PENDAHULUAN Studi rasio kelestarian hutan tanaman akasia, Acacia mangium Willd. pada areal kerja PT. Musi Hutan Persada wilayah II Benakat

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hutan, menurut Pasal 1 2 Undang-Undang No. 4199 tentang Kehutanan diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Dua jenis hutan yang dikenal saat ini adalah Hutan Alam tegakan tidak seumur dan Hutan Tanaman tegakan seumur. Gagasan untuk membangun hutan tanaman, atau yang lebih dikenal sebagai Hutan Tanaman Industri HTI muncul pada tahun 1980-an, dengan tujuan awal adalah untuk mengurangi tekanan terhadap hutan alam serta untuk membangun hutan yang mampu berproduksi secara lebih optimal dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri perkayuan Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya. Namun dalam perkembangannya, HTI mengalami berbagai pro dan kontra. Argumentasi yang dilontarkan oleh pihak yang menentang antara lain adalah bahwa pengusahaaan HTI tersebut terutama HTI-pulp dianggap merusak fungsi hutan dan berkonotasi sebagai pengusahaan hutan yang tidak lestari Tarumingkeng, 2000. Hal ini, menurut Tarumingkeng 2000, dikarenakan HTI-pulp pada umumnya menanam jenis-jenis yang cepat tumbuhberdaur pendek serta cenderung monokultur sehingga dikhawatirkan tidak memiliki fungsi ekologis yang tinggi kontribusi terhadap lingkungan rendah. Adanya anggapan yang demikian, ditambah dengan adanya kenyataan bahwa HTI-pulp seperti halnya hutan alam juga sering mengalami gangguan, mengindikasikan perlunya suatu pengkajian mengenai konsep rasio kelestarian hutan pada hutan yang bersangkutan. Dalam konsep rasio kelestarian hutan, suatu pengelolaan hutan dianggap telah ideal apabila jumlah pohon yang ditanam sama dengan jumlah pohon yang ditebang atau apabila luas hutan yang ditanam sama dengan luas hutan yang ditebang. Atau dengan kata lain, rasio kelestarian hutan sama dengan 1. Namun, pada kenyataannya, keadaan yang ideal ini sangat sulit untuk dicapai, bahkan pada HTI-pulp sekalipun yang pada umumnya memiliki jangka daur yang pendek. Hal ini dikarenakan di lapangan akan banyak sekali terjadi gangguan-gangguan seperti pencurian kayu, perladangan berpindah, penyerobotan lahan, faktor keberhasilan tanaman, konflik lain dengan masyarakat, dan lain-lain yang tentu saja dapat menghambat tercapainya kelestarian hasil dalam pengusahaan hutan. Dalam hal ini, apabila faktor-faktor yang menghambat tersebut semakin besar, rasio kelestarian yang diperoleh akan semakin kecil.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menghitung persentase penurunan volume akibat adanya gangguan hutan. 2. Menghitung rasio kelestarian hutan tanaman Acacia mangium. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor gangguan hutan yang mempengaruhi rasio kelestarian hutan.

C. Manfaat Penelitian

Sebagai masukan kepada pihak PT. Musi Hutan Persada tentang nilai rasio kelestarian yang diperoleh untuk dasar evaluasi terhadap pengelolaan hutan tanaman yang berkaitan dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan serta penebangannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA