antara pos-pos seperti penjualan dan arus kas bersih dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan akan memungkinkan untuk membuat
ramalan yang lebih baik mengenai arus kas perusahaan.
b.  Kemampuan kesatuan usaha  untuk membayar dividen dan memenuhi kewajiban. Secara sederhana, jika suatu perusahaan tidak mempunyai
cukup uang kas, maka upah karyawan tak dapat dibayar, utang tak terlunasi, dividen tak terbayar atau peralatan tak terbeli. Selain itu
laporan arus kas menunjukkan bagaimana kas digunakan dan darimana diperoleh. Semua pihak yang terkait dengan perusahaan sangat
berkepentingan dengan informasi arus kas yang dapat dilihat dari laporan arus kas perusahaan.
c.   Perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari aktivitas  operasi. Angka laba bersih penting karena memberikan informasi mengenai
keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan bisnis dari satu periode ke periode lain. Tetapi beberapa orang mengkritik laba bersih berdasar
akrual karena taksiran harus dibuat untuk menghitungnya. Akibatnya, keandalan dari angka itu sering diragukan. Tidak demikian halnya
dengan kas. Banyak pembaca laporan keuangan ingin mengetahui alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih  dari
aktivitas operasi. Kemudian mereka dapat menilai bagi diri mereka sendiri keandalan dari angka laba.
d.  Transaksi investasi dan pendanaan kas dan nonkas selama periode itu. Dengan memeriksa aktivitas investasi suatu perusahaan pembelian atau
penjualan aktiva selain dari produknya dan transaksi pendanaannya peminjaman dan pelunasan pinjaman investasi oleh pemilik dan
distribusi ke pemilik, pembaca laporan keuangan dapat memahami lebih baik mengapa aktiva  dan kewajiban meningkat atau menurun
selama periode itu.
2.1.5. Kebijakan  Dividen
Menurut Siegel 2001 : 254, “laba perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham disebut sebagai dividen”, sedangkan kebijakan dividen
menurut Brigham dan Houston 2000 : 66 adalah “kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dengan pertumbuhan dimasa mendatang yang
memaksimumkan harga saham”. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan  bahwa dividen yang
dibayarkan kepada para pemegang saham bersumber dari keuntungan yang diperoleh perusahaan dari berbagai aktivitas operasionalnya.  Sedangkan kebijakan
dividen adalah penentuan pembayaran dividen meliputi  saat pembayaran dan jumlah nominal dividen yang dibayarkan.
Perusahaan harus memilih apakah dividen akan dibayar saat ini periode ini atau ditunda hingga periode berikutnya.  Menurut Hin 2001 : 20,  walaupun pada
suatu periode tertentu perusahaan memperoleh keuntungan belum tentu melakukan pembayaran dividen, karena perusahaan tersebut membutuhkan dana untuk
melakukan ekspansi atau membayar beban hutang.  Tetapi bisa saja perusahaan yang mengalami kerugian justru membayarkan dividen dari saldo kas atau laba
ditahan pada periode sebelumnya. Ahmad 2004 : 194 menguraikan beberapa ‘kebijakan dasar’ yang dapat
dipilih dianut perusahaan sehubungan dengan saat pembayaran dan jumlah nominal dividen yang akan dibayarkan, yaitu:
1.  Dividen per saham yang stabil.  Perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang tetap pada setiap periode, walaupun perusahaan tersebut
mengalami  kerugian. 2.  Dividen pay out DPO   yang stabil. Rasio dividen dengan laba bersih
stabil, tetapi jumlah nominal dividen yang dibayarkan bervariasi. 3.  Dividen kombinasi.  Selain jumlah pembayaran dividen yang tetap,
perusahaan dapat membayar dividen tambahan  jika keuntungan perusahaan meningkat.
4.  Dividen residual.  Dividen yang  dibayarkan adalah residu sisa laba setelah dana untuk  kebutuhan investasi terpenuhi.  Dalam hal ini, jika
pada suatu periode perusahaan mengalami kerugian, maka dividen tidak akan dibayar.
Sedangkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen adalah  Riyanto, 2000 : 267:
1.  Posisi likuiditas perusahaan Salah satu faktor yang harus dipertimbangkan  saat menetapkan
besarnya jumlah dividen yang akan dibayarkan adalah posisi likuiditas perusahaan. Kebijakan pembayaran dividen melibatkan arus kas keluar
cash outflow yang relatif besar, sehingga kebijakan tersebut harus ditetapkan berdasarkan posisi likuiditas perusahaan.
2.  Kebutuhan dana untuk membayar utang
Disamping posisi likuiditas, perusahaan juga harus mempertimbangkan kebutuhan dana kas untuk membayar utang-utangnya.  Jika perusahaan
menetapkan  bahwa utang  yang jatuh tempo akan dibayar dengan menggunakan sumber-sumber dana internal, maka jumlah dividen yang
dapat dibayarkan kepada para pemegang saham akan berkurang.
3.  Pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan ekspansi perusahaan juga membutuhkan dana kas.  Jika
perusahaan memutuskan untuk  membiayai pertumbuhan dari sumber- sumber dana internal, maka jumlah pembayaran dividen akan
berkurang.  Namun jika kebutuhan dana ekspansi  dipenuhi dari sumber dana eksternal,  maka perusahaan dapat menstabilkan atau
meningkatkan pembayaran dividen.
2.1.6. Pengaruh Arus Kas terhadap Perubahan Dividen