Uji waktu hancur Uji Evaluasi Tablet

45 melunak sesuai waktu, sedangkan tablet yang cenderung kehilangan kelembapan cenderung akan mengeras sesuai waktu usia Agoes, 2008. Penyebab masalah variasi kekerasan sama dengan penyebab variasi berat. Kekerasan tergantung pada berat dari materi serta ruangan antara punch atas dan bawah pada waktu pencetakan. Bila volume materi atau jarak kedua punch berbeda, maka kekerasan tidak akan konsisten Lachman, et al., 1986. Gambar 4.10 Histogram uji kekerasan tablet dengan metode cetak langsung Gambar 4.10 di depan menunjukkan bahwa keempat formula ini mempunyai kekerasan yang berbeda-beda dan tidak memenuhi persyaratan. Menurut Siregar dan Wikarsa 2010, kekerasan tergantung pada bobot bahan dan celah antara punch atas dan punch bawah pada waktu pengempaan. Jika volume bahan atau jarak antara punch bervariasi, kekerasan juga bervariasi. Perhitungan dapat dilihat di Lampiran 12 halaman 74 sampai halaman 77.

4.6.4 Uji waktu hancur

Hasil waktu hancur tablet dapat dilihat pada Tabel 4.13 di belakang yang merupakan hasil uji kekerasan tablet dari berbagai variasi dosis ekstrak rimpang temulawak dengan metode granulasi basah. Tabel 4.13 Hasil uji evaluasi waktu hancur tablet dengan metode granulasi basah Waktu Hancur Formula Persyaratan F1 F2 F3 F4 Dengan cakram menit 20,62 - - - ≤ 15 menit 0,28 0,39 0,31 1,27 0,5 1 1,5 F5 F6 F7 F8 Kg Kekerasan Universitas Sumatera Utara 46 Pendapat yang secara umum diterima mengatakan bahwa obat harus berada dalam bentuk larutan agar segera siap diabsorbsi terdapat dalam tubuh. Bagi tablet, langkah penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya tablet menjadi partikel-partikel kecil atau granul; langkah ini disebut disintegrasi Lachman, et al., 1986. Gambar 4.11 Histogram uji waktu hancur dengan metode granulasi basah Gambar 4.11 di atas menunjukkan bahwa F1 tidak memenuhi persyaratan waktu hancur dan formula lainnya tidak dapat dicetak. Pada Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tidak lebih dari 15 menit. Perhitungan dapat dilihat di Lampiran 12 halaman 73. Hasil waktu hancur dapat dilihat pada Tabel 4.14, berikut yang merupakan hasil uji waktu hancur dari berbagai variasi granul sebagai bahan pengisi pada tablet ekstrak rimpang temulawak dengan metode cetak langsung. Tabel 4.14 Hasil uji evaluasi waktu hancur tablet dengan metode cetak langsung Waktu Hancur Formula Persyaratan F5 F6 F7 F8 Dengan cakram menit 1,37 5,25 1,23 0,9 ≤ 15 menit Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara disintegrasi dan kelarutan tidak seharusnya diterima begitu saja. Akan tetapi karena kelarutan obat dari pecahan-pecahan tablet tampaknya mengontrol sebagian atau seluruh obat yang ada dalam darah, disintegrasi tetap dipakai sebagai petunjuk dalam 20,62 10 20 30 F1 F2 F3 F4 me n it Waktu hancur Universitas Sumatera Utara 47 pembuatan formula optimum tablet, serta sebagai uji kontrol dalam proses untuk menjamin keseragaman antar batch Lachman, et al., 1986. Gambar 4.12 Histogram uji waktu hancur dengan metode cetak langsung Gambar 4.12 di atas menunjukkan bahwa keempat formula memiliki waktu hancur yang berbeda. Pada Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tidak lebih dari 15 menit. Pada F6 memliki waktu hancur yang lebih lama dibandingkan formula lainnya dan memenuhi persyaratan. Perhitungan dapat dilihat di Lampiran 12 halaman 74 sampai halaman 77. Metode granulasi basah menunjukkan bahwa dari keempat formula hanya formula F1 yang dapat tercetak sempurna. Dilihat dari hasil evaluasi tablet nilai kekerasan, friabilitas, waktu hancur dan keseragaman bobot secara umum memenuhi syarat, kecuali nilai kekerasan hanya 0,56. Tablet yang keras pada umumnya memiliki waktu hancur yang lama lebih sukar hancur dan disolusi yang rendah, namun tak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan 4-8 kg. Namun hal ini tidak mtlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Kekerasan tabletlebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancurdisintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan Sulaiman, 2007. Sehingga 1,37 5,25 1,23 0,9 2 4 6 F5 F6 F7 F8 me n it Waktu hancur Universitas Sumatera Utara 48 F1 pada metode granulasi basah dapat dikatakan sebagai tablet yang baik karena nilai kekerasannya dapat diterima. Metode cetak langsung menunjukkan bahwa dari keempat formula, yaitu F5, F6, F7 dan F8 dapat tercetak sempurna. Dilihat dari hasil evaluasi tablet kekersan, friabilitas, waktu hancur dan keseragaman bobot secara umum memenuhi syarat, kecuali nilai kekerasan dan nilai friabilitas yang kurang baik. Menurut Siregar dan Wikarsa 2010, konsentrasi pati yang tinggi pada umumnya menghasilkan waktu disintergrasi yang lebih cepat. Akan tetapi, konsentrasi pati yang tinggi sering menyebabkan hilangnya ikatan kohesi dan kekerasan tablet. Hal ini dapat terjadi karena pati mengandung lembap yang beragam antara 11-14 sehingga tablet lebih lembab dan sulit dicetak. Pada formulasi menggunakan amilum pati sebagai bahan pengering ekstrak dimana konsentrasi yang digunakan cukup besar. Semakin besar dosis yang terkandung didalam suatu tablet maka amilum yang terkandung juga semakin banyak. Universitas Sumatera Utara 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tablet yang mengandung 300 mg ekstrak kering temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. dapat dibuat menjadi sediaan tablet dengan metode granulasi basah.. 2. Granul amilum manihot, granul laktosa, granul amilum manihot-laktosa dan avicel PH 102 kurang baik dijadikan sebagai bahan pengisi pada metode cetak langsung.

5.2 Saran

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat sediaan tablet ekstrak dengan bahan pengering, seperti Aerosil, Syloid, Mg karbonat. Universitas Sumatera Utara