31
Setelah pamitan dengan Bapak Made Suprapto peneliti tidak langsung pulang, peneliti sempatkan untuk berkeliling kampung untuk melakukan
observasi. Saat melakukan observasi peneliti pun berpikir untuk melakukan wawancara dengan informan tambahan. Sebelumnya peneliti telah melihat-lihat
beberapa rumah masyarakat non Bali. Dalam hal ini peneliti tidak mengalami kesulitan untuk menentukan rumah masyarakat Suku Bali dengan rumah
masyrakat lainnya, sebab rumah masyarakat Suku Baki ditandai dengan keberadaan sanggah atau Pura kecil yang ada di halamannya, kemudian peneliti
memilih satu rumah yang letaknya tepat di tengah-tengah Kampung Bali. Peneliti datang dan berkenalan dengan pemilik rumah. Pemilik rumah tersebut adalah
Bapak Abu Hanifah, yang merupakan masyarakat suku Jawa yang tinggal di Kampung Bali. Setelah menyampaikan maksud kedatangan peneliti, Bapak Abu
Hanifah pun bersedia untuk diwawancarai, pada saat itu juga peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Abu Hanifah sebagai Informan tambahan dalam
penelitian ini. Setelah melakukan wawancara mendalam dengan enam informan utama
dan satu informan tambahan serta observasi juga telah dilakukan, maka peneliti melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu analisis data. Pada tahap ini peneliti
menguraikan hasil wawancara terhadap informan penelitian, kemudian peneliti melakukan reduksi data dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya, kemudian peneliti melakukan penyajian data dan melakukan penarikan kesimpulan.
4.1.2. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kampung Bali atau yang memiliki nama asli Desa Cipta Dharma merupakan salah satu dusun yang terdapat di Desa Paya Tusam, Kecamatan Sei
Wampu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kampung Bali pertama kali dibuka oleh masyarakat Suku Bali pada tahun 1962, dimana pada saat itu masyarakat
Suku Bali yang bekerja di PTP 2 telah berakhir masa kontraknya sehingga mereka mencari daerah yang dapat dimukimi. Sejak tahun 1962 hingga 1970-an
masyarakat Suku Bali berangsur-angsur datang dan bermukim di Kampung Bali yang kemudian disusul oleh masyarakat Suku Jawa, Batak dan Karo.
Universitas Sumatera Utara
32
Saat ini ada 90 Kepala Keluarga yang bermukim di Kampung Bali, dimana 34 Kepala Keluarga merupakan Suku Bali, 4 Kepala keluarga bersuku Karo dan
Batak serta 52 Kepala Keluarga bersuku Jawa. Dari data kependudukan ini dapat disimpulkan bahwa saat ini Kampung Bali sudah dimukimi oleh masyarakat dari
berbagai suku, tertutama masyarakat Suku Jawa yang telah menjadi mayoritas. Berada jauh dari keramaian dan akses jalan yang buruk membuat
Kampung Bali menjadi terisolir. Jalan berbukit yang curam dengan dikelilingi perkebunan kelapa sawit dan karet merupakan satu-satunya akses jalan yang harus
dilalui masyarakat Kampung Bali untuk keluar masuk desa, ditambah lagi kondisi tanah yang berlumpur ketika hujan dan bedebu ketika musim kemarau semakin
memperparah akses jalan keluar masuk Kampung Bali. Selain akses jalan keluar masuk, Sarana dan prasarana yang terdapat di
Kampung Bali juga tergolong minim. Untuk sarana pendidikan, di Kampung Bali hanya terdapat satu buah Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini PAUD dan satu
buah Sekolah Dasar SD, sementara untuk Sekolah Menengah, anak-anak di Kampung Bali harus bersekolah keluar desa yang membutuhkan waktu tempuh
satu hingga dua jam perjalanan. Sementara untuk sarana peribadatan di Kampung Bali terdapat sebuah Masjid dan sebuah Pura.
Sistem pemerintahan yang berlaku di Kampung Bali menggunakan sistem pemerintahan formal, dimana Kampung Bali ini dipimpin oleh seorang Kepala
Dusun yang bertanggungjawab mengayomi warganya dalam hal kependudukan dan pemerintahan. Selain menggunakan sistem pemerintahan formal yang berlaku
bagi seluruh masyarakat, Kampung Bali juga menggunakan sistem pemerintahan adat yang berlaku bagi masyarakat Suku Bali.
Kampung Bali merupakan desa yang menjunjung tinggi budaya gotong- royong. Selain sering melaksanakan kerja bakti, masyarakat Kampung Bali juga
membentuk sebuah badan yang dinamakan BPKD Badan Pendapatan Perkapita Desa yang bertujuan untuk keperluan pembangunan Kampung Bali. BPKD ini
dibentuk dan dikelola secara mandiri oleh masyarakat Kampung Bali. Masyarakat Kampung Bali menggantungkan hidupnya dibidang pertanian.
Mata pencarian utama masyarakat adalah bertani karet dan kepala sawit. Setiap hari masyarakat Kampung Bali pergi ke lahan pertanian, sejak pukul 07.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
33
hingga menjelang siang hari. Hal ini telah menjadi rutinitas masyarakat setiap hari, sehingga di pagi hari hingga siang hari suasa di Kampung Bali sangat sepi,
dan menjalang sore dan malam hari barulah masyarakat saling berinterakasi satu sama lain.
4.1.3. Profil Informan 1 Bapak Nyoman Sumandro