Gangguan Hutan TINJAUAN PUSTAKA

1. Berdasarkan luas. Metode ini dapat dikendalikan melalui teknik silvikultur atau pengaturan tebangan, daur dan sebaran kelas umur, serta kelas-kelas pengembangan atau perlakuan. 2. Berdasarkan volume dan atau berdasarkan riap. Rumus pengaturan hasil yang dipakai di sini antara lain rumus Austria, rumus Hundeshugen serta rumus Von Mantel. 3. Berdasarkan jumlah dan ukuran pohon. Rumus yang dipergunakan di sini adalah rumus Brandis. Dalam menentukanmengatur seberapa banyak hasil hutan yang dapat diambil, maka seorang manajer perlu mempertimbangkan beberapa prinsip berikut Davis, 1966 : 1. Tujuan Manajemen. Termasuk di dalam prinsip ini antara lain tujuan dan kebijakan operasional yang dianut, jumlah income yang diharapkan, ketergantungan antar tahapan pemrosesan tanaman sehingga menjadi bahan baku, serta batas kontinuitas operasipengusahaan yang diharapkan. 2. Ketersediaan pasar bagi berbagai jenis kayu yang dihasilkan. Prinsip ini melibatkan baik kondisi pasar saat ini maupun kondisi pasar di masa depan dalam hubungannya dengan ketersediaan kayu. 3. Kebutuhan dan urgensi sistem silvikultur yang diterapkan. Prinsip ini antara lain mencakup macam metode permudaan yang paling sesuai untuk diaplikasikan, kondisi tegakan yang ada dilihat dari sisi umur, penyakit atau hama yang menyerang, serta dari sisi persediaanstock , serta keadaan urgensi hutan yang dikelola yang antara lain disebabkan oleh badai, kebakaran ataupun penyebaran penyakit yang meluas. 4. Masalah yang mungkin muncul dalam pemanenan. 5. Masalah tingkat kelestarian hutan yang diinginkan. Hal ini berarti bahwa dalam menentukan jumlah hasil yang boleh diambil harus sesuai dengan kapasitas produksi dari hutan yang bersangkutan. Bahkan jika memungkinkan, pengaturan ini harus dapat meningkatkan kualitas tegakan.

D. Gangguan Hutan

Tercapainya kelestarian hutan dapat terhambat atau bahkan tidak tercapai sama sekali karena munculnya berbagai macam gangguan pada hutan. Menurut Suratmo 1993, suatu gangguan pada sistem hutan dapat bersifat sementara saja yang lalu kemudian dapat sembuh kembali reversible dan ada juga yang bersifat tetap dan tidak dapat sembuh kembali irreversible. Gangguan yang sifatnya tetap inilah yang keberadaannya mengancam kelestarian hutan kita. Gangguan terhadap kawasan hutan dan isinya ini antara lain dapat berupa perambahan kawasan, pencurian kayu, penebangan liar, perladangan liar, serangan hama dan penyakit, kebakaran hutan serta bencana alam. Menurut Mu’min dan Rahajaan 1993 dalam Rahman 1997 berbagai gangguan terhadap hutan tersebut dapat disebabkan baik oleh manusia maupun oleh alam. Macam gangguan yang ditimbulkan oleh manusia antara lain berupa pencurian pohon hutan untuk mendapatkan kayu pertukangan, kayu bakar dan atau hasil hutan lainnya; pencurian hasil hutan yang dikumpulkan di TP, TPK, TPN dan tempat-tempat penyimpanan lainnya; kebakaranpembakaran hutan; penggembalaan hewan di hutan; bibrikan lahan kawasan hutan serta pembabatan tanaman hutan. Sementara, gangguan terhadap hutan yang disebabkan oleh alam antara lain berupa kebakaran hutan, hama penyakit serta bencana alam. Berdasarkan data NFI Project 1999 dalam Handadhari 2001, illegal logging merupakan bentuk gangguan hutan yang ditunjuk sebagai penyebab utama laju deforestasi yang selama kurun waktu 1985-1997 telah mencapai angka 21,65 juta ha dari hutan seluas 119,7 juta ha, atau sekitar 1,5 per tahunnya. Gangguan-gangguan terhadap hutan yang disebabkan oleh ulah manusia tersebut, pada umunya dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan yang umumnya memiliki taraf hidup dan pendidikan yang masih rendah, sehingga belum menyadari akan bahaya yang mungkin timbul karena efek dari kelakuannya. Departemen Kehutanan, 1987 dalam Rahman, 1997. Hal ini lebih lanjut ditegaskan oleh Jauhari 2002, yang menyatakan bahwa memang ada korelasi yang kuat antara kualitas hidup manusia dengan kualitas lingkungan hidup. Hal ini berarti, tekanan masyarakat terhadap sumber daya alam yang berakibat pada penurunan kualitas lingkungan hidup akan semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya jumlah penduduk yang masih memiliki kualitas hidup rendah, atau dengan kata lain masih berada di bawah garis kemiskinan. Tekanan ini terutama berupa illegal logging penjarahan, penebangan liar yang dilakukan untuk sekedar bertahan hidup.

E. Rasio Kelestarian Hutan.