EKSTRAKSI Ekstraksi Minyak dari Biji Kurma (Phoenix dactylifera L.) dengan Metode Soxhlet Extraction dengan Menggunakan Etil Asetat

11 2.1 konsentrasi A dalam fasa ekstrak konsentrasi A dalam fasa rafinat komponen tersebut, kandungan minyak adalah yang penting untuk perkecambahan biji sebagai penyuplai energi yang dibutuhkan untuk proses perkecambahan dibandingkan protein dan karbohidrat [1]. Biji kurma adalah suatu limbah yang dihasilkan dari banyak komoditi industri. Umumnya, biji kurma dijadikan pakan ternak yang diolah secara tradisional yang mudah untuk dilakukan. Dengan perkembangan teknologi, minyak biji kurma telah digunakan sebagai bahan pengganti dari minyak nabati dalam pembuatan body creams, shampoos, dan sabun [5]. Biji kurma berpotensi sebagai sumber edible oil [6].

2.2 EKSTRAKSI

Ekstraksi adalah penghilangan dari suatu konstituen yang terlarut di dalam suatu cairan ke lainnya. Cairan pertama berupa umpan F, alur umpan F mengandung solute pada konsentrasi awal X f . Cairan kedua berupa pelarut S yang mana terlarut sebagian di dalam umpan. Pelarut juga memiliki beberapa zat terlarut pada konsentrasi awal Y, akan tetapi biasanya Y s adalah nol. Pelarut melakukan proses ekstraksi, sehingga pelarut kaya akan cairan yang meninggalkan ekstraktor yang disebut ekstrak, E. Dengan solute yang hilang sebagian atau keseluruhan dari umpan, umpan telah dimurnikan, sehingga umpan kaya akan cairan yang meninggalkan ekstraksi yang disebut rafinat, R [21]. Ketika umpan dan pelarut larut bersamaan, solute A akan terdistribusi sendiri diantara dua fasa cair. Pada kesetimbangan, rasio dari distribusi ini disebut koefisien distribusi m. Koefisien distribusi dapat dilihat pada persamaan dibawah ini [21]:   X Y A A m ............... dimana koefisien distribusi, m, adalah suatu pengukuran dari afinitas solute A untuk satu fasa E,S, dan fasa yang lainnya F, R. Konsentrasi A dapat digambarkan dalam bermacam-macam unit, tetapi untuk kemudahan penghitungan, itu lebih baik untuk menyatakan konsentrasi pada suatu basis bebas solute untuk ke dua fasa tersebut. Universitas Sumatera Utara 12 Ekstraksi senyawa berharga dari tumbuhan adalah salah satu pendekatan yang paling berkelanjutan yang dapat digunakan. Pemisahan yang efektif dari campuran menghasilkan yield ekstraksi minyak yang tinggi dan konsentrasi dari campuran bioaktif dari suatu matriks tanaman adalah suatu prosedur yang sulit yang berkaitan dengan penghilangan campuran yang berharga dan campuran yang tidak diinginkan dari co-extraction [22]. Walaupun ekstraksi bisa memindahkan solute dari umpan secara sempurna, pemisahan lanjut diperlukan agar pemulihan solute dari pelarut dan membuat pelarut yang cocok untuk digunakan kembali ke dalam ekstraktor. Pemulihan ini dapat melalui unit operasi lainnya seperti distilasi, evaporasi, kristalisasi dan filtrasi [21]. Leaching terkadang disebut dengan ekstraksi padat-cair atau ekstraksi cair-padat yang melibatkan penghilangan fraksi terlarut solute atau leaktan dari suatu material padat oleh suatu pelarut cair. Solute terdifusi dari dalam padatan ke dalam pelarut. Begitu juga fraksi padatan yang terekstraksi atau padatan yang terlarut, atau keduanya, adalah produk yang diinginkan. Leaching banyak digunakan dalam metalurgi, produk alami, dan industri makanan [25]. Leaching berkaitan dengan ekstraksi konstituen yang larut dari suatu padatan dengan menggunakan pelarut. Metode yang digunakan untuk ekstraksi ditentukan oleh proporsi konstituen padatan yang terlarut, distribusi melalui padatan, sifat alami dari padatan dan ukuran partikel [23]. Model operasi dari semua sistem ekstraksi adalah solvent organik dibawah pengaruh panas dan tekanan akan diserap kembali dan campuran organik terdisfusi dari matriks sampel menurut perpindahannya ke dalam pelarut organik [26]. Proses ini dapat digambarkan pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara 13 Re cove ry Time arbitary unit Gambar 2.1 Profil Tipe Ekstraksi untuk Pemulihan Campuran Organik dari Matriks Padat [26] Ekstraksi dari substrat padatan dilakukan secara kontinu dengan mengontakkan substrat padatan dengan suatu pelarut. Sejumlah ektstrak terakumulasi selama proses ekstraksi, prinsipnya, ditunjukkan pada Gambar 2.2 kurva skematik. Bagian pertama dari kurva ekstraksi dapat berupa garis lurus, sesuai dengan laju ekstraksi yang konstan. Bagian kedua dari grafik, pendekatan nilai batas yang diberikan dari jumlah total zat yang terekstraksi. Gradien dari bagian pertama dari grafik digambarkan melalui kesetimbangan kelarutan. Kemudian, dari gradien ini kesetimbangan kelarutan dapat ditentukan. Gambar 2.2 Kurva Skematik Ekstraksi [27] Ju m lah E k st rak Total Jumlah Ekstrak dalam Substrat Waktu Ekstraksi atau Jumlah pelarut Daerah II: Laju Ekstraksi Menurun Daerah I: Laju Ekstraksi Konstan Universitas Sumatera Utara 14 Jumlah total ekstrak versus waktu ekstraksi atau jumlah pelarut. Grafik pada Daerah I adalah linear dengan laju ekstraksi yang konstan. Laju ekstraksi bergantung rasio pelarut. Grafik Daerah II adalah non linear yang berkaitan dengan perpindahan massa [27].

