Study Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Pada Proyek Bandara Kuala Namu Kabupaten Deli Serdang

(1)

STUDY PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000

PADA PROYEK BANDARA KUALA NAMU

KABUPATEN DELI SERDANG

TUGAS AKHIR

Disusun oleh :

WIDIA SARI

03 0404 061

DOSEN PEMBIMBING

CO-PEMBIMBING

IR. SYAHRIZAL, MT

IR. ANDY PUTRA RAMBE, MBA

NIP : 131803350

NIP: 132178899

SUB JURUSAN TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas segala nikmat dan KaruniaNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini yang disusun untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh ujian sarjana pada departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Syahrizal, MT. dan Bapak. Ir. Andy Putra Rambe, MBA. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. ing. Johanes Tarigan sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak. Ir. Terunajaya, MSc. sebagai Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

4. Bapak dan Ibu Dosen/ Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU

5. Ayah dan Ibunda Tercinta, Ismail dan Elma. Kedua Pahlawan hidup yang tak pernah berhenti berjuang untuk membesarkan, mendidik, dan memotivasi penulis dalam segala kondisi. Terima Kasih yang tak terhingga, semoga Allah SWT selalu memberkahi dan memberikan kebahagiaan hidup mereka sampai akhir hayat.


(3)

6. Saudara-saudara tersayang Uda Ustazd Roni, bu bidan Popi, Robi yang funky, dan para malaikat kecil Dio, Dia dan Ayung. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya yaa…semoga selalu mampu jadi inspirasi penulis dalam melangkah. Juga untuk seluruh keluarga, Terima Kasih atas doanya….

7. Terkhusus…Ani dan Uci. Teman-teman tersayang, walaupun berjauhan namun selalu ada untuk penulis baik suka maupun duka, tetap jadi kawan yang baek yaa…

8. Adek-adek di HMI Komisariat Fakultas Taknik USU, terkhusus Gagah, Ratih, Habibi, Aurora. Terima Kasih banyak atas bantuannya yaa…Tetap jadi adek kakak yang baek….

9. Teman-teman stambuk 2003 yang telah melukiskan warna hidup penulis selama menjalankan masa perkuliahan di FT-USU baik teman-teman seangkatan di Teknik Sipil, maupun di Organisasi HMI Komisariat FT-USU. Terima Kasih banyak atas bantuan, dukungan dan doanya yaa….

10.Seluruh Adek-adek, kakak-kakak, abang-abang senior di FT-USU dan HMI, terkhusus adek-adek kepengurusan Periode ini yang diketuai oleh Andi, terima Kasih atas dukungan dan doanya…

11.Saudara-saudara seatap, Ibuk, Bapak, Ana yang cute, Eva yang gokil abiz. Terima Kasih atas bantuan, semangat dan doanya….semoga selalu ceria sepanjang masa


(4)

ABSTRAK

Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek kerap timbul masalah mengenai kesesuaian satandar mutu antara kontraktor dan pemilik proyek. Salah satu upaya dalam pelaksanaan untuk mencapai standar mutu, pihak kontraktor mengusahakan pemakaian suatu sistem manajemen mutu yang diharapkan dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh pemilik proyek. Sistem manajemen mutu yang diperlukan dalam pencapaian kesesuaian mutu antara kontraktor dengan pemilik proyek adalah sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Sistem manajemen mutu ini merupakan suatu standar sistem bukan standar mutu, dimana dalam penggunaan standar sistem pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan direncanakan dengan sistematis.

Dalam upaya mengetahui wujud aplikasinya dilapangan, maka penulis melakukan penelitian mengenai penerapan sistem manajemen ISO 9001:2000 pada proyek bandara kuala namu, dimana PT.Waskita Karya bertindak sebagai salah satu kontraktor dan PT.Angkasa Pura II sebagai pemilik proyek. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yang digunakan dalam proyek ini merupakan sistem manajemen mutu yang lengkap dan terperinci sehingga apabila penerapannya dilapangan sesuai dengan teori yang ada, diharapkan proses pekerjaan dan bagian-bagian pendukungnya dapat berjalan terencana dan terkendali, baik ditinjau dari aspek pembiayaan, mutu dan waktu sehingga lebih efektif dan efisien.

Diharapkan dengan pemakaian sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 akan menghasilkan produk fisik yang memenuhi standar spesifikasi, karena seluruh prosedur pekerjaan dan pengadaan bahan dilakukan dengan memenuhi standar produk dan mutu, sehingga sesuai dengan esensinya akan menambah keunggulan dalam persaingan menghadapi era perdagangan bebas dan globalisasi.

Medan, 06 Desember 2008

Widia Sari 03 0404 061


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..i

ABSTRAK………iii

DAFTAR ISI……….iv

DAFTAR TABEL……….vii

DAFTAR GAMBAR………viii

DAFTAR LAMPIRAN……….ix

BAB I PENDAHULUAN……….1

1.1Latar Belakang………..1

1.2Tujuan Penulisan………...3

1.3Masalah dan Pembatasan Masalah………3

1.4Metodologi Penelitian………3

1.5Sistematika Penulisan………4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….6

2.1 Defenisi dan Pengertian Manajemen……….6

2.2 Defenisi dan Pengertian Mutu………..12

2.3 Defenisi dan Pengertian Manajemen Mutu ISO 9001:2000….15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..55

3.1 Umum………...55

3.2 Pengumpulan Data………58

3.3 Sistematika Pengumpulan Data………59


(6)

BAB IV STRUKTUR ORGANISASI DAN DATA PROYEK…………62

4.1 Umum………62

4.2 Ruang Lingkup Perusahaan………63

4.3 Sejarah Singkat PT. Waskita Karya (Persero)………....63

4.4 Visi dan Misi Perusahaan………65

4.5 Organisasi Proyek………....68

4.6 Struktur Organisasi PT. Waskita Karya………..70

BAB V ANALISA PENERAPAN MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 OLEH PT. WASKITA KARYA……….85

5.1 Tanggung Jawab Manajemen………...85

5.2 Struktur Organisasi………...85

5.3 Sistem Mutu……….87

5.4 Pengendalan Desain………..87

5.5 Pengendalian Data dan Dokumen……….88

5.6 Pembelian………..88

5.7 Properti Pelanggan………89

5.8 Identifikasi dan mampu Telusur………...90

5.9 Pengendalian Proses……….90

5.10 Inspeksi dan Pengujian………....91

5.11 Status Inspeks dan Pengujian………..91

5.12 Pengendalian Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian..92

5.13 Tindakan Pencegahan dan Perbaikan………93


(7)

5.15 Audit Mutu Internal………..94

5.16 Pelatihan (Training)………..94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………...101

6.1 Kesimpulan……….101

6.2 Saran………...102

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Klausul Sistem Manajemen Mutu……….95

Tabel 5.2 Klausul Tanggung Jawab Manajemen………...96

Tabel 5.3 Klausul Manajemen Sumber Daya……….97

Tabel 5.4 Klausul Realisasi Produk………98


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Persentase Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu………..95

Gambar 5.2 Persentase Pelaksanaan Tanggung Jawab Manajemen………96

Gambar 5.3 Persentase Pelaksanaan Manajemen Sumber Daya……….97

Gambar 5.4 Persentase Pelaksanaan Realisasi Produk………98


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kebijakan Mutu PT.Waskita Karya 2. Struktur Organisasi Proyek

3. Time Schedulle Proyek 4. Daftar Sub Kontraktor 5. Garis Besar Mutu Pekerjaan

6. Daftar Material yang memerlukan penangan khusus 7. Daftar persyaratan, standard an legislasi

8. Verifikasi sertifikat kalibrasi alat ukut Waterpass 9. Verifikasi keandalan kalibrasi timbangan AMP 10.Penyimpanan dan peralatan alat ukur optik 11.Verikasi kelaikan alat ukur station

12.Verifikasi kelaikan alat ukur Electronic Distance Meter 13.Koreksi alat ukur Theodolite

14.Verifikasi sertifikat kalibrasi alat ukur Theodolite 15.Pembagian zona pekerjaan

16.Denah lokasi Site facilities 17.Kondisi Existing

18.Akses keluar-masuk pekerjaan Grubbing, Clearing & Stripping 19.Akses keluar-masuk pekerjaan timbunan

20.Daftar personil pelaksana inspeksi dan tes 21.Daftar kriteria keberterimaan material/produk


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Mutu (Quality) adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan. Mutu merupakan suatu citra yang sangat didambakan oleh setiap kontraktor dalam memberikan jasa pada pemilik proyek, baik dalam jasa pelayanan maupun dalam jasa produksi. Pengertian mutu dalam konteks industri jasa konstruksi dapat didefenisikan sebagai suatu kesesuaian dengan keinginan persyaratan pelanggan. Jadi, mutu bukan hanya menyangkut kualitas saja, tetapi juga dengan persyaratan lain seperti: ketepatan waktu penyelesaian proyek, biaya yang optimal, keamanan, semangat bekerja karyawan dan dipenuhinya peraturan yang ada. Mutu dapat berarti upaya untuk mencapai kepuasan pelanggan dengan pendekatan sistem, hasil dan ukuran.

