BAHAN DAN PERALATAN .1 Bahan Penelitian RANCANGAN PENELITIAN PROSEDUR PENELITIAN .1 Prosedur Pembuatan Serbuk Biji Kurma

23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 BAHAN DAN PERALATAN 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Biji Buah Kurma 2. Etil Asetat C 4 H 8 O 2 3. Kalium Hidroksida KOH 4. Phenolphthalein C 20 H 14 O 4 5. Asam Klorida HCl 6. Klorofom CHCl 3 7. Asam Asetat CH 3 COOH 8. Kalium Iodida KI 9. Indikator Starch 10. Natrium Thiosulfat Na 2 S 2 O 3 11. Aquadest H 2 O 12. Reagent Dam C 9 H 27 F 2 Si 1 S 1 N 3 13. Natrium Hidroksida NaOH 14. Etanol C 2 H 5 OH 15. Karbon Tetraklorida CCl 4 3.1.2 Peralatan 3.1.2.1 Peralatan Penelitian 1. Beaker Glass 2. Gelas Ukur 3. Erlenmeyer 4. Pipet Tetes 5. Oven 6. Ball Mill 7. Kertas Saring Whatman No. 1 8. Ayakan 9. Freezer Universitas Sumatera Utara 24 10. Corong gelas 11. Timbangan elektrik 12. Statif dan klem 13. Batang pengaduk

3.1.2.2 Peralatan Analisa

1. Erlenmeyer 2. Corong gelas 3. Gelas ukur 4. Pipet tetes 5. Buret 6. Statif dan klem 7. Water bath 3.1.2.3 Peralatan Utama Untuk mendukung metode Soxhlet extraction ini maka dibutuhkan suatu rangkaian peralatan yang dinamakan peralatan sokhlet Soxhlet Apparatus. Peralatan sokhlet dapat dilihat pada Gambar 2.3 yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun fungsi dari tiap bagian peralatan sokhlet tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kondenser : berfungsi sebagai pendingin dan juga untuk mempercepat proses pengembunan. 2. Thimble : berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil solute nya. 3. Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus 6. Labu alas bulat : berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya 7. Hot plate: berfungsi sebagai pemanas Universitas Sumatera Utara 25

3.2 RANCANGAN PENELITIAN

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Massa Bahan Baku gr Waktu Ekstraksi jam Berat Bahan Baku:Pelarut wv 50 0,5 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 1 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 2 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 3 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 4 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 5 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 3.3 PROSEDUR PENELITIAN 3.3.1 Prosedur Pembuatan Serbuk Biji Kurma 1. Sampel biji kurma dicuci bersih 2. Sampel biji kurma dikeringkan pada oven dengan suhu 50 C hingga berat konstan tercapai [11]. 3. Setelah dikeringkan, sampel dihaluskan mengunakan ball mill bola besar. Universitas Sumatera Utara 26 4. Sampel diayak dengan menggunakan ayakan 50 mesh hingga diperoleh serbuk biji kurma.

