57
BAB IV ANALISIS TEKSTUAL
4.1 Pengenalan
Dalam setiap seni pertunjukan music di dunia ini, termasuk Kirtan terjadi komunikasi di antara seniman religi dan para jemaah, dengan berbagai interpretasi
penafsiran terhadap pertunjukan yang terjadi. Berbagai aktivitas komunikasi dalam peristiwa seni pertunjukan keagamaan ini berdasarkan kepada pola-pola
budaya Punjab dan agama Sikh yang telah wujud selama berabad-abad. Dalam konteks komunikasi pertunjukan keagamaan ini, komunikasi
pertunjukan itu mencakup: a lirik atau teks Kirtan, yang memiliki ciri-ciri khas dibandingkan komunikasi verbal dengan bahasa seharian, b inteyeksi atau kata-kata
seru untuk memperkuat suasana pertunjukan, c kata-kata pendeta bhai dalam setiap pertunjukan upacara keagamaan. Komunikasi lisan dalam seni pertunjukan
masyarakat Sikh biasanya menggunakan kata-kata pilihan yang berasal dari Kitab Suci. Komunikasi lisan ini juga menjadi bahagian dari Amrit Kirtan yang tentu saja
terintegrasi dengan aspek-aspek bukan lisan seperti nada, irama, rentak, melodi, gerak-gerik, dinamika, mimesis, dan sebagainya. Komunikasi lisan selalu distilisasi
untuk lebih menghayati dan kekhusukkan dalam melakukan ibadah mingguan ini. Teks Amrit kirtan yang dilakukan pada Kirtan ini ada yang sifatnya eksplisit,
yaitu mudah dicerna dan ditafsir secara langsung, dan ada pula teks yang sulit untuk dicerna dan ditafsir, karena teks yang bersifat rahasia, diberi gaya bahasa, dan
sifatnya lebih tertutup implisit. Oleh karena itu, teks keagamaan Sikh ini perlu diresapi, dipahami, dan ditafsir oleh penonton berdasarkan nilai-nilai budaya yang
hidup di dalam kebudayaan masyarakat Sikh secara umum, yaitu budaya India Utara khususnya Punjabi. Walau bagaimana pun, secara umum teks lirik Kirtan ini
58 memainkan peran utama dalam budaya Sikh. Sehingga dapat dikatakan bahwa teks
Kirtan sebenarnya dalam pertunjukan mengutamakan sajian teks, yang dalam studi etnomusikologi lazim disebut dengan logogenik.
4.2 Logogenik
Menurut pengalaman penulis sebagai mahasiswa etnomusikologi FIB USU, salah satu aspek yang sangat penting dalam lagu-lagu atau musik India Punjabi
ialah peranan teks atau lirik yang sangat menonjol. Garapan teks ini mendapat kedudukan yang utama dalam pertunjukan musik Punjabi. Lagu-lagu India Utara
Hindustani termasuk Punjabi, umumnya berdasarkan kepada aturan-aturan puisi di kawasan ini. Sementara Kirtan berdasar kepada Kitab Suci Guru Granth Sahib.
Dengan kedudukan sedemikian rupa, maka penulis mengkategorikannya sebagai “musik” yang logogenik. Artinya bahwa pertunjukan Kirtan sangat mengutamakan
wujud verbal atau bahasa, dalam pertunjukannya lihat Malm, 1977. Dengan demikian, komunikasi lisan dalam Kirtan memegang peranan utama. Komunikasi
lisan ini umumnya dinyanyikan dengan melodi tertentu, dan iringan rentak tertentu, disertai berbagai norma dan aturan, menurut tradisi pertunjukan tradisional
masyarakat Sikh. Di sisi lain, ada pula kebudayaan musik yang lebih mengutamakan aspek
ritme dan melodi musik, misalnya tradisi gordang atau gondang pada masyarakat Mandailing, Angkola, Toba, Simaungun dan Dairi di Sumatera Utara. Budaya musik
yang sedemikian ini dapat dikategorikan sebagai muzik melogenik. Dalam Bab IV ini, penulis akan mengkaji teks lirik Kirtan yang digunakan
dalam ibadah Mingguan umat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadur Polonia Medan. Kajian ini menggunakan teori semiotik, yang mencakup makna intrinsik lagu, kajian
59 mengenai tanda-tanda lagu itu sendiri, seperti kualitas nyanyian, aktualisasi lagu, dan
pengorganisasian lagu. Kemudian melangkah kepada referensi lagu, yaitu kajian tanda-tanda nyanyian dengan berbagai objek yang mungkin, yang memfokuskan
kepada signifikasi nyanyian dengan objek yang lebih luas. Selepas itu adalah interpretasi musikal atau kajian tanda-tanda musikal yang
berhubungan dengan pelbagai interpretannya, yang memfokuskan perhatian kepada aksi tanda-tanda musikal dalam pikiran manusia yang menerimanya. Kajian terakhir
ini terdiri daripada: persepsi musik, persembahan, dan intelektualisasi.
