Etiologi Faktor Resiko Patofisiologi

berumur dibawah 15 tahun umumnya hanya menderita infeksi dengan demam yang tidak spesifik dan sembuh dengan sendirinya. Di daerah endemis, tingginya imunitas pada orang dewasa dapat mengurangi kejadian epidemik pada anak- anak. 10

2.1.3 Etiologi

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue DEN, yang termasuk genus flavivirus. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong ss RNA positive-strand virus dari familia Flaviviridae. 10,18,20 Terdapat 4 serotipe virus DEN yang sifat antigeniknya berbeda, yaitu virus dengue-1 DEN1, virus dengue-2 DEN2, virus dengue-3 DEN3 dan virus dengue-4 DEN4. 18,20,21,22 Spesifikasi virus dengue yang dilakukan oleh Albert Sabin menunjukkan bahwa masing-masing virus dengue memiliki genotip yang berbeda antara serotipe- serotipe tersebut. 10,13 Seluruh serotipe ini beredar di Indonesia, dengan serotipe DEN-3 yang paling dominan dan ditemukan pada kasus dengan masa inkubasi sekitar 4-10 hari. 10

2.1.4 Faktor Resiko

Faktor resiko peningkatan perkembang biakan nyamuk, yaitu sanitasi yang buruk, sistem pembuangan atau pengelolaan sampah yang buruk. Infrastruktur bangunan yang tidak baik, misalnya rumah-rumah yang menggunakan talang air. 10

2.1.5 Patofisiologi

Virus dengue di transmisi melalui nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Vektor tersebut tersebar meluas di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia. Virus dengue masuk ke sirkulasi perifer manusia melalui gigitan nyamuk. Virus akan berada di dalam darah sejak fase akutfase demam hingga klinis demam menghilang. Secara klinis, perjalanan penyakit dengue dibagi menjadi tiga yaitu fase demam febrile, fase kritis, dan fase penyembuhan. Fase demam berlangsung pada fase demam hari ke- 1 hingga hari ke-3, fase kritis Universitas Sumatera Utara terjadi pada demam hari ke-3 hingga hari ke-7, dan fase penyembuhan terjadi setelah demam hari ke-6 atau sampai dengan hari ke-7. Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi mendadak tinggi selama 2-7 hari. Demam juga disertai gejala konstitusional lainnya seperti lesu, tidak mau makan, dan muntah. Selain itu, pada anak lebih sering terjadi gejala facial flush, radang faring, serta pilek. Pada DBD, terjadi peningkatan permeabilitas vaskular yang menyebabkan kebocoran plasma ke jaringan, sedangkan pada demam dengue tidak terjadi hal ini. Kondisi tersebut dapat menyebabkan syok hipovolemia. Peningkatan permeabilitas vaskular akan terjadi pada fase kritis. Hal ini menjadi alasan mengapa cairan diberikan maksimal 48 jam. 10,16,24 Kebocoran plasma terjadi akibat disfungsi endotel serta peran kompleks dari sistem imun: monosit dan sel T, sistem komplemen, serta produksi mediator inflamasi dan sitokin lainnya. Trombositopenia pun terjadi akibat beberapa mekanisme yang kompleks, seperti gangguan megakariositoplesis akibat infeksi sel hematopoietik, serta peningkatan destruksi dan konsumsi trombosit. 20 Patogenesisnya masi belum jelas. Tapi ada 2 teori: infeksi sekunder secondary heterologous infection atau immune enhancement atau teori antibody dependent enhancement ADE. 10,12,24 Gambar 2.1. Skema PerjalananPenyakit Infeksi Dengue WHO, 2009 Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Gejala Klinis