Sistem Pengawasan Internal Piutang Pelanggan Pada PT. Bank Sumut Kcp Pangkalan Brandan

(1)

TUGAS AKHIR

SISTEM PENGAWASAN INTERNAL PIUTANG PELANGGAN PADA PT.BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN

Oleh:

RIZKI AMELIA TARIGAN 122102146

PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : RIZKI AMELIA TARIGAN

NIM : 122102146

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL : SISTEM PENGAWASAN INTERNAL

PIUTANG PELANGGAN PADA PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN

Tanggal __________2015 Dosen Pembimbing Tugas Akhir

NIP.19600302 1989601 1 001 ( Drs.Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak)

Tanggal __________2015 Ketua Prodi Diploma III Akuntansi

NIP.19511114 198203 1 002 ( Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA)

Tanggal __________2015 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

NIP.19560407 198002 1 001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : RIZKI AMELIA TARIGAN

NIM : 122102146

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL : SISTEM PENGAWASAN INTERNAL

PIUTANG PELANGAAN PADA PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN

Medan, __________2015

NIM.122102146


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan pertolongan-Nya, penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu dan sesuai dengan yang direncanakan.

Tugas Akhir ini dibuat oleh penulis dengan tujuan untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut, maka penulis menyusun Tugas Akhir ini dengan judul: “Sistem Pengawasan Internal Piutang Pelanggan Pada PT.Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan”.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik tiu berupa saran maupun bimbingan. Melalui lembaran ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rustam, M.Si,Ak selaku Ketua Program Studi Diploma III

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si,Ak sebagai Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

4. Bapak Ir. Zulkarnain selaku Pimpinan PT.Bank Sumut KCP Pangkalan

Brandan serta seluruh pegawai PT.Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan yang telah membantu Penulis dalam melakukan riset untuk memperoleh data untuk penulisan Tugas Akhir.


(5)

5. Bapak Giat Tarigan dan Ibu Sri Mita Ginting selaku orang tua saya yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada saya dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

6. Kepada kakakku dan adik-adikku tersayang Ira Riantina Ginting, Ranita

Ananda Tarigan, Bayu Bastanta Tarigan, dan Jessica Elisabeth Tarigan yang telah memberikan semangat setiap hari kepada saya dalam menyusun Tugas Akhir ini.

7. Kepada sahabat-sahabat tercinta saya Rahmad Darmawan, Alfira Karnain,

Dian Suryanti dan Suci Suriani Muhsin yang juga telah membantu dan memberikan dukungan semangat kepada saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang terdapat di dalamnya dan semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.

Medan, 2015 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Rencana Penulisan ... 4

1. Jadwal Survey/ Observasi ... 4

2. Rencana Isi ... 4

BAB II PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN ... 6

A. Sejarah Singkat ... 6

B. Struktur Organisasi PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan .. 9

C. Job Description... 11


(7)

E. Kinerja Usaha Terkini ... 19

F. Rencana Usaha ... 20

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERNAL PIUTANG PELANGGAN PADA PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN ... 21

A. Piutang ... 21

B. Prosedur Pencatatan Piutang ... 24

C. Perhitungan Piutang pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan ... 26

D. Penetapan Kolektibilitas/Kualitas Kredit/Piutang Nasabah Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan ... 29

E. Kriteria Penggeseran Kolektibilitas Kredit/Piutang pada PT Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan ... 31

F. Pengawasan Internal ... 37

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1. Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir ... 4

Tabel 2.1 Kinerja Usaha Terkini PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan ... 19

Tabel 3.1 Legalitas Usaha ... 28

Tabel 3.2 Kriteria dan Ukuran Kualitas Kredit Nasabah ... 30

Tabel 3.3 Tanggung jawab Pengelolaan Nasabah ... 46


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Logo PT. Bank Sumut ……… 8

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Bank Sumut KCP Pangkalan


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Riset ... 65

Lampiran 2. Persyaratan Umum Permohonan Kredit ... 66

Lampiran 3. Pergeseran Kolektibilitas Kredit ... 68

Lampiran 4. Kriteria dan Ukuran Kualitas Kredit Nasabah ... 69


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan perbankan pada umumnya yaitu memperoleh laba yang sebesar-besarnya.Baik itu perbankan pemerintah maupun perbankan swasta. Banyak perbankan yang menawarkan kredit agar dapat menjual lebih banyak jasa. Piutang yang timbul dari penjualan semacam itu diklasifikasikan sebagai piutang usaha atau wesel tagih.

Penawaran kredit memang tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang dan barulah pada saat jatuh tempo terjadi aliran kas masuk (cash in flow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Bagi kebanyakan perbankan, penawaran kredit merupakan unsur terbesar yang berpengaruh terhadap laba bersih perbankan. Oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan kredit yang efektif dan pengawasan yang baik terhadap intern piutang.

Di dalam PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, penawaran jasa secara kredit dilakukan guna meningkatkan laba perusahaan yang menimbulkan piutang. Piutang yang timbul terdiri dari beberapa tahapan yaitu mulai dari penentuan dana yang ditanam pada piutang, penentuan syarat kredit, persetujuan kredit, pelaksanaan kegiatan jasa, pemeliharaan catatan piutang serta penagihan piutang.

Di dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan pihak PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan sendiri. Kesalahan- kesalahan itu meliputi :


(12)

a. Bagaimana piutang dianggarkan di dalam PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan.

b. Struktur organisasi dan pembagian tugas serta tanggung jawab yang

kurang efektif.

c. Administrasi piutang yang kurang teratur

d. Realisasi piutang yang didapat tidak sesuai dengan yang dianggarkan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu internal kontrol yang baik terhadap piutang. Dimana hal ini harus didukung oleh adanya struktur organisasi yang baik dan penempatan personil yang tepat. Internal kontrol ini membutuhkan setidak-tidaknya pemisahan fungsi dan tugas di dalam pengurusan piutang perusahaan. Dengan adanya pengawasan internal pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, diharapkan dapat memperkecil timbulnya hambatan-hambatan dan dapat menyelidiki sebab dari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, yang kemudian dapat dilakukan tindakan-tindakan perbaikan atau tindakan koreksi, dengan begitu hasil yang diperoleh tentunya dapat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut dalam paper ini dengan judul “SISTEM PENGAWASAN INTERNALPIUTANG PELANGGAN PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN”.

B. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang ingin dibahas penulis dalam paper ini yaitu “Apakah sistem pengawasan internal piutang pelanggan yang terdapat dalam


(13)

PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan telah memenuhi syarat terciptanya pengawasan intern yang baik?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan penulis tentang

masalah pengawasan intern terhadap piutang secara praktek pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan.

b. Untuk mengetahui gambaran perusahaan tentang pengawasan internal

piutang dan dibandingkan dengan teori. 2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Sebagai suatu perbandingan dalam penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh penulis selama di bangku perkuliahan dengan prakteknya di perbankan.

b. Bagi Perbankan

Memberikan masukan kepada PT. Bank Sumut KCP Pangklan Brandansebagai bahan perbandingan dalam menemukan kebijaksanaan di masa yang akan datang sehingga perbankan dapat berkembang sesuai dengan harapan.

c. Bagi Pihak Lain

Untuk memberikan bahan masukan bagi peneliti yang akan membahas tentang pengawasan internal piutang di masa yang akan datang dan


(14)

sebagai bahan informasi perbandingan di dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.

D. Rencana Penulisan

1. Jadwal Survei/Observasi

Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan. Tabel 1.1.

Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir

No. Kegiatan

Mei Juni

2015 2015

I II III IV I II III IV

1. Pengajuan Judul

2. Pengajuan Izin Riset

3. Pengajuan Dosen

Pembimbing

4. Pengumpulan Data

5. Pengolahan dan Analisis Data

6. Penyusunan Tugas Akhir

7. Bimbingan dan

Penyempurnaan Tugas Akhir

8. Penyelesaian Tugas Akhir

2. RencanaIsi

Rencana isi terdiri dari empat bab yaitu pendahuluan, profil Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, Sistem Pengawasan Internal Piutang Pelanggan Pada Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan dan kesimpulan dan saran dimana setiap bab saling berkaitan.


(15)

Pada bab ini, Penulis menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana penulisan antara lain jadwal survey / observasi dan rencana isi.

BAB II BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN

Pada bab ini, Penulis akan menjelaskan sejarah ringkas Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, struktur organisasi& personalia, job description, jaringan usaha, kinerja usaha terkini dan rencana usaha Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan.

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERNAL PIUTANG

PELANGGAN PADA PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN

Pada bab ini, Penulis akan menjelaskan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan judul tugas akhir. Pembahasan berupa prosedur pencatatan piutang, perhitungan piutang, penerapan kolektibilitas/kualitas kredit nasabah, kriteria penggeseran kolektibilitas/kredit pada Bank Sumut, dan pengawasan internal PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, Penulis akan mencoba membuat kesimpulan yang merupakan inti dari pembahasan penelitian dan memberi saran yang bertitik tolak dari pengumpulan data yang dapat membangun Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan agar lebih baik lagi di masa yang akan datang.


(16)

BAB II

PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN A. Sejarah Singkat

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU), yang sekarang dikenal dengan nama Bank Sumut merupakan bank devisa yang berkantor pusat di Jalan Imam Bonjol No.18 Medan.

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU) didirikan pada tanggal 4 November 1961 dengan Akte Notaris Roesli Nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT). Sesuai dengan ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat I Sumatera Utara maka pada tahun 1962 bentuk usaha diubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan modal dasar pada saat itu sebesar Rp 100 Juta dengan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara.

Sehubungan dengan Program Rekapitalisasi, bentuk hukum BPDSU tersebut diubah dari PD (Perusahaan Daerah) menjadi PT (Perseroan Terbatas). Tujuan perubahan bentuk hukum BPDSU tersebut agar Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dapat masuk untuk pengembangan di kemudian hari. Pada tanggal 16 April 1999, berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 1999, bentuk hukum BPDSU diubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara atau disingkat PT Bank Sumutyang berkedudukan dan berkantor pusat di Medan, Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan.Perubahan tersebut dituangkan


(17)

dalamAktePendirian Alina Hanum Nasution, S.H.,dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dibawah Nomor C-8224 HT. 01. 01 TH 99, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999. Modal dasar pada saat itu menjadi Rp 400 Milyar yang selanjutnya dengan pertimbangan kebutuhan proyeksi pertumbuhan Bank, di tahun yang sama modal dasar kembali ditingkatkan menjadi Rp 500 Milyar.

Laju pertumbuhan Bank Sumut semakin menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan dilihat dari kinerja dan prestasi yang diperoleh dari tahun ke tahun, tercatat total asset Bank Sumut mencapai 10,75 Triliun pada tahun 2009 dan menjadi 12,76 Triliun pada tahun 2010. Didukung semangat menjadi Bank Profesional dan tangguh menghadapi persaingan dengan digalakkannya program to be the best yang sejalan dengan road map BPD Regional Champion 2014, tentunya dengan konsekuensi harus memperkuat permodalan yang tidak lagi mengandalkan peryertaan saham dari pemerintah daerah, melainkan juga membuka akses permodalan lain seperti penerbitan obligasi, untuk itu modal dasar Bank Sumut kembali ditingkatkan dari Rp 1 Triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 2 Triliun pada tahun 2011 dengan total asset meningkat menjadi 18,95 Triliun.

1. Visi dan Misi PT. Bank Sumut a. Visi

Menjadi bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai


(18)

salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat.

b. Misi

Mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara professional yang didasarkan pada prinsip-prinsipcompliance.

2. Statement Budaya Perusahaan pada PT Bank Sumut

Statement Budaya Perusahaan atau sering dikenal dengan nama motto dari Bank Sumut adalah “Memberikan Pelayan TERBAIK”.

Makna dari TERBAIK yaitu: Berusaha untuk selalu Terpercaya

Energik didalam melakukan setiap kegiatan Senantiasa bersikap Ramah

Membina Hubungan secara Bersahabat

Menciptakan suasana yang Aman dan nyaman Memiliki Integritas tinggi

Komitmen penuh untuk memberikan yang terbaik 3. Logo dan Makna dari Logo PT. Bank Sumut

a. Logo PT. Bank Sumut

Gambar 2.1 Logo PT. Bank Sumut


(19)

b. Makna Logo PT. Bank Sumut

Kata kunci dari logo PT. Bank Sumut adalah SINERGY yaitu kerjasama yang erat sebagai langkah lanjut dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang lebih baik, berbekal kemauan keras yang didasari dengan profesionalisme dan memberikan pelayanan yang terbaik.

Bentuk Logo menggambarkan dua elemen dalam bentuk huruf"U" yang saling berkait bersinergy membentuk huruf "S" yang merupakan kata awal "SUMUT". Sebuah penggambaran bentuk kerjasama yang sangat erat antara Bank Sumut dengan masyarakat Sumatera Utara sebagaimana visi Bank Sumut. Warna Orange sebagai symbol suatu hasrat untuk terus maju yang dilakukan dengan energik yang dipadudengan warna biru yang sportif dan professional sebagaimana misi Bank Sumut.

Warna Putih sebagai ungkapan ketulusan hati untuk melayani sebagaimana statement Bank Sumut. Jenis huruf "Platino Bold" sederhana dan mudah dibaca. Penulisan Bank dengan huruf kecil dan SUMUT dengan huruf capital guna lebih mengedepankan Sumatera Utara, sebagai gambaran keinginan dan dukungan untuk membangun dan membesarkan Sumatera Utara.

B. Struktur Organisasi PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan

PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan digolongkan kepada Kantor Cabang Pembantu Kelas Dua. Struktur organisasi merupakan mekanisme yang terformat dalam pengelolaan suatu organisasi. Struktur organisasi menunjukkan suatu susunan yang berupa bagan, dimana terdapat hubungan


(20)

diantara fungsi bagian, status ataupun orang-orang yang menunjukkan tanggungjawab dan wewenang yang berbeda dalam organisasi tersebut.

Berikut akan disajikan struktur organisasi PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan.

Gambar 2.2

Struktur Organisasi PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan Sumber : PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan Keterangan:

PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan memiliki 1 Pimpinan Kantor Cabang Pembantu yang dibantu oleh 2 Pimpinan Seksi yaitu


(21)

Pimpinan Seksi Pemasaran dan Pimpinan Seksi Operasional, memiliki bawahan yang membantu dalam melaksanakan tugas dan wewenang masing-masing pimpinan seksi dalam mencapai target perusahaan berdasarkan RKAT ( Rencana Kerja Anggaran Tahunan).

C. Job Description

a. Pimpinan Cabang Pembantu Kelas II

1. Mengarahkan dan mengontrol terlaksananya fungsi otorisasi aktivitas finansial dan non finansial sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Mengarahkan dan mengontrol sistem operasional kantor agar berjalan

dengan efektif dan sesuai ketentuan.

3. Mengkoordinasi pemenuhan saldo kas dalam rangka memenuhi

kewajiban likuiditas bank.

4. Mengarahkan dan mengontrol sistem pelayanan nasabah sesuai

regulasi.

5. Memonitor dan mengevaluasi pengelolaan dana promosi dalam rangka

mengoptimalkan kegiatan penjualan agar tercapainya target bisnis cabang.

6. Mengarahkan pembuatan peta potensi bisnis di produk dana dan jasa

serta kredit dalam rangka memastikan ketersediaan peta potensi bisnis yang akurat.

7. Merencanakan dan mengontrol pengelolaan program pemasaran dan

penjualan produk dana dan jasa serta kredit agar tercapainya target bisnis.


(22)

8. Mengarahkan strategi bisnis dan pemberian kredit sesuai dengan kebijakan kepada unit kerja dalam rangka terciptanya kualitas dana dan jasa serta kredit yang sehat.

9. Merencanakan dan menetapkan, serta mengarahkan program kerja dan

anggaran untuk mencapai target kinerja di unit kerjanya.

10. Merencanakan kebutuhan SDM untuk memastikan kesiapan karyawan di unit kerjanya.

11. Mengarahkan kepatuhan kebijakan, sistem, dan prosedur, serta pelaporan dalam rangka terlaksananya penerapan Standard Operating Procedure di unit kerjanya.

12. Mengarahkan terlaksananya penerapan prinsip-prinsip GCG dalam rangka terciptanya standar tata kelola Good Corporate Governance di unit kerjanya.

13. Mengontrol dan mengarahkan pengelolaan serta mitigasi atas risiko dalam rangka terciptanya manajemen risiko yang baik dan benar di unit kerjanya.

14. Mengarahkan kegiatan budaya kegiatan kepatuhan dalam rangka terpenuhinya kepatuhan terhadap ketentuan di unit kerjanya.

15. Mengarahkan kegiatan budaya pelayanan dalam rangka terciptanya kualitas layanan di unit kerjanya.

16. Mengontrol pengelolaan dokumen, arsip dan inventaris dalam rangka menjaga kerahasiaan dokumen dan aset di unit kerjanya.


(23)

17. Mengontrol keterbukaan informasi di unit kerjanya dalam rangka menjaga kerahasiaan jabatan dan rahasia bank.

b. Pimpinan Seksi Pemasaran Cabang Pembantu Kelas II

1. Mengkoordinasikan proses pemeliharaan nasabah existing dalam

rangka peningkatan kepuasan nasabah.

2. Merekomendasikan pemetaan potensi bisnis hasil analisa informasi

market intellegence terkait produk dana dan jasa serta kredit agar tercapainya target produk dana dan jasa serta kredit.

3. Mengkoordinasikan program pemasaran produk dana dan jasa agar

tercapainya target produk dana dan jasa serta kredit.

4. Melaksanakan dan mendistribusikan tugas terkait kegiatan penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Mengkoordinasikan dan memonitor proses penilaian kredit dan

keabsahan legalitas dokumen kredit untuk menjaga kualitas kredit yang diberikan pada calon debitur.

6. Melakukan kegiatan pemutusan permohonan kredit hasil analisis untuk menjaga kualitas kredit yang diberikan pada calon debitur.

7. Mengkoordinasikan dan menindaklanjuti proses monitoring

pembayaran kredit oleh debitur agar terciptanya pembayaran kredit yang lancar.

8. Mengkoordinasikan dan menilai hasil proses permohonan dan


(24)

9. Mengevaluasi kinerja bawahan untuk memastikan pencapaian target kinerja.

10. Memonitor kepatuhan kebijakan, sistem dan prosedur, serta pelaporan dalam rangka terlaksananya penerapan Standard Operating Procedure di unit kerjanya.

11. Menerapkan dan memonitor prinsip – prinsip GCG dalam rangka terciptanya standar tata kelola Good Governance di unit kerjanya. 12. Memonitor pengelolaan risiko dalam rangka terciptanya manajemen

risiko yang baik dan benar di unit kerjanya.

13. Menerapkan kegiatan budaya kepatuhan dalam rangka terpenuhinya kepatuhan terhadap ketentuan di unit kerjanya.

14. Menerapkan kegiatan budaya pelayanan dalam rangka terciptanya kualitas layanan di unit kerjanya.

15. Menerapkan pengelolaan dokumen, arsip dan inventaris dalam rangka menjaga kerahasiaan dokumen dan aset di unit kerjanya.

16. Mengidentifikasi keterbukaan informasi di unit kerjanya dalam rangka menjaga kerahasiaan jabatan dan rahasia bank.

c. Pimpinan Seksi Operasional Cabang Pembantu Kelas II

1. Me-review dan melakukan pre approval data pengiriman uang untuk

memastikan keakuratan transaksi.

2. Memeriksa testkey kiriman uang termasik pada saat contingency plan sesuai dengan ketentuan dalam rangka memastikan keamanan proses transaksi kiriman uang.


(25)

3. Memonitor dokumen kiriman uang dan kliring untuk memastikan kebenaran transaksi.

4. Mengkoordinasi administrasi transaksi keuangan untuk memastikan

keakuratan dan sesuai regulasi yang berlaku.

5. Memonitor proses tutup hari transaksi untuk menjamin keakuratan dan penyelesaian proses transaksi dan kepatuhan pada regulasi.

6. Mengkoordinasikan dan memonitor tata kelola infrastruktur untuk

menjaga kualitas infrastruktur.

7. Memonitor kegiatan administrasi kredit dalam rangka menjaga

ketertiban dokumen kredit.

8. Mengkoordinasikan dan memverifikasi proses pengikatan kredit dalam rangka mendukung tersedianya legalitas dokumen permohonan kredit yang lengkap dan sah.

9. Mengkoordinasikan permintaan penyimpanan dan pengambilan barang

agunan agar terciptanya keamanan barang agunan sesuai dengan prosedur.

10. Mengkoordinasikan proses kerjasama dengan rekanan/mitra kerja untuk memastikan kerjasama yang efektif dan efisien.

11. Mengkoordinir proses pelayanan nasabah terkait produk dan aktivitas bank untuk meningkatkan kepuasan nasabah.

12. Mengkoordinasi proses kartu ATM sesuai regulasi yang berlaku. 13. Mengelola surat keterangan bank dan surat keterangan dukungan dana. 14. Memonitor pengawasan, administrasi dan otorisasi serta pelaksanaan

transaksi keuangan tunai dan non tunai agar berjalan sesuai dengan SOP dan standar layanan.


(26)

15. Mengkoordinasikan ketersediaan likuiditas kas untuk memenuhi kebutuhan transaksi.

16. Mengelola pengisian mesin ATM (reflenish) untuk memastikan keakuratan pengisian.

17. Terlaksananya pengamanan brankas untuk menjamin keamanan fisik uang.

18. Mengkoordinasikan fiat bayar agar sesuai wewenang yang dimiliki.

19. Mengkoordinasikan penyelesaian masalah jaringan untukmeningkatkan kepuasan nasabah.

20. Mengkoordinasi dan memonitor informasi data dan rekening nasabah agar sesuai regulasi.

21. Mengkoordinir dan memonitor pelayanan dan administrasi transaksi mitra kerja/usaha/pemerintah untuk meningkatkan kepuasan mitra dan memperkuat brand image.

22. Mengkoordinir kegiatan promosi bagi kerja/usaha/pemerintah untuk meningkatkan brand image.

23. Mengevaluasi kinerja bawahan untuk memastikan pencapaian target kinerja.

24. Memonitor kepatuhan kebijakan, sistem dan prosedur, serta pelaporan dalam rangka terlaksananya penerapan Standard Operating Procedure di unit kerjanya.

25. Menerapkan dan memonitor prinsip-prinsip GCG dalam rangka terciptanya standar tata kelola Good Corporate Governance di unit kerjanya.


(27)

26. Memonitor pengelolaan risiko dalam rangka terciptanya manajemen risiko yang baik dan benar di unit kerjanya.

27. Menerapkan kegiatan budaya kepatuhan dalam rangka terpenuhinya kepatuhan terhadap ketentuan di unit kerjanya.

28. Menerapkan kegiatan budaya pelayanan dalam rangka terciptanya kualitas layanan di unit kerjanya.

29. Menerapkan pengelolaan dokumen,arsip dan inventaris dalam rangka menjaga kerahasiaan dokumen dan aset di unit kerjanya.

30. Mengidentifikasikan keterbukaan informasi di unit kerjanya dalam rangka menjaga kerahasiaan jabatan dan rahasia bank.

D. Jaringan Usaha

Jaringan usaha PT. Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu Pangkalan Brandan adalah :

a. Instansi yang menjalin Kemitraan Kredit Multi Guna (KMG)

1. S. K. B. KAB LANGKAT

2. TK NEGERI PANGKALAN BRANDAN

3. UPTD P DAN P KEC. BABALAN

4. UPTD P DAN P KEC. SEI LEPANN

5. UPTD P DAN P KEC. BRD. BARAT

6. UPTD P DAN P KEC. BESITANG

7. UPTD P DAN P KEC. SUSU

8. UPTD P DAN P KEC. PMT JAYA


(28)

10. SMP NEGERI – 2 BABALAN

11. SMP NEGERI – 3 BABALAN

12. SMP NEGERI – 1 SEI LEPAN

13. SMP NEGERI – 2 SEI LEPAN

14. SMP NEGERI – 3 SEI LEPAN

15. SMP NEGERI – 1 BESITANG

16. SMP NEGERI – 2 BESITANG

17. SMP NEGERI – 3 BESITANG

18. SMP NEGERI – 1 PKL SUSU

19. SMP NEGERI – 2 PKL SUSU

20. SMP NEGERI – 3 PKL SUSU

21. SMA NEGERI – 1 BABALAN

22. SMA NEGERI – 1 SEI LEPAN

23. SMA NEGERI – 1 BRD. BARAT

24. SMA NEGERI – 1 BESITANG

25. KANTOR KEC. BABALAN

26. KANTOR KEC. SEI LEPAN

27. KANTOR KEC. BRD. BARAT

28. KANTOR KEC. BESITANG

29. KANTOR KEC. PKL SUSU

30. KANTOR KEC. PMT. JAYA

31. MIN SECURAI KEC. BABALAN


(29)

33. MIN BUKIT KUBU BESITANG

34. MIN BUKIT JENGKOL PKL SUSU

35. MTS NEGERI BESITANG

36. RUTAN NEGARA PKL. BRANDAN

37. ADPEL PKL. SUSU

b. Notaris

HJ. NUR ASMALINA SRG. SH. M. KN. c. Asuransi

1. PT. ASURANSI BANGUN ASKRIDA

2. PT. ASKRINDO

E. Kinerja Usaha Terkini

Tabel 2.1

Kinerja Usaha/Performa PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan

No Uraian April 2015 Mei 2015 April – Mei

(%) Nominal

1. DPK 83.727.765 79.028.370 5,61% (4.699.39

5)

2. KREDIT 122.950.099 123.313.528 -0,30% 363.429

3. KOLEK. KREDIT 122.950.099 123.313.528 -0,30% 363.429

4. KOLEKTABILITAS 1,63% 1,63% 0,00% 0

5. NPL 1,60% 1,59% 0,62% -1E-04

6. PENDAPATAN 6.793.716 8.490.825 -24,98% 1.697.109

7. BIAYA 3.078.211 4.004.035 -30,08% 925.824

8. LABA 3.715.505 4.486.790 -20,76% 771.285

9. L D R 146,85% 156,04% -6,26% 0,0919

10. B O P O 45,31% 47,16% -4,08% 0,0185


(30)

Keterangan:

1. DPK : Dana Pihak Ketiga yang terdiri ari Giro, Tabungan dan

Deposito

2. Kredit : Gabungan dari KU/SPK, KMG/KB, K A L, KPUM SS,

dan lainnya.

3. Kolek. Kredit : Terdiri dari Lancar, SPC. Mention, Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet.

4. Kolektibilitas : Didapat dari hasil perhitungan seluruh kredit yang tidak lancar dibagi dengan jumlah kredit keseluruhan.

5. NPL : Didapat dari hasil perhitungan seluruh kredit

bermasalah dibagi dengan total kredit.

6. Pendapatan : Terdiri dari Bunga, Operasional, dan Non OPS

7. Biaya : Terdiri dari Bunga, Operasional, dan Non OPS

8. Laba : Merupakan keuntungan perusahaan yang dihitung dari

hasil Pendapatan – Biaya

9. L D R : Merupakan kredit terhadap dana pihak ketiga.

10. B O P O : Merupakan beban operasi terhadap pendapatan operasi.

F. Rencana Usaha

Kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan PT. Bank Sumut diantaranya mempromosikan kembali produk dan jasa unggulan bank dan tetap mengadakan undian berhadiah untuk meningkatkan jumlah nasabah serta berusaha untuk memperluas jaringan dengan adanya penambahan bangunan fisik perusahaan misalnya penambahan kantor cabang dan cabang pembantu agar lebih dekat dengan masyarakat.


(31)

BAB III

SISTEM PENGAWASAN INTERNAL PIUTANG PELANGGAN PADA PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BERANDAN A. Piutang

Dalam praktik, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi piutang usaha, piutang wesel, dan piutang lain-lain.

1. Piutang Usaha

Piutang usaha adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu yang relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 hingga 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.

2. Piutang Wesel

Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel disini adalah pihak yang telah berutang kepada perusahaan, baik melalui pemnelian barang atau jasa secara kredit maupun melalui peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berutang berjanji kepada perusahaan (selaku pihak yang diutangkan) untuk membayar sejumlah uang tertentu berikut bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran tersebut ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes (promissory note).Bagi pihak yang berjanji untuk membayar (dalam hal ini adalah pembuat wesel), instrumen kreditnya dinamakan wesel bayar, yang tidak lain akan dicatat sebagai utang wesel. Adapun


(32)

bagi pihak yang dijanjikan untuk menerima pembayaran, instrumennya dinamakan wesel tagih, yang akan dicatat dalam pembukuan sebagai piutang wesel. Piutang wesel dapat diklasifikan dalam neraca sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar (jangka panjang). Biasanya, piutang wesel yang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar, sedangkan piutang wesel yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman sejumlah uang kepada debitur akan dilaporkan dalam neraca kreditur sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar, tergantung pada lamanya jangka waktu pinjaman. Piutang wesel yang bersifat lancar, yang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit, merupakan pengganti dari piutang usaha yang belum juga diterima pembayarannya hingga batas waktu kredit berakhir.

3. Piutang Lain-lain

Adapun yang termasuk sebagai piutang lain-lain adalah piutang bunga (tagihan kreditur kepada debitur sebagai hasil dari pemberian pinjaman uang), piutang dividen (tagihan investor kepada investee sebagai hasil dari penanaman modal), piutang pajak (tagihan subjek pajak kepada pemerintah berupa restitusi atau pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak), dan piutang karyawan (tagihan majikan kepada karyawan yang berutang). Jika piutang dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau sepanjang siklus normal operasi perusahaan, yang mana lebih lama, maka


(33)

piutang lain-lain ini akan diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Jika tidak, tagihan akan dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar.

Di samping klasifikasi yang umum seperti di atas, piutang juga dapat diklasifikasikan sebagai piutang dagang dan nondagang atau piutang lancar atau tidak lancar. Piutang dagang (trade receivables) dihasilkan dari kegiatan normal bisnis perusahaan, yaitu penjualan secara kredit barang atau jasa kepada pelanggan. Piutang dagang yang dibuktikan dengan sebuah janji tertulis secara formal oleh pelanggan untuk membayar, diklasifikasikan sebagai piutang wesel (notes receivable). Dalam kebanyakan kasus, akan tetapi, piutang dagang merupakan tagihan kepada pelanggan yang tanpa adanya jaminan dari pelanggan untuk membayar, yang sering dikenal sebagai piutang usaha (accounts receivable) atau “open accounts”. Adapun piutang non dagang (nontrade receivables) meliputi seluruh jenis piutang lainnya, seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu piutang bunga, piutang dividen, piutang pajak, tagihan kepada perusahaan asosiasi, dan tagihan kepada karyawan. Jika piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar dan tidak lancar, maka piutang lancar meliputi seluruh piutang yang diperkirakan akan dapat dalam jangka waktu satu tahun atau sepanjang siklus normal operasi perusahaan, yang mana yang lebih lama. Untuk tujuan klasifikasi, seluruh piutang dagang (trade receivables) dianggap sebagai piutang lancar. Adapun untuk setiap unsur piutang non dagang (nontrade receivables) memerlukan analisis lebih lanjut untuk menentukan apakah dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun ( atau satu siklus operasi normal perusahaan) atau lebih.


(34)

Piutang tidak lancar akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva tidak lancar lainnya. Piutang usaha adalah piutang dagang dan oleh karenanya bersifat lancar; piutang wesel bisa merupakan piutang dagang dan oleh karenanya bersifat lancar, tetapi bisa juga merupakan piutang non dagang baik lancar atau tidak lancar. Piutang akan disajikan dalam neraca sebesar nilai realisa bersih yang dapat ditagih(Herry, S.E,M.Si dalam bukunya Teori Akuntansi, 2009).

B. Prosedur Pencatatan Piutang

Prosedur pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan kepada setiap debitur. Mutasi piutang adalah disebabkan oleh transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari debitur, retur penjualan, dan penghapusan piutang.

