Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk

Tabel 4 .2 Penggologan Item Kuesioner Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 20162017 Berdasarkan Besarnya Skor Kategori Interval Frekuensi Persentase Sangat Tinggi 162,5 - 200 17 28,33 Tinggi 137,5 - 162,4 29 48,33 Sedang 112,5 - 137,4 13 21,67 Rendah 87,5 - 112,4 1 1,67 Sangat Rendah 50 - 87,4 Jumlah 60 100 Dari Tabel 4.2 tampak bahwa jumlah item yang skornya “sangat tinggi” ada 17 yaitu nomer 1, 8, 11, 15, 17, 20, 23, 27, 32, 33, 35, 36, 52, 54, 55, 56, dan 60. Jumlah item yang skornya “tinggi” ada 29 yaitu nomer 4, 6, 7, 14, 16, 18, 19, 22, 25, 26, 30, 31, 34, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 49, 50, 51, 53, 57, dan 58. Jumlah item yang skornya “sedang” ada 13 yaitu nomer 2, 3, 9, 10, 12, 13, 21, 24, 2, 29, 39, 48, dan 59. Item yang skornya “rendah” ada 1, yaitu nomer 5. Tidak ada item yang skornya “sangat rendah”. Item-item kuesioner yang skornya sedang dan rendah dapat dilihat pada Tabel 4.3. Item-item inilah yang dijadikan dasar usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa seperti disajikan dalam Lampiran 9. Tabel 4 .3 Item yang Memiliki Skor Sedang dan Rendah Aspek Indikator Nomor Item dan Pernyataan Usia kematangan Pembawaan 5.Saya sadar bahwa saya mudah marah item ini saja yang skornya rendah. 29.Bentuk rambut saya tidak sesuai dengan keinginan saya. 59.Saya sadar bahwa saya pintar di antara teman-teman. Kepatutan Seksual Pendidikan Seks dari orang tua 9.Saya malu untuk bertanya tentang seksualitas kepada orang tua saya. 13.Saya cukup mampu memahami seksualitas karena orang tua memberikan pendidikan seks kepada saya. Teman sebaya Mampu mengontrol tingkah laku sosial 2.Saya mengalami kesulitan untuk menolak ajakan teman. Mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan usianya 3.Saya merasa kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi saya. Saling bertukar masalah 12.Saya kurang terbuka untuk bercerita tentang masalah saya kepada orang lain. Hubungan Keluarga Peran dalam keluarga 21.Saya merasa kurang dilibatkan dalam urusan keluarga saya. Kreativitas Usia 39.Saya belum mengembangkan bakat saya dengan baik Penggunaan waktu luang 48.Saya mengalami kesulitan dalam membagi waktu untuk belajar dan waktu untuk bermain. Tersedianya fasilitas 28. Saya sadar bahwa saya kurang kreatif, karena fasilitas yang saya butuhkan kurang. Cita-cita Teman Sebaya 24.Saya khawatir bahwa saya tidak dapat mencapai cita-cita saya.

B. Pembahasan

1. Deskripsi Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP

Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 20162017 Untuk membatasi pembahasan dan untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu, hasil penelitian ini peneliti kelompokkan menjadi dua yaitu konsep diri tinggi atau positif konsep diri tinggi disatukan dengan konsep diri sangat tinggi dan konsep diri yang kurang tinggi atau negatif . Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan semula. Semula peneliti menduga bahwa konsep diri siswa umumnya negatif. Ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa tinggi atau positif. Ada dua hal yang muncul dalam pikiran peneliti sesudah melihat hasil penelitian ini. Pertama, hasil penelitian bisa jadi tidak mencerminkan kenyataan sesungguhnya karena mungkin responden cenderung memberikan jawaban yang positif. Kedua, boleh jadi konsep diri siswa tinggi dan dugaan awal peneliti salah, bisa jadi ada faktor-faktor yang membuat konsep diri positif seperti perlakuan guru sudah lebih positif, sehingga konsep diri positif. Dan sekalipun status sosial ekonomi keluarga rendah, bisa jadi tidak ada pengaruhnya bagi siswa, karena anak mendapat pengalaman dan perlakuan yang baik. Untuk siswa yang konsep dirinya termasuk tinggi pun perlu juga ada upaya untuk terus mengembangkannya menjadi lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 siswa 14 memiliki konsep diri yang sedang dan tidak ada siswa yang konsep dirinya rendah atau sangat rendah. Konsep diri yang sedang peneliti tafsirkan sebagai kurang tinggi atau negatif. Tentu ada berbagai faktor yang menyebabkannya. Burns 1993 mengatakan bahwa konsep diri siswa berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Kualitas konsep diri yang dibangun oleh siswa ditentukan oleh perlakuan yang diterimanya dari orang lain seperti orang tua, sanak saudara, teman sebaya, dan guru. Apabila siswa diperlakukan secara baik, maka konsep dirinya positif atau tinggi. Sebaliknya, apabila siswa sering memperoleh pengalaman- pengalaman yang negatif, maka siswa memiliki konsep diri rendah. Siswa yang memiliki konsep diri rendah adalah siswa yang kurang yakin dengan kemampuan dirinya sendiri atau memandang dirinya negatif dan tidak memiliki kemampuan. Konsep diri yang rendah sangat mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa terhambat dalam melakukan upaya-upaya yang perlu dilakukan agar hasil belajarnya optimal. Misalnya siswa malu bertanya ketika mengalami kesulitan belajar. Konsep diri yang rendah atau negatif dapat juga disebabkan oleh perlakuan guru yang negatif terhadap siswa di sekolah, seperti bersikap meremehkan, mencemooh atau menyindir siswa di depan kelas, merendahkan, menolak, tidak memberikan perhatian, membanding- bandingkan siswa dengan siswa lain dan memberi “label atau cap bodoh, nakal atau pemalas”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI