Mahkamah Konstitusi ke depan, yang mana hrus dipikirkan kemungkinan mengintegrasikan seluruh system pengujian peraturan dibawah kewenangan
Mahkamah Konstitusi. Peran dan fungsi dari masing-masing lembaga kehakiman berdasarkan UUD
1945 amandemen ke-4 tergambar dalam bagan berikut ini :
Bagan 1 Peran dan fungsi Lembaga Kehakiman
2.3.1 Kewenangan dan Fungsi Mahkamah Agung
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman : “Mahkamah Agung adalah pelaku kekuasaan
kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,”
Mahkamah Agung merupakan pengadilan tertinggi negara dari badan peradilan yang berada di dalam keempat lingkungan peradilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman :
“kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”
Kewenangan dari Mahkamah Agung sebagai mana disebutkan dalam Pasal 20 ayat 2 Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman adalah :
1 mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang
diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah
Agung, kecuali undang-undang menentukan lain.
2 menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang. 3
kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.
2.3.2 Kewenangan dan Makna Putusan Mahkamah Konstitusi
Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi : “Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu
lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”.
Landasan Konstitusional Mahkamah Konstitusi adalah Pasal 24C UUD 45, yang menyebutkan :
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final
untukmenguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan
lembaga negara
yang kewenangannya
diberikan oleh
Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partaipolitik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”.
Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final, yakni putusan Mahkamah Konstitusi langsung memperoleh kekuatan hukum tetap sejak
diucapkan dan tidak ada upaya hukum yang dapat ditempuh. Hal ini sesuai dengan kewenangan dari Mahkamah Konstitsi yang tertuang dalam Pasal 10
ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi :
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk:
1 menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3 memutus pembubaran partai politik
4 memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
5 Memberikan putusan atas pendapat DPR tentang dugaan
PresidenWakil Presiden melanggar hukum, berupa : mengkhianati negara, korupsi, suap, t indakpidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela lainnya.
Dalam memutuskan perkara Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, Mahkamah Konstitusi dapat memutuskan
sebagimana yang terdapat dalam pasal 56 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi :
1 Dalam hal Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa
pemohon danatau permohonannya tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dan Pasal 51, amar
putusan menyatakan permohonan tidak dapat diterima.
2 Dalam hal Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa
permohonan beralasan,
amar putusan
menyatakan permohonan dikabulkan.
3 Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana dimaksud
pada ayat 2, Mahkamah Konstitusi menyatakan dengan tegas materi muatan ayat, pasal, danatau bagian dari undang-
undang yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4 Dalam hal pembentukan undang-undang dimaksud tidak
memenuhi ketentuan
pembentukan undang-undang
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945,
amar putusan
menyatakan permohonan dikabulkan.
5 Dalam hal undang-undang dimaksud tidak bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, baik mengenai pembentukan maupun materinya
sebagian atau keseluruhan, amar putusan menyatakan permohonan ditolak.
Salah satu asas yang dimiliki Mahkamah Konstitusi terdapat asas “erga omnes” yaitu bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat mengikat
setiap orang. Sehingga setiap orang harus patuh terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi.
2.3.3 Kewenangan Hakim