19
3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Pengambilan bahan
Pengambilan bahan dilakukan secara purposif di Pematang Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Bahan yang digunakan adalah rimpang
temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. dengan umur panen 8 bulan.
3.4.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Herbarium Medanese, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.4.3 Pembuatan simplisia
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang temulawak. Rimpang temulawak yang masih segar disortasi basah dan ditimbang. Rimpang
diiris-iris dengan ketebalan 2-5 mm, lalu dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu ± 40
o
C selama 3-8 hari. Irisan rimpang yang telah kering ditandai dengan rapuh saat dipatahkan dan mempunyai berat konstan. Bahan dihaluskan
dengan menggunakan blender sehingga menjadi serbuk simplisia Melissa, 2009.
3.4.4 Pemeriksaan karakterisasi simplisia 3.4.4.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati morfologi rimpang temulawak Curcuma xanthorrrhiza Roxb. dengan cara memperhatikan
bentuk, warna, bau dan rasa Melissa, 2009.
3.4.4.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik terhadap simplisia rimpang dilakukan dengan cara menaburkan serbuk simplisia di atas kaca objek yang telah diteteskan dengan
kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudiaan dilihat di bawah mikroskop. Pati dapat dilihat dengan air Melissa, 2009.
Universitas Sumatera Utara
20
3.4.4.3 Penetapan kadar abu total
Serbuk simplisia sebanyak 2 g dimasukkan dalam kurs porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Kurs dipijar perlahan-lahan sampai
arang habis, jika arang masih tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam kurs
yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam kurs, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
Depkes RI, 1995.
3.4.4.4 Penetapan kadar abu tidak larut asam
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 mL asam klorida 3N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu
yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
Depkes RI, 1995. 3.4.4.5 Penetapan kadar sari larut dalam air
Serbuk simplisia sebanyak 5 g, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL air-kloroform 2,5 mL kloroform dalam air suling sampai 1 liter dalam labu
bersumbat, sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Filtrat yang pertama sejumlah 20 mL diuapkan
sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI,
1995.
Universitas Sumatera Utara
21
3.4.4.6 Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Serbuk simplisia sebanyak 5 g, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama
kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemdian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Filtrat sejumlah 20 mL diuapkan sampai kering dalam cawan
penguap yang rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap.Kadar dalam persen sari yang larut pada etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1995.
3.4.4.7 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi destilasi toluena. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 mL, pendingin, tabung penyambung,
tabung penerima 5 mL berskala 0,05 mL, alat penampung dan pemanas listrik. Cara kerja dimasukkan 200 mL toluena dan 2 mL air suling ke dalam
labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan
ketelitian 0,05 mL, kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15
menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan
hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung
penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua volume air
yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen Depkes RI, 1995.
Universitas Sumatera Utara
22
3.4.5 Pembuatan ekstrak rimpang temulawak
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan adalah ekstraksi menggunakan suatu pelarut, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara panas atau cara
dingin. Pelarut atau cairan penyari yang digunakan dalam ekstraksi dapat berupa air, etanol, campuran etanol-air dan eter Harborne, 1987. Pembuatan ekstrak
serbuk simplisia rimpang temulawak menggunakan cara dingin dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96. Menurut Anggoro, et al., 2015,
kadar kurkumin tertinggi diperoleh menggunakan etanol 96. Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan pelarut
dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan dalam bejana, dituangkan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama
5 hari terhindar dari cahaya dan sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya sehingga diperolah 100 bagian. Pindahkan ke dalam
bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring, dipekatkan dengan penguapan dan tekanan pada suhu
rendah 50
o
C hingga konsentrasi yang dikehendaki Depkes RI, 1979. Rendemen dari ektrak kemudian dihitung dengan rumus:
Rendemen =
berat ekstrak yang diperoleh berat bahan yang diekstrak
x100
Ekstrak kental dikeringkan dengan penambahan sejumlah amilum manihot sebanyak 1 g dan digerus, penambahan sebanyak 1 g lalu dilanjutkan
hingga diperoleh ekstrak kering. Ektrak kering diayak dengan mesh 20.
3.4.6 Skrining fitokimia