Dalam akuntansi piutang, secara periodik dihasilkan pernyataan piutang yang dikirimkan kepada setiap debitur. Pernyataan piutang ini merupakan unsur pengendalian intern yang baik dalam pencatatan piutang. Dengan mengirimkan secara periodik pernyataan piutang kepada setiap debitur, catatan piutang perusahaan diuji ketelitiannya dengan menggunakan tanggapan yang diterima dari debitur dari pengiriman pernyataan piutang tersebut. Di samping itu, pengiriman piutang secara periodik kepada para debitur akan menimbulkan citra yang baik dimata debitur mengenai keandalan pertanggungjawaban keuangan perusahaan.

Untukmengetahui status piutang dan memungkinkan tertagih atau tidaknya piutang, secara periodik fungsi pencatatan piutang menyajikan


(35)

informasi umur piutang setiap debitur kepada manajer keungan. Daftar umur piutang ini merupakan laporan yang dihasilkan dari kartu piutang (Mulyadi, Sistem Akutansi, 2001).

Menurut Mulyadi,2001 dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu piutang adalah :

a. Faktur penjualan b. Bukti kas masuk c. Memo kredit

d. Bukti memorial (journal voucher)

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang adalah :

a. Jurnal penjualan b. Jurnal retur penjualan c. Jurnal umum

d. Jurnal penerimaan kas e. Kartu Piutang

Buku piutang merinci akun piutang dagang di buku besar menurut nama pelanggan (debitur). Ini berarti buku piutang memuat informasi tentang tiap-tiap pelanggan. Informasi tentang piutang untuk tiap-tiap pelanggan disajikan dalam formulir khusus yang disebut kartu piutang (debtor’s account). Buku piutang merupakan kumpulan dari kartu-kartu piutang.Sebaiknya orang yang menangani kartu piutang menerima bukti transaksi langsung dari sumber pembuat bukti. Dengan cara ini, catatan yang


(36)

terdapat dalam kartu piutang dapat digunakan untuk memeriksa kebenaran pencatatan dalam buku besar.Cara lain untuk pencatatan kartu piutang adalah dengan mendasarkan pada buku penjualan.

C. Perhitungan Piutang pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, setiap piutang atau kredit dihitung dengan menggunakan metode anuitas menurun dengan bunga 1,25% per bulannya. Sebagai contoh, pada tanggal 5 Maret seorang pedagang grosir atau kreditur meminjam uang tunai kepada bank sebesar Rp 300.000.000,- untuk modal usaha.Pada tanggal 16 Maret, si kreditu membayar sebesar Rp 250.000.000. Maka perhitungannya adalah:

Rp 300.000.000 x 1,25% x 0,4 = Rp 1.500.000

Pada tanggal 20 Maret si kreditur meminjam lagi sebesar Rp 100.000.000,- kepada bank. Maka perhitungannya adalah:

Rp 150.000.000 x 1,25% x 0,17 = Rp 313.700

Di akhir bulan, jumlah kredit atau piutang yang harus dibayar oleh kreditur adalah:

Rp 300.000.000 x 1,25 % = Rp 3.750.000

Maka setiap bulannya si kreditur membayar kepada bank sebesar RP 3.750.000,-

Jika si kreditur tidak membayar pada tanggal jatuh tempo, maka pihak PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan memberi tenggang waktu selama 3 hari setelah tanggal jatuh tempo. Dan apabila lewat dari 3 hari si kreditur atau si peminjam tidak membayar juga, maka pihak PT. Bank Sumut KCP


(37)

Pangkalan Brandan akan memberikan sanksi kepada kreditur berupa denda sebesar 3% per harinya dari tanggal jatuh tempo.

Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, proses kredit yang terintegrasi meliputi:

1. Analisa Kredit 2. Persetujuan Kredit

3. Pemantauan Nasabah

4. Penyelamatan Kredit Bermasalah

PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan memberikan syarat permohonan kredit. Persyaratan umum permohonan kredit adalah sebagai berikut:

1. Kredit Produktif

Surat Permohonan Kredit

Permohonan kredit harus diajukan secara tertulis dengan memuat informasi mengenai:

1. Tempat dan tanggal pengajuan permohonan kredit

2. Pimpinan dan alamat unit kerja Bank yang dituju untuk penyampaian

permohonan kredit

3. Identitas pemohon dan usaha pemohon

4. Jumlah kredit, jangka waktu, tujuan penggunaan kredit, sumber dana dan cara pengembalian kredit


(38)

Sesuai Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2000 tanggal 01 Mei 2000, surat permohonan kredit dapat dipersamakan dengan surat biasa dan merupakan dasar proses awal untuk dapat terjadinya perjanjian/akad kredit yang sifatnya mengikat kedua belah pihak yaitu Pemohon dan Bank, sehingga tidak wajib dikenakan aturan bea materai. Apabila dikemudian hari surat permohonan kredit tersebut diperlukan untuk dipergunakan sebagai alat bukti, maka dapat dilakukan pemeteraian kemudian.

2. Legalitas Usaha

Tabel 3.1 Legalitas Usaha

No. Legalitas Usaha Perorangan Perusahaan

1. Akte Pendirian berikut perubahannya

yang terbaru

- V

2. Kartu Penduduk (KTP) V V

3. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) V V

4. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) V V

5. Surat Izin Undang Undang

Gangguan(SIUUG/HO)

V V

6. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)

- V

7. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) V V

8. Analisis Dampak Lingkungan

(AMDAL)

V V

9. Legalitas Usaha Lainnya V V

* Bagi Perusahaan nasabah/calon nasabah yang usahanya diperkirakan

mempunyai dampak sensitive yang tinggi terhadap lingkungan,maka fasilitas kredit hanya dapat dipertimbangkan apabila perusahaan tersebut mempunyai izin AMDAL dari intansi yang berwenang


(39)

3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Laporan Keuangan

a. Bagi seluruh debitur Wajib Pajak Badan wajib dicantumkan

NPWP-nya.

b. Bagi debitur Wajib Pajak Orang Pribadi yang jumlah kredit atau

hutangnya lebih dari Rp 100.000.000,- wajib dicantumkan NPWP-nya.

c. Bagi debitur Wajib Pajak Orang Pribadi yang jumlah kredit atau

hutangnya tidak lebih Rp 100.000.000,- tidak wajib dicantumkan NPWPnya.

D. Penetapan Kolektibilitas/Kualitas Kredit/Piutang Nasabah padaPT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan

1. Kriteria kualitas kredit nasabah ditentukan oleh: i) Prospek Usaha

Penilaian terhadap prospek usaha dilakukan berdasarkan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

(1) Potensi pertumbuhan usaha

(2) Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan (3) Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja (4) Dukungan dari grup atau afiliasi

(5) Upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup

ii) Kinerja (performance)

Penilaian terhadap kinerja(performance)debitur dilakukan berdasarkan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:


(40)

(1) Perolehan laba (2) Struktur permodalan (3) Arus Kas

(4) Sensitivitas terhadap resiko pasar iii) Kemampuan Membayar

Penilaian terhadap kemampuan membayar dilakukan berdasarkan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

(1) Ketepatan pembayaran pokok dan bunga

(2) Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur (3) Kelengkapan dokumentasi kredit

(4) Kepatuhan terhadap perjanjian kredit (5) Kesesuaian penggunaan dana

(6) Kewajaran sumber pembayaran kewajiban 2. Kriteria dan Ukuran Kualitas Kredit Nasabah

Tabel 3.2

Kriteria dan Ukuran Kualitas Kredit Nasabah

Komponen Lancar

Dalam Perhatian

Khusus

Kurang Lancar Diragukan Macet Potensi pertumbuh -an usaha Kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik Kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas Kegiatan usaha menunjuk kan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami

pertumbuhan

Kegiatan usaha menurun

1. Kelang-sungan usaha diraguka n dan sulit untuk pulih kembali 2.


(41)

Kemung-kinan besar kegiatan usaha akan terhenti Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan

1. Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekono-mian 2.Persaing-an yang terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam pasar 3.Beroperasi pada kapasitas yang optimum

1. Posisi di pasar baik, tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekono-mian 2. Pangsa pasar sebanding dengan pesaing 3. Beroperasi pada kapasitas yang hampir optimum

1. Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi

perekono-mian 2. Posisi di pasar

cukup baik tetapi banyak pesaing, namun dapat pulih kembali jika melaksa-nakan strategi bisnis yang baru 3. Tidak beroperasi pada kapasitas optimum

1. Pasar sangat dipenga-ruhi oleh per-ubahan kondisi pereko-nomian 2. Per-saingan usaha sangat ketat dan opera-sional perusa-haan meng-alami permasa-lahan yang serius. 3.Kapasitas tidak pada level 1.Kehilang-an pasar sejalan dengan kondisi perekono mian yang menurun 2.Operasion al tidak kontinyu

E. KriteriaPenggeseran Kolektibilitas Kredit/Piutang pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang kualitas aktiva produktif,kolektibilitas/kualitas kredit/piutang ditetapkan menjadi:


(42)

2. Dalam Perhatian Khusus 3. Kurang Lancar

4. Diragukan 5. Macet

Dalam rangka pelaksanaan otomasi penggeseran kolektibilitas kredit/piutang, variabel penentu dimaksud digolongkan sebagai berikut:

1. Kriteria kolektibilitas kredit/piutang yang batasan atau ukurannya bersifat kuantitatif yaitu jumlah dan/atau lamanya tunggakan angsuran hutang pokok atau tunggakan bunga:

a. Lancar, apabila pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit. b. Dalam Perhatian Khusus, apabila terdapat tunggakan pembayaran

pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari.

c. Kurang Lancar, apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 120 hari. d. Diragukan, apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau

bunga yang telah melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari.

e. Macet, apabila terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari.

Penetapan kualitas kredit/piutang hanya dapat didasarkan pada ketepatan pembayaran pokok dan bunga untuk:


(43)

1. Kredit dan atau penyediaan dana lain yang diberikan oleh setiap Bank kepada 1 debitur atau 1 proyek dengan jumlah kurang dari atau sama dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

2. Kredit dan penyediaan dana lainnya yang diberikan oleh setiap Bank

kepada debitur Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan jumlah:

a. Lebih dari Rp.500.000.000,- sampai dengan Rp.20.000.000.000,- bagi Bank yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Memiliki predikat penilaian kecukupan sistem pengendalian risiko (risk control system) untuk risiko kredit “sangat memadai” (strong).

2) Memiliki rasio KPMM paling kurang sama dengan ketentuan yang

berlaku.

3) Memiliki peringkat komposit tingkat kesehatan Bank paling

kurang 3 (PK-3)

b. Lebih dari Rp.500.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000.000,- bagi Bank yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Memiliki predikat penilaian kecukupan sistem pengendalian risiko (risk controlsystem)untukrisikokredit“dapatdiandalkan” (acceptable).

2) Memiliki rasio KPMM paling kurang sama dengan ketentuan yang

berlaku.

3) Memiliki peringkat komposit tingkat kesehatan Bank paling


(44)

c. Kredit dan penyediaan dana lain kepada debitur dengan lokasi kegiatan usaha berada didaerah tertentu dengan jumlah kurang dari atau sama dengan Rp.1.000.000.000,-

Kredit yang dijamin dengan Agunan Tunai adalah sebagai berikut:

1. Kredit yang dijamin dengan agunan tunai ditetapkan memiliki kualitas lancar.

2. Agunan tunai berupa:

a. Giro, Deposito, Tabungan, Setoran Jaminan, dan atau Emas.

b. SBI dan SUN

c. Jaminan Pemerintah Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; dan atau

d. Standby letter of credit dari prime bank, yang diterbitkan sesuai dengan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCP) atau International Standby Practices (ISP yang berlaku). 3. Agunan tunai wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Agunan diblokir dan dilengkapi dengan Surat Kuasa Pencairan

dari pemilik agunan untuk keuntungan bank penerima agunan, termasuk pencairan sebagian untuk membayar tunggakan angsuran pokok atau bunga.

b. Jangka waktu pemblokiran paling kurang sama dengan jangka

waktu kredit.

c. Memiliki pengikatan hukum yang kuat (legally enforceable)


(45)

dari sengketa, tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, termasuk tujuan penjaminan yang jelas, dan

d. Agunan tunai disimpan pada Bank penyedia dana atau pada prime

bank.

4. Prime bank wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga

pemeringkat paling kurang:

1. BBB – berdasarkan penilaian Standard & Poors.

2. Baa3 berdasarkan penilaian Moody’s.

3. BBB – berdasarkan penilaian Fitch, atau

4. Peringkat berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat

terkemuka lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, berdasarkan penilaian tehadap prospek usaha jangka panjang (long term outlook) bank tersebut, dan

b. Memiliki total aset yang termasuk dalam 200 besar dunia

berdasarkan informasi yang tercantum dalam banker’s almanac.

5. Bank wajib mengajukan klaim pencairan agunan tunai setelah 7 hari

kerja setelah debitur wanprestasi (even of default). 6. Debitur dinyatakan wanprestasi apabila:

a. Terjadi tunggakan pokok dan atau bunga dan atau tagihan lainnya selama 90 hari walaupun kredit belum jatuh tempo.

b. Tidak diterimanya pembayaran pokok dan atau bunga dan atau


(46)

c. Tidak dipenuhinya persyaratan lainnya selain pembayaran pokok dan atau bunga yang dapat mengakibatkan terjadinya wanprestasi. Penggeseran kolektibilitas kredit/piutang dilakukan secara otomatis (by system) atas dasar kriteria kualitas/kolektibilitas kredit/piutang yang batasan atau ukurannya bersifat kuantitatif. Khusus kredit produktif, oleh karena untuk mengetahui perubahan kolektibilitas maka tetap diperlukan pengusulan pada KPK dengan menggunakan formulir Memorandum Perubahan Kolektibilitas Kredit/Piutang.Sedangkan untuk kredit konsumtif tanpa perlu membuat Memorandum Penggeseran Kolektibilitas.

Prosedur pengecualian penggeseran kolektibilitas kredit/piutang dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Perhitungan dan pembebanan bunga biasanya dilaksanakan secara bulanan Apabila masih ada perhitungan bunga secara triwulanan dan bersifat case by case, maka penggeseran kolektibilitas dan cara perhitungan/pembebanan bunganya dapat dilakukan atas dasar permintaan Bagian/Seksi yang mengelola Kedit/Piutang kepada Seksi yang mengelola Administrasi Kredit/Piutang.

2. Apabila Bagian/Seksi yang mengelola Kredit/Piutang bermaksud menahan

kolektibilitas kredit tetap berada pada posisi semula dan atau menggeser ke kolektibilitas yang lebih buruk atas dasar kriteria kolektibilitas/kualitas kredit/piutang yang batasan atau ukurannya bersifat kualitatif, maka bagian/Seksi yang mengelola Kredit/Piutang harus memberitahukan secara tertulis kepada Seksi yang mengelola Administrasi Kredit/Piutang.


(47)

3. Dalam hal penggeseran kolektibilitas disebabkan oleh kriteria kolektibilitas/kualitas kredit/piutang yang batasan atau ukurannya bersifat kualitatif, maka penggeseran kolektibilitas kredit/piutang tetap menggunakan formulir Memorandum Perubahan Kolektibilitas Kredit/Piutang (untuk kredit produktif)dan diusulkan kepada pejabat yang berwenang.

4. Penggeseran dan atau penyesuaian kolektibilitas kredit/piutang secara

manual atas dasar permintaan Bagian/Seksi yang mengelola Kredit/Piutang atau Seksi yang mengelola Penyelamatan Kredit/Piutang menjadi tanggung jawab unit yang bersangkutan.

F. Pengawasan Internal

1. Pengertian Pengawasan Internal

Menurut D.Hartanto,1981,istilah pengawasan internal mempunyai beberapa pengertian yang berlainan. Tergantung dari orang yang mempergunakannya.Pengertian tersebut dapat dapat berbeda dari arti yang tersempit sehingga arti yang terluas.

Di dalam arti yang sempit, istilah tersebut disamakan dengan internal check yang merupaka prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian dari data-data administrasi, seperti misalnya mencocokkan penjumlahan mendatar (horizontal) dengan penjumlahan melurus (vertikal).

Dalam arti yang paling luas, istilah tersebut disamakan dengan management control yaitu suatu sistem yang meliputi semua cara-cara


(48)

yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengawasi/mengendalikan (beheren) perusahaan. Dalam pengertian ini pengawasan intern meliputi: struktur organisasi, formulir-formulir dan prosedur-prosedur, pembukuan dan laporan (administrasi, budget dan standar, pemeriksaan intern, dan sebagainya).

Definisi yang diberikan oleh AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) berbunyi: Pengawasan intern meliputi susunan organisasi dan semua cara-cara dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk menjaga dan mengamankan harta miliknya, memeriksa kecermatan dan kebenaran data-data administrasi, memajukan efisiensi kerja dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh top-management.

2. Prinsip-prinsip Pengawasan Internal

Jelaslah kiranya bahwa tidak ada satu sistem pun yang dapat mencegah secara 100% semua pemborosan dan penyelewengan-penyelewengan dalam suatu perusahaan. Maksud pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat yang akan membantu dicapainya pelaksanaan yang efisien dan efektif untuk membatasi pemborosan-pemborosan dan godaan untuk menyeleweng.

Dalam suatu perusahaan yang besar dengan pegawai yang cukup banyak sehingga mungkin diadakan pemisahan wewenang dan dan kekuasaan, dapat disusun sistem pengawasan intern yang cukup kuat. Jika jumlah pegawai tidak banyak dan kualitas mereka tidak tinggi, sistem


(49)

tersebut akan menjadi lemah dan harus ditambah dengan pengawasan-pengawasan yang langsung dari pimpinan.

Untuk mendapatkan pengawasan intern yang baik, perlu diperhatikan prinsip-prinsip yang dibawah ini yaitu (D.Hartanto,1981): a. Pegawai yang kapabel dan dapat dipercaya

Masing-masing pegawai ini sudah tentu harus diberi tanggung jawab yang sesuai dengan kecakapannya, pengalamannya dan kejujurannya. Adakalanya suatuperusahaan menggunakan pegawai-pegawai yang murah untuk menghemat biaya, namun dalam jangka panjang cara ini akan terbukti mahal, tidak saja karena adanya penyelewengan-penyelewengan, tetapi juga karena produktivitasyang rendah.

b. Pemisahan wewenang

Struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga di satu pihak tenaga para karyawan dapat dipergunakan sebaik-baiknya, tetapi di lain pihak sekaligus terdapat pemisahan wewenang untuk maksud-maksud pengawasan intern.

Pertama-tama kita harus mengadakan pemisahan antara: 1) Fungsi operasi – misalnya pembelian dan pelaksanaan.

2) Fungsi menyimpan – misalnya penyimpanan uang tunai, persediaan,

dan sebagainya.

3) Fungsi mencatat – misalnya mencatat absensi, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembukuan dan laporan administrasi yang untuk sebagian besar dikumpulkan di bagian akuntansi.


(50)

Contoh, pemisahan antara petugas yang mengerjakan buku besar dan petugas yang mengerjakan buku – sub (buku tambahan), khususnya buku piutang. Dengan membandingkan angka-angka pada kedua buku itu, maka dapat diketahui apakah administrasi piutang beres.

c. Pengawasan

Hasil pekerjaan masing-masing pegawai harus diawasi dan dinilaikan oleh atasannya yang bertanggung jawab atas hasil pekerjaan pegawai tersebut. Atasan itu, sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, harus menilaikan hasil pekerjaan bawahannya dan jika diperlukan mengadakan tindakan-tindakan koreksi.

Penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh pegawai-pegawai yang tidak jujur merupakan “biaya” yang mahal, tidak saja bagi perusahaan, tetapi juga bagi si pegawai sendiri. Seorang yang berkali-kali berhasil dalam penyelewengan kecil akan mencoba untuk melakukan penyelewengan yang lebih serius, sehingga akan berturut-turut merugikan perusahaan, kepribadian si pegawai sendiri dan mungkin juga merusak moral kawan-kawan sekerjanya. Adalah tanggung jawab pimpinan terhadap pegawai untuk mengawasi mereka, agar supaya mereka tetap jujur dan teguh imannya.

d. Penetapan tanggung jawab secara perorangan

Dalam menetapkan tanggung jawab mengenai sesuatu tugas, harus dapat diikuti pelaksanaan tugas-tugas itu sampai tingkat yang melaksanakannya dengan mkasud untuk menghubungkan hasil


(51)

pelaksanaan tersebut dengan tanggung jawab masing-masing petugas. Untuk menetapkan tanggung jawab itu, maka kita misalnya melihat bahwa dalam suatu toko, si penjual harus memarap bon penjualan, dalam perusahaan bangunan para pelaksana yang memerlukan suatu bahan harus memarap bon pengeluaran barang.

Penetapan tanggung jawab perseorangan secara demikian, membawa pengaruh psikologis bahwa tugas-tugas itu akan lebih diperhatikan sehingga para petugas akan bekerja secara lebih waspada. Tiap orang akan bekerja lebih baik jika dia tahu bahwa dia akan diminta pertanggung jawaban apabila ada hal-hal yang tidak beres.

e. Pemeriksaan otomatis berdasarkan prosedur-prosedur yang rutin

Prosedur-prosedurhendaknya disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan adanya pencocokan antara pekerjaan petugas yang satu dengan petugas yang lain. Dengan ditetapkannya prosedur-prosedur yang rutin (yang juga dinamakan birokrasi, tetapi dalam arti yang baik), maka dalam organisasi mungkinlah diadakan spesialisasi, pembagian tugas dan pemeriksaan (pengecekan) otomatis atas kegiatan-kegiatan rutin tersebut.

Contoh dari pada prinsip ini adalah pemeriksaan faktur jika seorang leveransir datang menagih. Untuk membuktikan sahnya penagihan maka harus terdapat bukti-bukti yang cukup, misalnya:

1. Surat perintah pembelian 2. Faktur-faktur dan packing slip


(52)

3. Dokumen-dokumen pengangkutan (konosemen, bill of landing) 4. Bukti penerimaan barang

5. Adanya pemeriksaan perkalian dan penjumlahan.

Setiap langkah dalam pencekan ini, merupakan pemeriksaan atas langkah yang sebelumnya. Oleh karena itu, formulir-formulir harus dibuat/diciptakan/ didesain sedemikian rupa sehingga apabila data-data yang dicatat tidak betul, maka kesalahan-kesalahan itu akan ditemukan dengan otomatis dan segera diperbaiki.

Misalnya, tidak adanya paraf petugas dari Bagian Penerimaan akan menyetop prosedur pembayaran; tidak adanya paraf petugas pelaksanaan akan menyetop pembayaran upah lembur.

f. Pencatatan yang seksama dan segera

Transaksi-transaksi, baik transaksi-transaksi ekstren maupun kejadian intern yang mempunyai akibat ekonomis, harus segera dicatat dalam dokumen dasar (formulir-formulir) yang sudah disediakan.

Pencatatan harus lengkap dan tidak gampang dirubah. Ini dapat diperkuat dengan menggunakan formulir-formulir tercetak yang diberi nomor urut. Jika suatu formulir salah diisinya, maka ia harus dicap dengan tanda “BATAL” dan disimpan dalam urutan yang baik. Karena adanya nomor urut itu, maka jika ada dokumen yang hilang/curi, hal tersebut segera bisa diketahui.

g. Penjagaan fisik

Jelaslah kiranya bahwa kerugian-kerugian karena kecurangan akan banyak berkurang jika diadakan alat-alat penjagaan secara fisik seperti


(53)

misalnya cash register, lemari besi, gudang yang terkunci dan sebagainya.

h. Pemeriksaan oleh petugas yang bebas dari tugas rutin

Secara periodik, sistem administrasi harus diteliti kembali oleh suatu “institut” tersebut adalah Bagian Pemeriksaan Intern (Internal Audit Departement) dari perusahaan itu sendiri atau dapat berupa kantor akuntan ekstern.

Penelitian periodik itu diperlukan untuk memastikan bahwa prosedur-prosedur pengawasan intern yang telah ditentukan itu betul-betul dilaksanakan. Keadaan perusahaan selalu berubah (misalnya operasi meluas dan jumlah pegawai bertambah), dan prosedur-prosedur pengawasan intern harus selalu menyesuaikan diri.

3. Sistem-Sistem Pengawasan Internal

Menurut Hadibroto,1984, ada beberapa sistem pengawasan internal yang baik yaitu:

a. Sistem Pengawasan Akuntansi (Accounting Control)

Fungsi pengawasan akuntansi ialah untuk mengawasi agar pencatatan transaksi dan pelaksanaan transaksi dapat dijamin sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh kebijaksanaan pimpinan sedangkan jumlah, waktu dan perkiraan akuntansi benar-benar sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian, maka data akuntansi yang akan dihasilkan sebagai output dari sistem pengawasan intern benar-benar dapat dipercaya (reliable).


(54)

1) Sistem pemberian wewenang dapat berupa pemberian wewenang untuk hal khusus atau untuk hal umum, yaitu mengenai transaksi tertentu atau mengenai sekelompok transaksi yang sifatnya serupa. 2) Sistem persetujuan mengawasi agar transaksi dilaksanakan sesuai

dengan kebijaksanaan dengan cara menyetujui secara tertulis pada dokumen tertentu untuk tujuan itu.

3) Sistem pemisahan tugas mempunyai fungsi untuk mengawasi agar

terdapat “internal check”, karena dengan sistem ini dapat diketahui apa yang dilaksanakan oleh seorang petugas tidak menyimpang dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya dengan pekerjaan orang lain mengenai transaksi yang sama.

4) Sistem pengawasan fisik tentunya jelas berfungsi agar tidak ada pencurian dan perusakan fisik barang yang diperlukan dalam proses usaha.

5) Sistem pemeriksaan intern mempunyai fungsi penting, karena

melalui sistem ini, maka dapat dijaga agar sistem lain yang merupakan unsur-unsur sistem pengawasan intern tetap berfungsi. Disamping itu pemeriksaan intern dapat pula menilai kelemahan-kelemahan yang mungkin terdapat pada sistem pengawasan intern itu sendiri.

b. Sistem Pengawasan Administratif(Administrative Control)

Yang termasuk dalam unsur sistem pengawasan administratifadalah: 1) Sistem rencana organisasi


(55)

Sistemrencana organisasi merupakan tulang punggung sistem pengawasan intern, karena proses pengambilan keputusan yang menuju ke sistem pemberian wewenang (authorization) untuk melaksanakan transaksi akan banyak dipengaruhi oleh rencana organisasi. Demikian pula sistem pemisahan tugas yang merupakan unsur sistem pengawasan akuntansi sedikit-baanyaknya tergantung dari rencana organisasi perusahaan. Dalam penyusunan rencana yang efektif untuk memperkuat sistem pengawasan intern perlu diadakan pemisahan antara berbagai fungsi operasi, penyimpanan dan pencatatan. Pemisahan fungsi tidak berarti bahwa koordinasi ditiadakan. Masalah tanggung jawab pada tiap bagian merupakan masalah penting karena pelimpahan wewenang tanggung jawab. Tanggung jawab rangkap sebaiknya dihindarkan.

2) Sistem-sistem yang bersifat usaha memperoleh efisiensi dan

mencapai tujuan ketaatan terhadap policy pimpnan yang tidak langsung berhubungandengan catatan keuangan.

4. Pengawasan Internal Piutang

Menurut D.Hartanto,1981, Pengawasan internal piutang meliputi: a. Pembagian tugas

1) Penerimaan pesanan

2) Petugas yang harus menyetujui penjualan kredit 3) Petugas yang mempersiapkan faktur penjualan


(56)

4) Petugas yang harus mengirim barang

5) Petugas yang mencatat buku tambahan piutang

6) Petugas yang mencatat penerimaan uang 7) Petugas yang menerima uang

b. Pembayaran mengenai faktur-faktur yang tertentu

c. Setiap bulan secara periodik dikirim daftar saldo pada para piutang (konfirmasi)

Menurut Warren Reeve Fess 2008, funsi akuntansi dan persetujuan kredit bertindak sebagai pemeriksa independen atas fungsi penjualan. Karyawan yang menangani akuntansi untuk piutang tidak boleh terlibat dalam penagihan piutang. Pemisahan fungsi-fungsi ini mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyalahgunaan data.

5. Pengawasan Internal Piutang pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan

Tanggung jawab pengelolaan nasabah ditetapkan berdasarkan kolektibilitas pinjaman sebagai berikut :

Tabel 3.3

Tanggung Jawab Pengelolaan Nasabah

Kolektibilitas Pengelola

1. Lancar/Pass Bagian/Seksi yang mengelola

Kredit/Piutang 2. Dalam Perhatian

Khusus/Special Mention

Bagian/Seksi yang mengelola Kredit/Piutang

3. Kurang Lancar/Sub Standard Seksi yang mengelola Penyelamatan

Kredit/ Divisi Penyelamatan Kredit

4. Diragukan/Doubtful Seksi yang mengelola Penyelamatan

Kredit/ Divisi Penyelamatan Kredit

5. Macet/Loss Seksi yang mengelola Penyelamatan


(57)

a. Bila terjadi perpindahan nasabah, baik dari Bagian/Seksi yang mengelola Kredit/Piutang ke Seksi yang mengelola Penyelamatan Kredit/Piutang atau sebaliknya maka harus dibuatkan Memorandum Penyerahan Pengelolaan Nasabahnya disertai daftar file/dokumen yang diserahkan dan wajib ditandatanganioleh kedua belah pihak.

b. Apabilarestrukturisasi kredit kolektibilitas 3, 4 dan 5 sudah selesai

dilaksanakan dan kondisi sudah normal kembali, maka pengelolaannya diserahkan kembali kepada Bagian/Seksi yang mengelola Kredit/Piutang.

Dengan adanya kuisioner yang diambil dari buku Sukrisno Agoes,hal 46,maka dapat diketahui bahwa sebagaimana diperhitungkan dari hasil jawaban responden pertama hingga responden kelima mendapatkan nilai 98, maka dari itu sesuai dengan penilaian standar baik mencapai skor antara 93-114 sehingga sistem pengawasan intern piutang PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan sudah memenuhi syarat terciptanya pengawasan intern yang baik.

Berikut adalah hasil pembahasan kuisioner yang dilakukan oleh penulis :

1. Responden Pertama

Menurut responden ini, kartu piutang pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan dibuat secara bulanan dan dilakukannya pengamanan phisik pada kartu piutang dan hanya orang tertentu saja yang bisa memegang kartu piutang tersebut. Perhitungan kartu piutang dilaksanakan secara bergilir dan terpisah dari yang mengerjakan buku besar piutang.


(58)

Pada PT. Bak Sumut KCP Pangkalan Brandan ini sering terjadi keterlambatan pembayaran oleh si kreditur. Dalam hal ini, pihak bank selalu meneliti alasan keterlambatan si kreditur terlambat membayar. Bukti adanya salah pembebanan tidak ada karena semua pencatatan di PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan menggunakan sistem atau komputerisasi dan tidak menggunakan sistem manual. Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan tidak pernah ada nasabah atau kreditur melakukan pelunasan sebagian-sebagian karena memang pihak bank membuat kebijakan harus lunas total sebelum jatuh tempo. Bukti penghapusan yang tidak dilaporkan tidak ada karena setiap melakukan penghapusan piutang harus dilaporkan ke atasan.

Setiap bulan dikirim rekening koran kepada nasabah dan akan dicocokkanoleh orang yang berhubungan dengan penerimaan uang, pengeluaran uang dan nota kredit. Dan setiap dikirimnya rekening koran tidak pernah diubah terlebih dahulu sebelum dikirim ke kreditur. Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan tidak pernah memposkan rekening koran kepada nasabah kecuali si kreditur berada diluar kota. Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan setiap terjadi perselisihan dengan nasabah dan selalu ditangani oleh Bagian Kredit/Pemasaran. Jika pada bagian divisi tersebut tidak juga dapat diatasi, maka harus diselesaikan ke Atasan. PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan akan memberikan potongan yang lebih besar kepada nasabah atau krediturnya. Biasanya tingkat Cabang akan diberikan 20% dari denda, sedangkan pada tingkat


(59)

Divisi akan diberikan 20 % dari bunga, 20% dari penghapusan piutang dan 50% dari pokoknya. Korekasi atas faktur dan penghapusan piutang disetujui oleh pejabat PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan yang berwenang. Bukti penagihan atas piutang yang telah dihapuskan akan langsung diamankan oleh Bagian Pemasaran untuk mengurangi penyalahgunaan. Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan memiliki kebijakan raid-off apabila si nasabah tidak sanggup lagi membayar bulanannya. Setiap nasabah yang ingin memperpanjang jangka waktu kreditnya harus di analisis umur piutangnya dan yang sudah lunas harus di follow up. Penagihan piutang kepada nasabah dibuatkan bukti kuitansi dan bukti tersebut memiliki nomor urut tercetak. Kuitansi ini dibuat setelah saldo piutang diperiksa oleh Bagian Pemasaran dan yang memerhatikan nomor urut kuitansinya adalah Bagian Akuntansi untuk menghindari kesamaan nomor urut. Setiap giro yang diterima oleh PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan akan diberikan ke Bagian Pemasaran dan giro tersebut memiliki nomor dan serinya tersendiri.

PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan langsung diberikan ke teller apabila ada penagihan dan diberikan pada hari yang sama. Jika teller sudah tutup buku, maka akan diberikan oleh Head Teller untuk disimpan dan dicatat di pembukuan keesokan harinya. Menurut beliau, pada bank ini akan mencatat setap nama perusahaan / klien pada cek mundur yang diberikan oeh nasabah dan Bagian akuntansi membuat jurnal khusus untuk cek mundur secara komputerisasi.


(60)

2. Responden kedua

Di responden kedua ini mengatakan bahwa kartu piutang harus dibuat tiap bulannya dan di cocokkan ke saldo perkiraan buku besar piutang. Setiap kartu piutang memiliki pengamanan phisik yang cukup agar tidak terjadi kecurangan. Kartu piutang juga hanya bisa dipegang oleh orang Bagian Pemasaran di bank ini. Pencatatan kartu piutang dilakukan secara bergilir untuk memeriksa lebih teliti dan pengerjaannya terpisah dari pengerjaan buku besar. Perkiraan piutang perlangganan akan diteliti mengenai keterlambatan pembayaran oleh nasabah dan diteliti langsung oleh Bagian Pemasaran. Pembebanan juga dilakukan kepada nasabah yang akan dikenakan pembebanan jadi tidak pernah ada salah pembebanan. Piutang yang dibayarkan harus lunas total sebelum jatuh tempo pelunasan. Penghapusan piutang harus dilaporkan ke atasan agar tidak ada kesalahpahaman. Setiap bulan dikirimkan rekening koran kepada pelanggan dan dicocokkan dengan kartu piutang oleh orang yang berhubungan dengan penerimaan uang, pengeluaran uang dan nota kredit dan dikontrol sebelum dikirim oleh Bagian Pemasaran. Rekening koran diposkan/dikirim oleh Bagian Pemasaran dan dituju langsung kepada nasabah. Perselisihan yang terjadi antara pihak bank dan nasabah akan langsung ditangani oleh Bagian Pemasaran dan diikuti oleh atasan bank.

Bila perusahaan memberikan potongan yang lebih besar dari biasanya harus mendapatkan persetujuan dari pihak atasan bank terlebih dahulu. Koreksi atas faktur dan penghapusan piutang yang dilakukan


(61)

pegawai Bagian Pemasaran juga juga harus disetujui oleh atasan. Bukti penagihan penghapusan piutang yang telah dihapuskan langsung diamankan oleh Bagian Penyelamat Kredit agar tidak ada penyalahgunaan.Setiap piutang yangsudah lunas akan langsung di follow up oleh Bagian Pemasaran. Kebijakan manajemen bank juga ada untuk masalah penghapusan piutang. Penagihandibuatkan bukti kuitansinya dan setiap bukti kuitansi memiliki nomor urut tercetak. Kuitansi akan dibuat setelah diperiksa lebih dahulu ke masing-masing saldo piutang serta Bagian akuntansi akan memeriksa nomor kuitansi tersebut agar tidak ada kuitansi yang sama sama memiliki nomor seri sama. Penerimaan giro maupun cek akan diberikan ke Bagian Akuntansi untuk dicatat dan dimasukkan ke buku bank. Hasil penagihan piutang nasabah akan langsung diberikan ke bagian teller untuk dicatat dibuku nasabah. Cek mundur yang diterima oleh bagian teller akan dicantumkan nama penerimanya agar memudahkan bagian teller untuk memasukkan dana ke rekening penerima serta setiap cek mundur yang diterima harus dibuatkan jurnal khususnya oleh Bagian Akuntansi.

3. Responden Ketiga

Menurut responden ketiga ini, kartu piutang wajib dibuat dan dicocokkan dengan saldo perkiraan buku besar piutang secara bulanan dan dilakukan pengamanan phisik untuk piutang ini. Kartu piutang yang dibuat hanya bisa dipegang oleh orang tertentu saja yaitu Bagian Pemasaran. Pencatatan kartu piutang dilakukan sering bergilir agar setiap


(62)

Bagian Pemasaran bisa mempertanggung jawabkan pekerjaannya dan kartu piutang dibuat terpisah dari orang yang mengerjakan buku besar. Perkiraan piutang perlangganan secara periodik akan diteliti nasabah yang telat membayar sesuai dengan alasannya. Salah pembebanan tidak pernah terjadi karena sudah diteliti oleh Bagian Pemasaran dan pelunasan sebagian-sebagian tidak ada karenaharus lunas total sebelum jatuh tempo. Penghapusan yang tidak dilaporkan tidak pernah terjadi karena sesuai dengan ketentuan sistem kerja bank,setiap penghapusan harus dilaporkan kepada atasan.

Setiap bulan rekening koran akan dicocokkan dengan kartu piutang dan dilakukan langsung oleh bagian penerimaan uang, pengeluaran uang dan nota kredit. Sebelum dikirim, rekening koran akan diperiksa dulu oleh Bagian Pemasaran sehingga tidak akan diubah lagi sebelum dikirim. Biasanya pada bank ini, rekening koran akan dikirim langsung ke nasabah yang bersangkutan. Perselisihan dengan pelanggan ditangani oleh Bagian Pemasaran dan diikuti oleh atasan. Bila pesuahaan ingin memberikan potongan yang lebih besar dari biasanya harus ada persetujuan dari pihak atasan bank. Koreksi atas faktur dan penghapusan piutang yang dilakukan oleh Bagian Pemasaran setiap bulannya juga harus ada persetujuan dari atasan. Penagihan atas piutang yang telah dihapuskan atau yang telah lunas harus juga diserahkan kepada atasan. Secara periodik, setiap piutang yang lunas akan di follow up oleh Bagian Pemasaran. Ada juga kebijakan manajemen tersendiri untuk menangani masalah penghapusan piutang. Penagihan piutang yang dilakukan oleh


(63)

Bagian Pemasaran harus memiliki kuitansi dan nomor urut tercetak. Kuitansi dibuat setelah diperiksa lebih dahulu ke masing-masing saldo piutang oleh Bagian Pemasaran. Bagian akuntansi bertugas untuk memperhatikan nomor urut kuitansinya agar tidak ada kesamaan dalam penagihan. Setiap cek ataupun giro yang masuk akan diterima oleh Bagian Akuntansi untuk diposting ke buku besar bank. Hasil penagihan piutang langsung diserahkan ke bagian penerimaan uang pada waktu yang sama dan jumlah yang tertera pada kuitansi. Cek mundur yang diterima oleh teller harus dicantumkan nama perusahaan/klien untuk memudahkan cara kerja teller untuk memindahkan ke buku besar bank. Bagian akuntansi mengadakan jurnal khusus untuk penerimaan cek mundur.

4. Responden Keempat

Menurut Responden Keempat, setiap piutang memang harus dibuatkan kartu piutangnya dan setiap bulan akan dicocokkan ke saldo perkiraan control atau buku besar piutang agar tidak terjadi kesalahan pencatatan. Setiap kartu piutang dibuatkan pengamanan khusus agar tidak terjadi kecurangan dan hanya Bagian Pemasaran yang bisa memegang kartu piutang tersebut.

Setiap pencatatan di kartu piutang sering kali dilakukan secara bergilir untuk mengantisipasi kecurangan yang dibuat oleh pegawai Bagian pemasaran dan selalu terpisah dari buku besar piutang. Setiap perkiraan piutang perlangganan secara periodik diteliti mengenai pelanggan yang sering terlambat dan diteliti langsung oleh Bagian Pemasaran mengapa si nasabah bisa telat membayar.


(64)

Menurut Responden ini, pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan tidak pernah mengadakan pelunasan sebagian-sebagian karena sesuai dengan kebijakan bank harus lunas sebelum jatuh tempo dan setiap penghapusan piutang yang dilakukan selalu dilaporkan oleh Bagian Pemasaran ke atasan untuk disetujui.

Setiap bulan rekening koran dikirimkan ke nasabah dan diterima langsung oleh bagian penerimaan uang, pengeluaran uang dan nota kredit. Rekening koran yang dikirimkan ke nasabah tidak pernah diubah karena sebelum dikirim akan diperiksa oleh Bagian Pemasaran dan biasanya rekening koran ini langsung dikirimkan ke nasabahnya.

Perselisihan yang terjadi antara nasabah akan ditangani langsung oleh Bagian Pemasaran serta diikuti oleh atasan untuk ditindak lanjuti. Bila perusahaan ingin memberikan potongan yang lebih besar dari biasanya kepada nasabah harus ada persetujuan terlebih dahulu dari atasan bank. Koreksi atas faktur dan pengahpusan piutang harus juga disetujui oleh atasan dan diamankan langsung oleh Bagian Pemasaran agar tidak terjadi penyalahgunaan. Setiap nasabah yang ingin memperpanjang jangka waktu piutangnya dan setiap piutang yang sudah lunas langsung di follow up oleh Bagian Pemasaran.

Menurut responden ini, ada kebijakan manajemen untuk penghapusan piutang yang dinamakan raid-off. Setiap penagihan piutang dibuatkan kuitansinya dan setiap kuitansi memiliki nomor serinya dan diperiksa terlebih dahulu ke masing-masing saldo piutang dan bagian


(65)

akuntansi atau teller akan memperhatikan nomor urutan kuitansinya agar tidak terjadi kesalahan nomor dengan kuitansi lain. Penerimaan berupa giro akan diberikan langsung ke bagian akuntansi atau teller agar langusng dicatat oleh bagian akuntansi. Hasil penagihan langsung diserahkan kepada teller dalam waktu yang sama agar tidak terjadi penyalahgunaan. Bagian teller juga menerima cek mundur yang sudah dicantumkan nama perusahaan/klien dan setiap cek mundur yang diterima akan dibuat jurnal khususnya oleh bagian akuntansi.