3.3.2. Prosedur Ekstraksi Minyak Biji Kurma M

inyak biji kurma diekstraksi dengan peralatan sokhlet menggunakan pelarut etil asetat titik didih 77 C dengan variasi bahan:pelarut 1:2, 1:3; 1:4, 1:5, dan 1:6 selama 0,5 jam; 1 jam; 2 jam; 3 jam; 4 jam; dan 5 jam dengan massa sampel 50 gram. Prosedur ekstraksi minyak biji kurma dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Sampel yang telah halus dimasukkan sebanyak 50 gram ke dalam thimble yang terdapat di tengah bagian dari peralatan sokhlet. 2. Pelarut etil asetat digunakan untuk proses ekstraksi dimasukkan ke dalam labu alas bulat dengan variasi berat bahan baku:pelarut 1:2, 1:3, 1:4; 1:5 dan 1:6. 3. Minyak biji kurma diekstraksi dengan peralatan sokhlet selama 0,5 jam; 1 jam; 2 jam; 3 jam; 4 jam; 5 jam 4. Pelarut etil asetat didistilasi dari labu alas bulat dengan menggunakan suatu peralatan panas umum laboratorium yaitu hot plate [28]. 5. Ekstrak minyak disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 untuk menghilangkan partikel-partikel asing [33]. 6. Labu alas bulat yang mengandung ekstrak minyak dikeringkan pada 30-40 C selama 30 menit [34]. 7. Pelarut dipulihkan dari campuran minyak dengan cara evaporasi di bawah temperatur titik didih pada 70 C [35]. 8. Ekstrak minyak disimpan di dalam freezer untuk selanjutnya dianalisa [35]. 3.3.3 Prosedur Analisa 3.3.3.1 Prosedur Penentuan Kandungan Minyak Prosedur penentuan kandungan minyak dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut [35]: Universitas Sumatera Utara 27 3.1 Densitas air = W 1 – W V 3.2 Kandungan minyak = Volume minyak Densitas Minyak Berat sampel X 100 1. Berat sampel ditimbang sebanyak 50 gram, setelah itu dilakukan ekstraksi sehingga mendapatkan minyak yang diinginkan 2. Minyak yang telah didapatkan selanjutnya dipulihkan melalui distilasi pada hot plate 3. Minyak yang telah dipulihkan melalui distilasi pada hot plate dimasukkan ke dalam silinder pengukuran. 4. Silinder pengukuran kemudian ditempatkan pada water bath pada suhu 60 C selama 2-3 jam untuk proses evaporasi pelarut yang sempurna. 5. Volume minyak dicatat. 6. Kandungan minyak dihitung dengan persamaan:

3.3.3.2 Prosedur Penentuan Spesific Gravity

Prosedur penentuan spesific gravity dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut [35]: 1. Berat silinder pengukuran ditimbang 2. Berat silinder pengukuran + air ditimbang 3. Volume air yang digunakan diukur 4. Dihitung densitas air dengan persamaan: Dimana: W 1 = berat silinder pengukuran + air W = berat silinder pengukuran V = volume air yang digunakan 5. Berat silinder pengukuran ditimbang 6. Berat silinder pengukuran + minyak ditimbang 7. Volume minyak yang digunakan diukur Universitas Sumatera Utara 28 Densitas minyak = W 1 – W V 3.3 3.4 Densitas minyak 8. Dihitung densitas minyak dengan persamaan: Dimana: W 1 = berat silinder pengukuran + minyak W = berat silinder pengukuran V = volume minyak yang digunakan 9. Setelah densitas air dan densitas minyak diketahui, spesific gravity dapat dihitng dengan persamaan: Sehingga spesific gravity =

3.3.3.3 Prosedur Penentuan Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida adalah indikasi dari kestabilan minyak [36] memiliki suatu sifat yang penting dalam penentuan ketengikan minyak [34]. Pada umumnya, bilangan peroksida harus lebih kecil dari 10 mgg minyak dalam minyak segar. Minyak dengan bilangan peroksida yang tinggi tidak stabil dan dengan mudah menjadi tengik [36], sedangkan minyak dengan bilangan peroksida yang rendah mengindikasikan bahwa minyak dapat disimpan pada periode waktu yang sangat lama [35]. Prosedur penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Dua gram ekstrak minyak dicampurkan ke dalam 22 mL campuran dari 12 mL klorofom dan 10 ml asam asetat pada labu [35]. 2. Satu gram kalium iodida ditambahkan ke campuran di dalam labu [12]. 3. Campuran dipanaskan selama 1 menit [12]. 4. Air distilat 30 mL ditambahkan ke dalam campuran [34]. 5. Campuran yang panas dituangkan ke dalam labu lain yang mengandung 20 mL dari 5 kalium iodida [12]. 6. Dititrasi dengan 0.1 M Na 2 SO 3 sampai warna kuning hampir hilang [35]. Densitas air Universitas Sumatera Utara 29 Peroxide value = S-B x N x 1000 W 7. Indikator starch 0.5 mL segera ditambahkan dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru menghilang [35]. 8. Dilakukan titrasi blanko 9. Dihitung bilangan peroksida dengan persamaan: Dimana : S = volume titran dari sampel ml B = volume titran untuk blanko ml N = molaritas larutan Na 2 SO 3 1000 = unit konversi gkg W = berat sampel minyak

