23
2.1.7.2 Motivasi Manajemen Laba
Watts dan Zimmmerman 2011: 31-36 secara umum terdapat beberapa hal yang memotivasi individu atau badan usaha melakukan tindakan manajemen
laba, diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Motivasi Bonus. Dalam sebuah perjanjian bisnis, pemegang saham akan memberikan sejumlah insentif dan bonus sebagi umpan balik atau evaluasi
atas kinerja manajer dalam menjalankan operasional perusahaan. Kinerja manajemen salah satunya diukur dari pencapaian laba usaha sehingga
memotivasi para manajer untuk manajemen laba agar dapat menampilkan kinerja yang baik demi mendapatkan bonus yang maksimal.
2. Motivasi Utang. Untuk kepentingan ekspansi perusahaan, manajer
seringkali melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Agar kreditor mau menginvestasikan dananya
diperusahaan, tentunya manajer harus menunjukkan performa yang baik dari perusahaannya.
3. Motivasi Pajak. Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa
perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besar pajak yang
harus dibayarkan kepada pemerintah.
4. Motivasi Penjualan Saham. Motivasi ini banyak digunakan oleh
perusahaan yang akan go public ataupun sudah go public. Salah satu ukuran kinerja yang dilihat oleh calon investor adalah penyajian laba pada
laporan keuangan perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan.
5. Motivasi Pergantian Direksi. Menjelang berakhirnya masa jabatan, direksi
akan melakukan strategi memaksimalkan laba agar performa kerjanya terlihat baik sehingga memperoleh bonus yang maksimal pada akhir masa
jabatannya.
6. Motivasi Politik. Motivasi politik biasanya terjadi pada perusahaan besar
yang bidang usahanya menyentuh masyarakat luas. Perusahaan cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitas perusahaan terutama
selama periode kemakmuran tinggi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi.
2.1.7.3 Pola Manajemen Laba
Menurut Scott 1997 merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
24 1.
Pola Taking a Bath Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan
menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan
yang mengalami masalah organisasi organization stress atau sedang dalam proses pergantian pimpinan manajemen perusahaan.
2. Pola Income Minimization
Dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini dilakukan dengan motivasi perpajakan. Agar
nilai pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi, manajer cenderung menurunkan laba periode tahun berjalan melalui penghapusan aset tetap
atau pengakuan biaya - biaya periode mendatang ke periode tahun berjalan.
3. Pola Income Maximization
Pola ini dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan beragam, mulai dari
menunda pelaporan biaya – biaya periode tahun berjalan ke periode
mendatang, pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi.
4. Pola Income Smoothing
Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relative stabil. Untuk investor dan kreditur yang memiliki sifat
risk adverse , kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan
keputusan. Stabilitas laba ini dapat diperoleh dengan mengombinasikan dua pola, yaitu meminimalkan laba atau memaksimalkan laba.
Universitas Sumatera Utara
25
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil pengujian dari penelitian terdahulu dapat dilihat dari tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No. Nama Peneliti Judul
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian 1.
Rizke Meitha Anggraeni
2013 Pengaruh Struktur
Kepemilikan Manajerial,
Ukuran Perusahaan, dan
Praktik Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba
Variabel independennya
adalah struktur kepemilikan,
ukuran perusahaan,
komposisi dewan komisaris
independen, komite audit,
ukuran kap.
Variabel dependennya
adalah manajemen laba.
Struktur kepemilikan
manajerial dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba. Sementara itu
praktik Corporate
Governance proporsi dewan
komisaris independen,
komite audit, dan ukuran KAP
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
2. Thiodora
Panjaitan 2012
Analisis Pengaruh Mekanisme Good
Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba
Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Variabel independennya
adalah kepemilikan
institusional, proporsi dewan
komisaris, komite audit
Variabel Kepemilikan
Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris dan Komite Audit
berpengaruh secara signifikan
terhadap Manajemen
Laba. Uji parsial
Universitas Sumatera Utara
26 Indonesia Periode
2009-2010 dependennya
adalah manajemen laba.
menunjukkan hanya
Kepemilikan Manajerial yang
berpengaruh signifikan
terhadap Manajemen
Laba. Sedangkan Proporsi Dewan
Komisaris dan Komite Audit
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Manajemen Laba.