4.3 Analisis Semiotik Tekstual
Kirtan
Lirik Kirtan yang diambil penulis untuk dianalisis berasal dari kitab Amrit Kirtan halaman 363. Berikut ini adalah liriknya dan artinya dalam bahasa Indonesia.
Artinya ini diterjemahkan oleh informan kunci penulis yaitu Guru Raj Bir. Demikian pula analisis semiotij ini adalah berdasarkan kepada tafsiran-tafsiran beliau terhadap
tekstual Kirtan yang disajikan. 1.
Par Berm Hoa Shai Kba Kirtn Suke Dahi || Maha Tuhan Allah telah menjadi penolong dan teman saya; khotbah dan
Kirtan-Nya dari Pujian-Nya telah membawa kedamaian pada saya. 2.
Gur Pure Ki Bani Jap Anande Keroh Nit Parni ||1|| Nyanyian Firman Guru Bani yang sempurna, serta senantiasa dalam
kebahagiaan, ya fana. ||1|| 3.
Har Saca Simeroh Phai || Mengingat Tuhan yang benar dalam meditasi, ya saudara dalam takdir.
4. Sadeh Sangh Seda Sok Paiyeh Her Biser Na Kabehu Jaih ||Rehao||
60 Dalam Sangat Saadh, persekutuan dari perdamaian, kekekalan kudus
diperoleh, dan Tuhan tidak pernah terlupakan. | | Jeda | | 5.
Amret Namo Parmeser Tera Jo Simereh So Jiwe || Nama Mu, ya Tuhan yang sukar dipahami, adalah madu bunga; siapapun
yang merenungkannya, hidup. 6.
Jes Nu Kerim Perapete Howe So Jan Nermel Tiwe ||2|| Orang yang diberkati dengan Kasih Karunia Tuhan - pelayan yang
rendah hati menjadi bersih dan murni. ||2|| 7.
Begen Benasen Sabe Doke Nasen Gor Cereni Mano Laga || Hambatan dihapus, dan semua rasa sakit dihilangkan; pikiran saya
melekat pada kaki Guru. 8.
Gone Gawte Acote Abe nasi Ane deno Her Range Jaga ||3|| Bernyanyi serta memuji keagungan Tuhan yang tenang dan kekal, satu
tetap terjaga untuk mencintai Tuhan, siang dan malam. 9.
Mou Iceh Sehi Vele Pae Har Ke Ketah Suheli || Dia memperoleh buah dari keinginan batinnya, mendengarkan khotbah
penghiburan Tuhan. 10.
Adeh Ant Nide Nanek Koh So Prbe Howa Beli ||4||16||27|| Di awal, tengah, dan akhir, Tuhan adalah teman terbaik Nanak.
Teks pada Amrit Kirtan halaman 363 merupakan ungkapan pujian atas kebesaran Tuhan yang ditulis oleh Guru Nanak dan dibawakan di pagi hari. Secara
singkat, Kirtan yang dinyanyikan di atas memberitahu pengikut Sikh untuk melakukan naam meditasimengingat Tuhan yang ditanamkan dalam pikiran.
61 Setiap Kirtan akan diakhiri dengan kata-kata: “Waheguru Ji Ka Khalsa
Waheguru Ji Ki Fateh.” Arti kalimat ini adalah bahwa Sikh milik yang Maha Kuasa, kemenangan ada pada yang Maha Kuasa.
Di bawah ini merupakan tulisan aksara Gurmukhi dari lirik Kirtan di atas. Tulisan ini discanning langsung dari tulisan tangan pemain musik Gurdwara tersebut
karena keterbatasan komputer penulis untuk memasukkan aksara Gurmukhi.