3.3.3.4 Prosedur Penentuan Bilangan Iodin I.V.

Bilangan iodin I.V. dari lemak dan minyak adalah sifat yang penting untuk menentukan derajat kejenuhan. Minyak diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok berdasarkan I.V., minyak diklasifikasikan sebagai non-drying jika I.V. lebih kecil dari 100, semi-drying jika I.V. berada diantara 100 dan 130, atau sebagai drying jika I.V. berada diantara 130-200 [37]. Prosedur penentuan bilangan iodin dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut [12]: 1. 0.4 gram sampel minyak ditimbang 2. 20 ml karbon tetraklorida ditambahkan untuk melarutkan sampel minyak. 3. 25 mL reagent Dam ditambahkan ke dalam labu menggunakan pipet yang aman 4. Suatu stopper dimasukkan dan kandungan di dalam labu diaduk. 5. Labu ditempatkan di tempat yang gelap selama 2 jam 30 menit. 6. Larutan 20 mL dari 10 kalium iodida dan 125 mL air ditambahkan dengan menggunakan silinder pengukuran. 7. Campuran dititrasi dengan 0.1 M larutan natrium thiosulfat hingga warna kuning hampir menghilang. 8. Beberapa tetes 1 indikator starch ditambahkan 3.5 Universitas Sumatera Utara 30 Iodine value = 12.69 C V 1 -V 2 m 9. Dilakukan titrasi secara kontinu dengan menambahkan tetesan thiosulfat hingga warna biru menghilang setelah pengadukan. 10. Dilakukan titrasi blanko 11. Dihitung bilangan iodin dengan persamaan: Dimana : C = konsentrasi natrium thiosulfat yang digunakan V 1 = volume natrium thiosulfat yang digunakan untuk titrasi blanko V 2 = volume natrium thiosulfat yang digunakan untuk penentuan m = berat sampel

3.3.3.5 Prosedur Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Free Fatty Acid

Prosedur penentuan asam lemak bebas free fatty acid dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut [35]: 1. Sampel minyak ditimbang sebanyak 2 gram. 2. Minyak yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. 3. Ditambahkan 100 mL etanol, diikuti dengan penambahan 2 mL indikator phenolpthalein 4. Diaduk campuran dan dititrasi dengan 0,1 M NaOH sambil terus diaduk hingga titik akhir dicapai, yang ditandai dengan warna pink selama 30 detik. 5. Dihitung kadar asam lemak bebas dengan persamaan: x100 W VxNx282 FFA  Dimana: FFA = kadar asam lemak bebas g100g V = volume NaOH mL N = molaritas NaOH 282 = berat molekul asam oleat W = berat sampel minyak 3.6 3.8 Universitas Sumatera Utara 31

3.3.3.6 Prosedur Penentuan Asam Lemak dengan Gas Chromatography-Mass GC-MS

Prosedur penentuan asam lemak dengan Gas Chromatography-Mass GS-MS langkah-langkah sebagai berikut [9]: 1. Suhu kolom dijaga konstan pada 50 C selama 5 menit 2. Peralatan diprogram pada 7 Cmenit sampai 300 C selama 5 menit 3. Gas Helium dialirkan dengan laju alir 1,0 mLmenit 4. Injektor dan detektor diatur pada suhu 250 C, alur perpindahan pada 280 C 5. Sampel yang tersaring diinjeksikan pada rasio split 1:50 6. Beberapa asam lemak metil ester pada minyak dalam biji discan dengan No. 397: 15534, 14357, 11152, 8774, 8344, 74100, 5550, 4336 [6].

3.4 FLOWCHART PENELITIAN