5. Responden Kelima

Menurut responden ini, setiap piutang akan dibuat kartu piutangnya dan kartu piutang dibuat secara bulanan dan selalu dicocokkan dengan saldo perkiraan piutang pada saat kartu piutang tersebut dibuat. Setiap kartu piutang dibuat pengamanan phisiknya agar terhindar dari penyalahgunaan. Untuk mengihindari penyalahgunaan, maka setiap kartu piutang hanya bisa dipegang oleh Bagian Pemasaran saja.

Pencatatan kartu piutang harus secara bergilir pada Bagian Pemasaran agar piutang lebih teliti dalam pemeriksaannya. Setiap pengerjaan kartu piutang harus terpisah dari orang yang mengerjakan buku besar agar lebih fleksibel pengerjaannya. Perkiraan piutang perlangganan secara periodik akan diteliti mengenai pelanggan yang sering terlambat membayar kreditnya. Pada bank ini, salah pembebanan kepada nasabah tidak pernah terjadi karena Bagian Pemasaran sudah memisahkan setiap tagihan nasabah. Pada bank ini juga pelunasan kredit


(66)

harus dilunaskan total tidak bisa sebagian-sebagian karena sesuai ketentuan kredit bank. Penghapusan piutang yang dilakukan oleh Bagian Pemasaran harus dilaporkan kepada atasan untuk disetujui.

Responden ini juga mengatakan bahwa setiap bulan dikirimkan rekening koran kepada pelanggan dan dicocokkan dengan kartu piutangnya oleh bagian penerimaan uang, pengeluaran uang dan nota kredit. Setiap rekening koran yang dikirimkan harus dikontrol seteliti mungkin sehingga pada saat pengiriman kepada nasabah tidak ada yang mau diubah. Rekening koran yang telah dibuat akan dikirim langsung ke nasabah tanpa melalui perantara. Setiap perselisihan yang terjadi antara nasabah dengan pihak bank akan ditangani oleh Bagian Pemasarn itu sendiri. Bila perusahaan ingin memberikan potongan yang lebih besar dari biasanya harus mendapatkan persetujuan dari atasan dan biasanya bagian divisi Penyelamatan Kredit akan memberikan 20% dari bunga dan 20% dari penghapusan piutang. Koreksi atas faktur dan penghapusan yang dibuat oleh Bagian Pemasaran harus disetujui oleh atasan bank. Bukti penagihan atas piutang yang telah dihapuskan akan diamankan oleh Bagian Pemasaran untuk menghindari penyalahgunaan. Analisis umur piutang selalu dibuat apabila ada nasabah yang ingin diperpanjang jangka waktu kreditnya. Di bank ini, ada kebijakan raid-offyang dibuat oleh pihak manajemen bank untuk mengatasi masalah piutang.

Setiap penagihan piutang yang dilakukan oleh Bagian Pemasaran akan dibuatkan kuitansi yang memiliki nomor urut masing-masing dan


(67)

sebelum dibuatkan kuitansi, Bagian Pemasaran akan memeriksa terlebih dahulu saldo piutangnya. Bagian akuntansi juga memeriksa nomor urut pada kuitansi untuk menghindari terjadinya kesamaan nomor urut kuitansi. Penerimaan berupa giro akan diberikan ke bagian akuntansi untuk dicatat langsung. Hasil penagihan piutang langsung diserahkan kepada bagian teller dalam waktu yang sama dan sesuai dengan jumlah yang tertera pada kuitansi. Pada cek mundur, yang diterima teller harus dicantumkan nama perusahaan/klien agar tidak terjadi kesalahan dalam memasukkan ke sistem dan setiap cek mundur yang diterima juga langsung dibuatkan jurnal khususnya oleh Bagian Akuntansi.

Tabel 3.4

Pertanyaan Kuesioner

Piutang STB TB RR B SB

1 2 3 4 5

1. Apakah dibuat kartu piutang? Bila ya:

a. Apakah secara bulanan atau kuartalan

diadakan pencocokan saldo perkiraan control (buku besar piutang) dengan kartu piutang?

b. Apakah pengamanan phisik kartu

piutang cukup?

c. Apakah hanya orang tertentu yang

memegangnya?

2. Apakah pencatatan di kartu piutang: a. Sering bergilir?

b. Terpisah dari yang mengerjakan buku

besar?

3. Apakah perkiraan piutang perlangganan

secara periodik diteliti mengenai: a. Pelanggan yang sering terlambat?

b. Bukti adanya salah pembebanan?


(68)

sebagiansebagian?

d. Bukti adaanya penghapusan yang tidak

dilaporkan?

e. Sesuai ketidaklaziman?

4. Apakah setiap bulan dikirimkan rekening

koran (statement of account) kepada pelanggan ?

Bila ya:

a. Dicocokkan dengan kartu piutang oleh orang yang tidak berhubungan dengan penerimaan uang, pengeluaran uang dan nota kredit?

b. Terkontrol atas kemungkinan diubah

sebelum dikirim?

c. Diposkan/dikirim oleh orang lain dan

bukan petugas administrasi piutang?

5. Apakah perselisihan dengan pelanggan

ditangani oleh bagian kredit atau atasan atau orang lain yang dikuasakan dan tidak dilakukanoleh kasir atau petugas administrasi piutang ?

6. Bila perusahaan memberikan potongan

yanglebih besar dari biasanya mendapatkan persetujuan khusus dari pejabat perusahaan yang berwenang ?

7. Apakah koreksi atas faktur dan

penghapusan piutang harus disetujui pejabat perusahaan yang berwenang?

8. Apakah bukti untuk penagihan atas piutang yang telah dihapuskan, diamankan untuk mencegah penyalahgunaan?

9. Apakah secara periodik dibuat analisis

umur piutang dan yang sudah lama jatuh tempo di follow up?

10. Apakah terdapat kebijakan manajemen tentang penghapusan piutang?

11. Apakah untuk penagihan dibuatkan bukti kuitansi?

Bila ya:

a. Apakah kuitansi tersebut memiliki


(1)

b. Apakah kuitansi dibuat setelah diperiksa lebihdahulu ke masing-masing saldo piutang?

c. Apakah bagian akuntansi

memperhatikan urutan nomornya? 12. Apakah penerimaan berupa giro diberikan

ke bagian akuntansi?

13. Apakah hasil penagihan langsung diserahkan kepada kasir dalam waktu yang tidak terlalu lama dan dalam jumlah yang seharusnya diterima?

14. Apakah pada cek mundur yang diterima telah dicantumkan nama perusahaan/klien ? 15. Apakah bagian akuntansi mengadakan

jurnal khusus untuk penerimaan cek mundur?

Keterangan:

1 = STB = Sangat Tidak Baik = 27 – 48 2 = TB = Tidak Baik = 49 – 70 3 = RR = Ragu-ragu = 71 – 92 4 = B = Baik = 93 – 114 5 = SB = Sangat Baik = 115 – 135 Perhitungan Kuisioner:

Responden Pertama

X y z

1 1 1

2 6 12

3 0 0

4 16 64

5 4 20


(2)

Responden Kedua

X Y z

1 1 1

2 6 12

3 0 0

4 12 48

5 8 40

Skor 101

Responden Ketiga

X y z

1 1 1

2 5 10

3 0 0

4 17 68

5 4 20

Skor 99

Responden Keempat

X y z

1 1 1

2 6 12

3 0 0

4 13 52


(3)

Responden Kelima

X y z

1 4 4

2 3 6

3 0 0

4 15 60

5 5 25

Skor 95

Total Penilaian : ( R1+R2+R3+R4+R5) : 5 = ( 97 + 101 + 99 + 100 + 95 ) : 5 = 492 : 5

= 98,4

Menurut hasil perhitungan jawaban kuisioner yang disebar, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengawasan intern piutang pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan sudah memenuhi syarat terciptanya pengawasan intern yang baik.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan bab-bab sebelumnya mengenai sestem pengawasan internal piutang, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Sistem pengawasan internal piutang pelanggan pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan sudah memenuhi syarat terciptanya pengawasan internal yang baik.

2. PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan mengelompokkan piutangnya sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu, Lancar (Pass), Kurang Lancar (SubStandard),Dalam Perhatian Khusus (Special Mention),Diragukan (Doubtful) dan Macet (Loss) dengan bunga 1,25% per bulannya. Dan pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan mempunyai syarat bagi kreditur atau peminjam untuk meminjam uang pada bank tersebut.

3. Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan perhitungan biaya dan pembebanan bunga dilakukan secara bulanan sebesar 3% setiap keterlambatan jatuh tempo pembayaran serta perhitungannya menggunakan metode anuitas menurun.

4. Dalam pengawasan internal piutangnya, PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan dengan membuat Memorandum Evaluasi Kredit setiap bulannya dan dibuat oleh Bagian Penyelamatan Kredit dan harus ada penggantinya apabila salah satu anggota Bagian Penyelamatan Kredit berhalangan.


(5)

B. Saran

Sehubungan dengan adanya kelemahan-kelemahan dalam pengawasan internal piutang pelanggan pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, maka penulis mencoba untuk memberikan saran-saran yaitu:

1. Sistem pengawasan internal piutang pada PT. Bank. Sumut KCP Pangkalan Brandan sudah memenuhi syarat terciptanya pengawasan intern yang baik namun sebaiknya disediakan satu bagian lagi untuk membantu Bagian Penyelamat Kredit memeriksa piutang.

2. Jenis-jenis piutang yang ada di PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan ini sudah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tetapi sebaiknya setiap jenis piutang yang ada diberikan bunga yang berbeda-beda karena setiap piutang memiliki tempo pembayaran yang berbeda-beda.

3. Sebaiknya perusahaan juga menerapkan sistem denda dengan bunga yang lebih besar lagi apabila ada pelanggan atau nasabah yang terlambat melakukan pelunasan piutangnya.

4. Sebaiknya Memorandum Evaluasi Kredit dibuat setaip harinya oleh Bagian Penyelamat Kredit sehingga pada akhir bulan setiap piutang tersebut tidak ada kesalahan karena sudah diperiksa lebih teliti.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes,Sukrisno, 2014. Praktikum Audit. Edisi Ketiga, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Hadibroto S, 1984. Masalah Akuntansi, Buku Dua, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.

Hartanto D, 1981. Akuntansi Untuk Usahawan, Cetakan Pertama, Edisi Kelima, Penerbit FE-UI, Jakarta.

Herry, 2009. Teori Akuntansi, Cetakan Kedua, Edisi Pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

S.R, Soemarso, 2009. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Warren, C.S., Reeve J.M., dan Fess, P.E., 2008. Accounting, Edisi Dua Satu, Buku Satu,Salemba Empat, Jakarta.