62 Secara struktural, teks Amrit Kirtan di atas terdiri dari 10 bait kalimat.
Kesepuluh baris itu menjadi satu kesatuan dalam penyajian Kirtan. Teks ini disajikan dengan menggunakan vocal, aspek melodi seperti tangga nada, wilayah nada, nada
dasar, formula melodi, interval, nada, dan kontur. Sepuluh baris teks Kirtan tersebut disajikan dengan penuh khidmat dan khusuk.
Baris pertama yaitu terdiri dari kalimat: Par Berm Hoa Shai Kba Kirtn Suke Dahi. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Maha Tuhan Allah telah menjadi
penolong dan teman saya; khotbah dan Kirtan-Nya dari Pujian-Nya telah membawa kedamaian pada saya. Dalam baris ini secara eksplisit dinyatakan bahwa Tuhan telah
menjadi penolong sekali gus teman orang Sikh. Artinya adalah bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, Ia yang menciptakan alam dan manusia. Bagi yang selalu
mendekatkan diri kepada Tuhan, maka ia akan menjadi teman Tuhan, dan Tuhan akan selalu menyayanginya sebagaimana layaknya seroang teman. lebih lanjut lagi
baris ini mengemukakan bahwa khotbah, Kirtan, dan pujian kepada Tuhan telah membawa seseorang yang melakukannya menjadi tenang dan damai dalam dirinya,
karena ia selalu mengingat Tuhan, dan ada yang melindunginya. Selanjutnya baris kedua, yang terdiri dari kalimat Gur Pure Ki Bani Jap
Anande Keroh Nit Parni, artinya adalah Nyanyian Firman Guru Bani yang sempurna, serta senantiasa dalam kebahagiaan, ya fana. Bahwa Kirtan ini
dilantunkan oleh sang pendeta yaitu Guru Bani yang telah sempurna tingkat ilmu dan penghayatan agamanya. Selanjutnya umat Sikh perlu memberikan salam dan
pengharapan agar sang pendeta senantiasa dalam kebahagiaan, termasuk di alam dunia yang fana ini, juga di akhirat kelak.
Kemudian baris ketiganya, selengkapnya berbunyi sebagai berikut. Har Saca Simeroh Phai. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Mengingat Tuhan yang benar
63 dalam meditasi, ya saudara dalam takdir. Kalimat ini juga ditujukan kepada sang
pendeta, dan juga pujian bagi beliau. Bahwa Guru Bani itu dalam mengingat Tuhan adalah benar senantiasa. Juga beliau selalu benar dalam memimpin meditasi, yaitu
berupa pendekkatan diri dengan Tuhan. Demikian pula Tuhan telah memberikan takdirnya kepada sang pendeta untuk selalu membimbing umat.
Selanjutnya kata-kata pada baris keempat selengkapnya adalah Sadeh Sangh Seda Sok Paiyeh Her Biser Na Kabehu Jaih. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut: Dalam Sangat Saadh, persekutuan dari perdamaian, kekekalan kudus diperoleh, dan Tuhan tidak pernah terlupakan. Bahwa dalam Sangat Saadh ibadah
Sikh persekutuan atau integrasi umat Sikh yang berdasar kepada perdamaian, maka kekekalan yang suci kudus akan diperoleh. Dengan demikian, maka Tuhan akan
selalu dikenang di dalam diri umat Sikh, Tuhan akan selalu dikenang. Setelah itu, baris kelima, terdiri dari klalimat sebagai berikut: Amret Namo
Parmeser Tera Jo Simereh So Jiwe. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Nama Mu, ya Tuhan yang sukar dipahami, adalah madu bunga; siapapun yang
merenungkannya, hidup. Kalimat ini menjelaskan bahwa nama Tuhan yang itu merujuk kepada sifat-sifat Tuhan sulit difahami bagi yang tidak merenungkan
eksistensi Tuhan itu seperti apa. Oleh karena itu kontemplasi terhadap sifat-sifat Tuhan ini perlu terus diasah oleh seorang penganut Sikh. Jika seseorang Sikh itu
telah dapat mengenali sifat-sifat Tuhan maka ia akan menyadari betapa lezat dan manisnya kebenaran Tuhan itu, seperti yang dilambangkan sebagai madu bunga. Jika
setiap orang dapat merenungkannya maka ia akan selamat dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat. Ini kira-kira tafsiran semiosis terhadap baris kelima
Kirtan ini.
64 Selanjutnya pada baris keenam, yang selengkapnya berbunyi: Jes Nu Kerim
Perapete Howe So Jan Nermel Tiwe, yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah: Orang yang diberkati dengan Kasih Karunia Tuhan--pelayan yang rendah hati
menjadi bersih dan murni. Maknanya adalah jika seseorang telah dapat merenungkan dan memahami sifat-sifat Tuhan, maka selanjutnya ia akan diberkati kasih dan
karunia Tuhan secara langsung, Tuhan akan saying dan kasih kepadanya. Selanjutnya ia akan menjadi pelayan kepada semua manusia dengan sifat-sifat yang
mulia, teruma rendah hati, tidak sombong, bersih, dan sucilah jiwanya. Setelah itu, pada baris ketujuh, kata-kata yang diucapkan adalah berupa
kalimat sebagai berikut. Begen Benasen Sabe Doke Nasen Gor Cereni Mano Laga artinya dalam bahasa Indonesia adalah, Hambatan dihapus, dan semua rasa sakit
dihilangkan; pikiran saya melekat pada kaki Guru. Maknanya bahwa dengan mendekatkan diri kepada Tuhan selalu, maka seseorang itu akan cinta kepada Tuhan,
tidak mengutamakan kepentingan duniawi yaitu menghapus hambatan-hambatan yang menyebabkan terganggunya hubungan manusia dengan Tuhan. Demikian pula
tidak ada alas an apapun dalam melakukan pendekatan dengan Tuhan, termasuk rasa sakit pun hilang dengan sendirinya. Cara pendekatan diri kepada Tuhan ini adalah
melalui perantaraan Guru, yang disimbolkan dengan pikiran umat Sikh melekat pada kaki Guru. Di sini terlihat bahwa Guru memainkan peran penting dalam hubungan
manusia dengan Tuhan. Guru adalah sebagai unsur perantara umat dengan Tuhan. Artinya Guru memegang peran penting dalam mengarahkan jalan menuju Tuhan.
Berikutnya baris kedelapan, selengkapnya berbunyi sebagai berikut. Gone Gawte Acote Abe nasi Ane deno Her Range Jaga. Artinya dalam bahasa Indonesia
Bernyanyi serta memuji keagungan Tuhan yang tenang dan kekal, satu tetap terjaga untuk mencintai Tuhan, siang dan malam. Bahwa setiap umat Sikh dengan panduan
65 Guru Bhai mengingat Tuhan dengan teknik bernyanyi dalam konteks memuji
Tuhan. Dalam keadaan ini, teks Kirtan perlu diberi sentuhan estetika berupa unsur melodi dan ritme yang didasari pada kebudayaan di mana ia hidup, dalam hal ini
sistem raga dan tala India. Tuhan itu adalah kekal dan abadi, dengan memujinya akan memebrikan ketenangan di dalam jiwa. Setiap umat Sikh perlu terus menerus
mengingat Tuhan, baik di kala siang maupun malam. Seterusnya baris kesembilan adalah sebagai berikut. Mou Iceh Sehi Vele Pae
Har Ke Ketah Suheli. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Dia memperoleh buah dari keinginan batinnya, mendengarkan khotbah penghiburan Tuhan. Maknanya
seorang penganut Sikh jika telah daoat menghayati dan memahami sifat Tuhan, senantiasa memuji Tuhan melalui bimbingan Guru, maka ia akan memperoleh buah
kedamaian di dalam batinnya. Kemudian juga selalu mendengarkan khotbah keagamaan dan mendapatkan penghiburan dari Tuhan, yang menyelamatkannya di
dalam kehidupan ini. Baris yang kesepuluh selengkapnya berbunyi sebagai berikut. Adeh Ant Nide
Nanek Koh So Prbe Howa Beli. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Di awal, tengah, dan akhir, Tuhan adalah teman terbaik Nanak. Maknanya secara religius
adalah bahwa Nanak itu adalah utusan dan teman Tuhan di dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Nanak adalah pendiri agama Sikh, dan guru yang
pertama agama Sikh. kalimat ini menegaskan bahwa sejak awal, kini, dan nanti Nanak adalah utusan terbaik Tuhan di dunia ini dalam menyampaikan ajaran-ajaran
Tuhan Waheguru. Demikian kira-kira tafsiran semiosis terhadap sepuluh teks Kirtan yang disajikan dalam iabadah mingguan umat Sikh pada lokus penelitian di
Polonia Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
66
BAB V LATAR BELAKANG BUDAYA MUSIK,