sistem asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Perlindungan ini diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah. PKM. No. 28 Tahun 2014 Dalam JKN prinsipnya diadopsi dan diperbaiki dari ASKES yang benar-
benar komprehensif dalam artian pengobatan semua jenis penyakit dijamin, baik yang murah maupun mahal yang disediakan dalam bentuk layanan, bukan
penggantian uang terhadap semua penduduk Indonesia, termasuk warga negara asing yang tinggalbekerja di Indonesia.
2.3.2 Penyelenggara Pelayanan Kesehatan di era JKN
Penyelenggara pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat
kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas. PMK. No. 28 Tahun 2014
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama FKTP dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKRTL antara lain: PMK. No. 28 Tahun 2014
Universitas Sumatera Utara
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dapat berupa: a.
Puskesmas atau yang setara; b.
Praktik Dokter; c.
Praktik Dokter Gigi; d.
Klinik Pratama atau yang setara; dan e.
Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara FKTP
yang bekerja
sama dengan
BPJS Kesehatan
harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan paripurna,
berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan
penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan bagi
Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
berupa: a.
Klinik Utama atau yang setara; b.
Rumah Sakit Umum; dan c.
Rumah Sakit Khusus.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Metode Pembayaran di Rumah Sakit
Terdapat dua metode pembayaran yang digunakan di rumah sakit yaitu metode pembayaran retrospektif dan metode pembayaran prospektif. Metode
pembayaran retrospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien berdasar pada setiap aktifitas layanan
yang diberikan, semakin banyak layanan kesehatan yang diberikan semakin besar tarif yang harus dibayarkan. Contoh pola pembayaran retrospektif adalah Out of
Pocket OOP dan Fee For Services FFS. PMK. No. 27 Tahun 2014 Metode pembayaran prospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan
atas layanan kesehatan yang besarannya sudah diketahui sebelum pelayanan kesehatan diberikan. Contoh pembayaran prospektif adalah global budget,
Perdiem, Kapitasi dan case based payment yaitu Indonesia Case Base Groups INA-
CBG’s PMK. No. 27 Tahun 2014
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembayaran Prospektif
Kelebihan Kekurangan
Provider Pembayaran lebih adil sesuai
dengan kompleksitas pelayanan Kurangnya kualitas Koding akan
menyebabkan ketidaksesuaian
proses grouping
pengelompokan kasus Proses Klaim Lebih Cepat
Pasien Kualitas Pelayanan baik
Pengurangan Kuantitas
Pelayanan Dapat memilih Provider dengan
pelayanan terbaik Provider merujuk ke luar RS
lain Pembayar
Terdapat pembagian
resiko keuangan dengan provider
Memerlukan pemahaman
mengenai konsep
prospektif dalam implementasinya
Tarif administrasi lebih rendah Memerlukan monitoring Pasca
Klaim Mendorong peningkatan sistem
informasi
Sumber : PERMENKES 27 Tahun 2014
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembayaran Retrospektif
Kelebihan Kekurangan
Provider Risiko keuangan sangat
kecil Tidak ada insentif untuk yang
memberikan Preventif Care Pendapatan Rumah Sakit
tidak terbatas Supplier induced-
demand” Pasien
Waktu tunggu yang lebih singkat
Jumlah pasien di klinik sangat banyak Overcrowded clinics
Lebih mudah mendapat pelayanan
dengan teknologi terbaru
Kualitas pelayanan kurang
Pembayar Mudah
mencapai kesepakatan
dengan provider
Tarif administrasi tinggi untuk proses klaim
meningkatkan risiko keuangan
Sumber : PERMENKES 27 Tahun 2014
2.4 Indonesia Case Bases Groups INA- CBG’s