3. Okta Rezika
Praditia 2010 Analisis Pengaruh
Mekanisme Corporate
Governance
terhadap Manajemen Laba
dan Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI pada Tahun 2005-
2008 Variabel
indepedennya adalah
kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial,
komisaris independen,
kualitas auditor.
Variabel dependennya
adalah manajamen laba
dan nilai perusahaan.
Kepemilikan Institusional,
kepemilikan manajerial,
komisaris independen, dan
kualitas auditor tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba. Kepemilikan
institusional, kepemilikan
manajerial, dan kualitas auditor
tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan,
sedangkan komisaris
independen berpengaruh
negatif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
27 4.
Panca Wahyuningsih
2009 Pengaruh Struktur
Kepemilikan Institusional dan
Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba
Variabel independennya
adalah struktur kepemilikan
institusional, proporsi dewan
komisaris independen,
ukuran dewan komisaris,
keberadaan komite audit, dan
ukuran perusahaan.
Variabel dependennya
adalah manajemen laba.
Semua variabel yaitu kepemilikan
institusional, proporsi dewan
komisaris independen,
ukuran dewan komisaris,
keberadaan komite audit, dan
ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba.
5. Rohans
Rivaldo 2013
Analisis Pengaruh Corporate
Governance, Leverage
, dan Profitabilitas
terhadap Manajemen Laba
pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Variabel independennya
adalah kepemilikan
institusional, kepemilikan
manajerial, proporsi
komisaris independen,
komposisi komite audit, leverage,
dan profitabilitas.
Variabel dependennya
adalah manajemen laba.
Secara simultan dan secara parsial
kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial,
proporsi komisaris
independen, komposisi komite
audit, leverage, dan profitabilitas
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
Anggraeni 2013 melakukan penelitian mengenai pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai 2011.
Universitas Sumatera Utara
28 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur kepemilikan manajerial dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sementara itu praktik Corporate Governance proporsi dewan komisaris
independen, komite audit, dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Panjaitan 2012 melakukan penelitian mengenai pengaruh mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba
terhadap perusahaan manufktur yang terdaftar di bursa efek inonesia pada periode 2009-2011. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Kepemilikan Manajerial,
Proporsi Dewan Komisaris dan Komite Audit berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba. Uji parsial menunjukkan hanya Kepemilikan
Manajerial yang berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Sedangkan Proporsi Dewan Komisaris dan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap Manajemen Laba. Praditia 2010 meneliti pengaruh mekanisme good corporate governance
yang diproksikan dengan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kualitas auditor terhadap manajemen laba. Hasilnya
menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Wahyuningsih 2009 meneliti pengaruh struktur kepemilikan institusional
dan corporate governance terhadap manajemen laba. Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel yaitu kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris
Universitas Sumatera Utara
29 independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Husni 2013 meneliti pengaruh mekanisme good corporate governance, leverage, dan profitabilitas
terhadap manajemen laba. Hasilnya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, leverage, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba, sedangkan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
Rivaldo 2013 meneliti pengaruh corporate governance, leverage, dan profitabilitas terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek indonesia. Penelitian ini dilakukan menggunakan sampel sebanyak 103 perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
secara simultan dan secara parsial kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, komposisi komite audit, leverage, dan
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
30
H1
H2
H3
H4
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Perumusan Hipotesis 2.4.1 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba
Dapat dikatakan bahwa komposisi dewan komisaris yang terdiri dari anggota yang berasal dari luar perusahaan mempunyai kecenderungan
mempengaruhi manajemen laba. Terkait dengan manajemen laba, dewan komisaris independen tidak berkaitan langsung dengan perusahaan yang mereka
tangani, karena mereka bertugas untuk memonitoring direksi perusahaan tanpa ada tekanan dari pihak manapun, sehingga pekerjaan yang dilakukannya murni
Komisaris Independen
Komite Audit
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Manajemen Laba
Universitas Sumatera Utara
31 tanpa ada campur tangan dengan pihak manapun. Berdasarkan pemaparan
mengenai dewan komisaris independen terhadap manajemen laba, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H1:
Komisaris Independen berpengaruh terhadap manajemen laba
2.4.2 Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba