-

13,9

-

Nama dan

Julukan

a.Semakin

seringnya nama

dan digunakan

2

-

10,31

-

b.Kuatnya perasaan

kurang senang

terhadap nama itu

2

-

44,56

-

Teman

Sebaya

a.Membantu

berinteraksi dengan

orang lain.

2

-

1,11

-

b.Mampu

mengontrol tingkah

laku sosial

2

-

2,57

-

c.Mengembangkan

keterampilan yang


(2)

sesuai dengan

usianya

d.Saling bertukar

masalah.

2

-

12,51

-

Hubungan

Keluarga

a.Sikap orang tua

2

-

15,43

-

b.Ukuran dalam

keluarga terhadap

siswa

4

-

16,18,37,52

-

c.Mampu

mengembangkan

hubungan keluarga

1

1

26

19

d.Keadaan rumah

2

-

17,54

-

e.Peran dalam

kelurga

2

-

21,49

-

Kreativitas

a.Usia

2

-

25,39

-

b.Tingkat

pendidikan orang

tua.

2

-

32,53

-

c.Penggunaan

waktu luang

2

-

22,48

-

d.Tersedianya

fasilitas

2

-

36,28

-

Cita-cita

a.Teman sebaya

2

-

24,40

-

b.Minat

2

-

33,45

-


(3)

Lampiran 9:

Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri

Siswa

No Aspek

Konsep Diri

Item Tujuan Topik Waktu Metode Sumber

1 Usia Kematangan

(5) Saya sadar bahwa saya mudah marah. (29) Bentuk rambut saya tidak sesuai dengan keinginan saya. (59) Saya sadar bahwa saya pintar di antara teman-teman

Siswa semakin memiliki konsep diri yang psotif. Siswa semakin memahami berbagai hal positif dalam dirinya.

Konsep diri. 40 Menit Tanya jawab, lembar kerja (instrumen), ceramah.

Gea, Antonius Atosokhi, S. Th. MM., dkk, 2002. Relasi dengan diri sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo .

2 Kepatutan Seksual

(9) Saya malu untuk bertanya tentang seksualitas kepada orang tua saya (13) Saya cukup mampu

memahami seksualitas karena orang tua memberikan pendidikan seks kepada saya

Supaya siswa memahami seksualitas secara tepat.

Seksualitas 40 Menit Tanya jawab, lembar kerja, ceramah.

Imran Irawati. 1999. Perkemba ngan Seksual Remaja. BKKBN


(4)

Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri

Siswa

No Aspek Konsep

Diri

Item Tujuan Topik Waktu Metode Sumber

3 Teman sebaya

(2) Saya mengalami kesulitan untuk menilak ajakan teman.

(3) Saya merasa kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi saya. (12) Saya kurang terbuka untuk bercerita tentang masalah saya kepada orang lain.

Supaya siswa semakin menguasai beberapa keterampilan sosial. Keterampila n sosial (Asertifitas, keterbukaan) 120-180 menit Tanya jawab, lembar kerja, ceramah singkat. Komisi pendidikan KWI. 1991. Berkembang Bersama Orang Lain. Yogyakarta: Kanisius.

4 Hubungan keluarga

(21) Saya merasa kurang dilibatkan dalam urusan keluarga saya. Siswa semakin memahami hal-hal yang perlu dilakukan sebagai anggota keluarga yang baik Peranan dalam keluarga 40 Menit Tanya jawab, lembar kerja, ceramah. Indra, S. 1980. Faktor-faktor Penting dalam Kehidupan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.


(5)

Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri

Siswa

No Aspek

Konsep Diri

Item Tujuan Topik Waktu Metode Sumber

5 Kreativitas (39) Saya belum mengembangkan bakat saya dengan baik.

(48) saya mengalami kesulitan dalam membagi waktu untuk belajar dan waktu untuk bermain. (28) Saya sadar bahwa saya kurang kreatif, karena fasilitas yang saya butuhkan kurang.

Siswa semakin mengetahui bakatnya. Siswa semakin mampu menggunakan waktu dengan baik.

Siswa

mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan supaya semakin kreatif.

Bakat

Manajemen waktu

Kreativitas

120-180 menit

Dengan Tes Minat Bakat.

Tenaga ahli psikologi.

6 Cita-cita (24) Saya khawatir bahwa saya tidak dapat mencapai cita-cita saya.

Siswa dapat merencanakan masa depannya secara realistis.

Cita-citaku 40 Menit

Tanya jawab, diskusi, ceramah.

Friel, J. 2003. Teens or 7: 7 Hal terbaik yang dilakukan Remaja Top. Bandung: KAIFA. Salma, Regina. 2010. Motivasi Anak Terhebat. Jakarta: PT. Galangpress Media Utama.


(6)