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi

Pemilihan perlengkapan untuk proses ekstraksi dipengaruhi oleh faktor- faktor yang mana sebagai pembatas laju reaksi. Ada 4 faktor penting yang harus dipertimbangkan 1 ukuran partikel, 2 pelarut, 3 suhu, dan 4 pengadukan [23].

2.2.1.1 Ukuran Partikel

Ukuran terkecil, terbesar adalah daerah interface antara padatan dan cairan dan sehingga yang tertinggi adalah laju perpindahan dari suatu material dan yang terkecil adalah jarak dari solute yang berdifusi di dalam padatan. Ukuran partikel harus kecil sehingga masing-masing partikel membutuhkan sekitar waktu yang sama untuk mengekstraksi [23].

2.2.1.2 Pelarut

Cairan yang dipilih seharusnya adalah sebuah pelarut yang selektif dan kekentalannya harus rendah untuk tersirkulasi secara bebas. Pada umumnya, pelarut yang murni akan digunakan, ketika ekstraksi diperoses konsentrasi solute akan meningkat dan laju ekstraksi akan menurun; pertama disebabkan gradien konsentrasi akan dihilangkan, dan kedua karena larutan akan menjadi lebih kental [23]. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etil asetat. Etil asetat adalah sebuah molekul asetat CH 3 COO - dengan dua rantai karbon. Etil asetat digunakan sebagai pelarut di dalam sintesis kimia dan baik digunakan di dalam makanan dengan konsentrasi yang rendah. Etil asetat telah dievaluasi oleh FAO Food and Agriculture Organization tentang penggunaannya dalam makanan dapat dilihat pada Tabel 2.7. Universitas Sumatera Utara 15 H 3 C O CH 3 O Tabel 2.7 Penggunaan Aditif Makanan dengan Etil Asetat [24] Nama 21 CFR Penggunaan Etil Asetat 173.228 Diizinkan sebagai zat aditif makanan untuk konsumsi manusia-pelarut Etil Asetat 182.60 Zat yang aman- sebagai zat pemberi rasa buatan Beberapa sifat fisika dan kimia etil asetat terdapat di dalam Tabel 2.8. Tabel 2.8 Sifat Fisika dan Kimia Etil Asetat [24] Tabel 2.8 Sifat Fisika dan Kimia Etil Asetat [24]

2.2.1.3 Suhu

Dalam kebanyakan kasus, kelarutan material yang sedang diekstraksi akan meningkat seiring bertambahnya suhu untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi. Lebih lanjut lagi, koefisien difusi diharapkan meningkat dengan meningkatnya suhu [23]. Parameter Etil Asetat Struktur Rumus Molekul C 4 H 8 O 2 Nama Umum Eter Asetat, Asetidin, Asetoksietan, Etil Ester, Etil Etanoat, Cuka, Nafta Berat Molekul 88,11 Sifat Fisik Jernih, mudah menguap, cairan yang dapat terbakar; bau seperti buah-buahan Titik Didih 77 C Kelarutan dalam Air 10 pada 25 C Kelarutan Larut dengan alkohol, aseton, kloroform, eter Densitas Relatif 0,902 pada 20 C Densitas Uap Relatif 3,04 Parameter Etil Asetat Tekanan Uap 74,4 mmHg pada 20 C Log P ow 0,73 Konstanta Hukum Henry 1,34 x 10 -4 atm m 3 mol Universitas Sumatera Utara 16

2.2.1.4 Pengadukan

Pengadukan adalah penting karena akan meningkatkan difusi eddy dan sehingga perpindahan material dari permukaan partikel ke larutan bulk. Lebih lanjut lagi, pengadukan suspensi dari partikel mencegah sedimentasi dan lebih efektif digunakan [23].

2.3 SOXHLET EXTRACTION