19
menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung tanpa bantuan konteks.
2. Pengertian Pendidikan Matematika Realistik
Pendidikan matematika realistik PMR merupakan suatu operasionalisasi dari suatu pendekatan pendidikan matematika yang
telah dikenalkan oleh Freudenthal di Belanda pada tahun 1973. Menurut para ahli pengertian dari pendekatan pendidikan matematika
adalah sebagai berikut: a. Gravermeijer 1994: 53, bahwa ide utama dari pendidikan matematika
trealistik adalah siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan guru. Usaha
untuk membangun konsep tersebut adalah melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan realistik. Realistik dalam pengertian
bahwa tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga dengan masalah yang dapat mereka bayangkan.
b. Pendidikan matematika realistik merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal
pembelajaran. Masalah yang nyata atau yang telah dikuasai dapat dibayangkan dengan baik oleh siswa dan digunakan sebagai sumber
munculnya konsep atau pengertian matematika yang semakin meningkat Soedjadi, 2001
Pendidikan matematika realistik adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep PMR ini
20
sejalan dangan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan logika siswa.
3. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran Matematika Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menggunakan masalah kontekstual, yaitu matematika dipandang sebagai kegiatan sehari-hari manusia, sehingga memecahkan masalah
kehidupan yang dihadapi atau dialami oleh siswa masalah kotekstual yang realistik bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting.
b. Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan alat matematis hasil matematisasi horizontal.
c. Menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematis, di bawah
bimbingan guru. d. Pembelajaran terfokus pada siswa.
e. Terjadi interaksi antara murid dan guru, yaitu aktivitas belajar meliputi kegiatan
memecahkan masalah
kontekstual yang
realistik, mengorganisasikan pengalaman matematis, dan mendiskusikan hasil-
hasil pemecahan masalah tersebut. Suryanto dan Sugiman, 2003:6, dalam Supinah dan Agus D.W, 2009:78.
21
4. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Realistik