P. MILITER : Pengadilan Militer
PT : Pengadilan Tinggi
PTA : Pengadilan Tinggi Agama
PTTUN : Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
PT. MILITER : Pengadilan Tinggi Militer
P. UTAMA MILITER : Pengadilan Utama Militer Berdasarkan obyek penelitian yang dilakukan yaitu menyangkut mengenai
”Legalitas Sumpah Advokat Untuk Beracara di Pengadilan menurut Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 101PPU-VII2009”, dari uraian-uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dimana mengenai proses sumpah advokat itu sendiri
melibatkan kewenangan dari dua lembaga penyelanggara kekuasaan kehakiman di Indonesia yakni Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung, maka pada sub bab
sikap pengadilan Tinggi terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 101PPU-VII2009 ini, akan coba dijelaskan mengenai Tugas pokok dan Fungsi
dari Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi selaku pihak yang mengeluarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 101PPU-VII2009, serta Pengadilan
Tinggi yang merupakan salah satu dari badan pelaksana kekuasaan peradilan dibawah Mahkamah Agung.
4.1.1 Tugas pokok dan Fungsi Mahkamah Agung
Mahkamah Agung adalah Lembaga Tinggi Negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang juga merupakan salah satu pemegang
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung
membawahi badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara. Empat lingkungan peradilan tersebut sebenarnya terdiri dari
lingkungan Peradilan Khusus dan lingkungan Peradilan Umum. Perbedaaanya terletak pada perkara-perkara dan golongan rakyat tertentu
yang terlibat didalamnya. Peradilan Khusus menangani perkara-perkara golongan rakyat tertentu Peradilan Agama
dan Peradilan Militer.
Sedangkan Peradilan Umum adalah peradilan bagi rakyat pada umumnya baik perkara pidana maupun perkara perdata Peradilan Umum
dan Peradilan Tata Usaha Negara
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, Tugas pokok Mahkamah Agung adalah :
1 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
2 Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi.
3 Memberikan pertimbangan hukum kepada Presiden dalam hal
memberikan grasi dan rehabilitasi
.
Selain tugas pokok Mahkamah Agung yang telah dijelaskan diatas, terdapat pula fungsi lain dari Mahkamah Agung yaitu :
1 Fungsi Peradilan
Sebagai pengadilan negara tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam
penerapan hukum melalui putusan kasasi 1
Peninjauan Kembali PK menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara Republik Indonesia
diterapkan secara adil, tepat dan benar. 2
Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat
pertama dan terakhir semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
a Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor
14 Tahun 1985 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung
b Semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal
asing dan muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku Pasal 33 dan Pasal 78
Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Mahkamah Agung.
3 Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil,
yaitu wewenang menguji atau menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah undang-undang tentang hal apakah suatu
peraturan ditinjau dari isinya materinya bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi Pasal 31A Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung. 2
Fungsi Pengawasan 1
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan
tujuan agar peradilan yang dilakukan pengadilan-pengadilan diselenggarakan
dengan seksama
dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan
biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara Mahkamah Agung juga
melakukan pengawasan : a
terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa,
mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi
peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim
b Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang
menyangkut peradilan 3
Fungsi Mengatur 1
Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila
terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang- Undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan Pasal 79 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.
2 Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri
bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur undang-undang.
4 Fungsi Nasehat
Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan- pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi
Negara lain Pasal 37 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Mahkamah Agung. Dalam amandemen ke-1 UUD 1945 Pasal 14 ayat 1, Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk
memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan
pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
5 Fungsi Administratif
Badan-badan Peradilan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara secara
organisatoris, administratif dan finansial dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung Pasal 21 Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman. 6
Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan
Selain penje
l
asan tugas dan fungsi Mahkamah Agung di atas, Mahkamah Agung berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman mempunyai empat lembaga peradilan yang
bernaung dibawahnya, yaitu: 1
Peradilan Agama Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam undang-undang.
Lingkungan Peradilan Agama meliputi: 1
Pengadilan Tinggi Agama 2
Pengadilan Agama
2 Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara PTUN adalah salah satu lingkungan peradilan dibawah Mahkamah Agung yang berfungsi melaksanakan
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara meliputi:
1 Pengadilan Tata Usaha Negara
2 Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
3 Peradilan Militer
Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai kejahatan-
kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana militer. Peradilan Militer meliputi:
1 Pengadilan Militer
2 Pengadilan Militer Tinggi
3 Pengadilan Militer Utama
4 Perdilan Umum
Peradilan Umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya. Peradilan umum meliputi:
1 Pengadilan Negeri, berkedudukan di ibu kota kabupatenkota,
dengan daerah hukum meliputi wilayah kabupatenkota
2 Pengadilan Tinggi, berkedudukan di ibu kota provinsi, dengan
daerah hukum meliputi wilayah provinsi Peradilan Umum inilah yang menjadi permasalahan utama dalam
penelitian ini baik pada tingkat Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Tinggi. Karena di Peradilan Umum inilah seorang advokat akan sangat
diperlukan, advokat dapat berperan sebagai Equity of Armest kesamaan kedudukan antara tersangka, jaksa, polisi dan hakim. Maka di Peradilan
Umum-lah banyak terjadi permasalahan mengenai sumpah advokat sebagai mana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat dan juga Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 101PPU-VII2009.
Meskipun tidak
menutup kemungkinan
permasalahan sumpah advokat juga dapat terjadi pada ranah peradilan lainnya.
4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi Mahkamah Konstitusi