Dengan pendekatan sistem diharapkan pekerjaan dapat dilakukan sekali jadi dan benar. Dengan pendekatan hasil diharapkan pekerjaan dapat dilakukan tanpa kesalahan, dengan pendekatan ukuran diharapkan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai mutu yang diinginkan sesuai dengan yang direncanakan. Pendekatan mutu mencapai lima aspek utama yaitu :

a. Kualitas (Quality) b. Biaya (Cost)

c. Waktu penyerahan (Delivery) d. Keamanan (Safety)


(12)

Kelima aspek tersebut diatas sangat mempengaruhi keberhasilan dari suatu proyek, tanpa adanya keseimbangan dari kelima aspek tersebut diatas, pelaksanaan proyek belum dikatakan bermutu. Manajemen mutu menjadi satu-satunya kekuatan terpenting yang membuahkan keberhasilan organisasi dan pertumbuhan baik dipasar berskala nasional maupun internasional. Karena begitu besar pengaruh mutu dalam keberhasilan suatu proyek, sangat diperlukan suatu sistem manajemen mutu yang baik untuk mengelola kegiatan yang ada dalam suatu perusahaan sehingga tercipta suatu kesesuaian dengan keinginan/ persyaratan pelanggan.

Dengan demikian sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 merupakan salah satu manajemen mutu yang mengelola kelima aspek tersebut di atas yaitu diantaranya adalah kualitas, biaya, waktu penyerahan, keamanan, semangat/etos bekerja yang disiapkan untuk pencapaian mutu sehingga terpenuhi keinginan atau persyaratan pelanggan.

ISO adalah singkatan dari Internasional Organization For Standardization yaitu suatu organisasi internasional para dewan standardisasi nasional (DSN). Dewan Standardisasi Nasional Indonesia juga bergabung dalam ISO tersebut, sampai tahun 1999, kurang lebih 113 negara telah menjadi anggota yang bermarkas besar di Genewa, Swiss.

Pada sidang anggota ISO dipertengahan 1980-an, dibentuk suatu panitia kecil yang disebut TC-176 yang bertanggung jawab untuk standar-standar sistem manajemen mutu dan merumuskan suatu standar sistem mutu yang diakui secara internasional oleh seluruh anggota.


(13)

I.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengkaji sejauh mana penerapan sistem manajemen mutu berdasarkan standar ISO 9001:2000 sudah diterapkan dengan optimal pada pelaksanaan proyek pembangunan bandara Kuala Namu kabupaten Deli Serdang.

I.3 Masalah dan Pembatasan Masalah I.3.1 Masalah

Masalah utama pelaksana dilapangan antara lain adalah masalah mutu dari pekerjaan untuk memenuhi kepuasan pelanggan/ pemilik proyek. Tidak adanya manajemen mutu yang baik dilapangan akan berpengaruh pada hasil produk/ pekerjaan, sehingga seringkali pelanggan/ pemilik tidak menerima karena adanya permasalahan di dalam mutu.

I.3.2 Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, pembatasan masalah penelitian dibatasi oleh perencanaan manajemen mutu ISO 9001:2000 dalam struktur organisasi PT.Waskita Karya pada pekerjaan tanah dan pondasi pada proyek Bandar Udara Kuala Namu.

I.4 Metodologi Penelitian

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan.


(14)

a. Pengumpulan Data Primer

Data yang dikelompokkan dalam data primer ini adalah data-data yang diperoleh/diambil langsung dari lapangan, dalam lingkup manajemen mutu yang menjadi wilayah studi.

b. Pengumpulan Data Sekunder

Data yang dikelompokkan dalam data sekunder ini adalah data-data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait.

c. Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif dengan memaparkan hasil pengolahan data yang ditabulasikan

Adapun tahapan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan dan pengolahan data

2. Analisis-sintesis

3. Mengambil kesimpulan, dan

4. Merumuskan saran atau rekomendasi

I.5 Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan menggunakan metode penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang penelitian ini dilaksanakan, tujuan penelitian, pembatasan masalah penelitian, manfaat dan metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.


(15)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang uraian berbagai literature yang relevan terhadap penelitian. Dalam hal ini menguraikan tentang prinsip-prinsip manajemen dan manajemen mutu.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini serta proses pengumpulan data.

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH STUDI

Berisikan tentang gambaran umum wilayah studi yang masih dalam ruang lingkup pembahasan.

BAB V. ANALISA DATA

Berisikan tentang pengolahan data dan sajian data-data penerapan teknis yang sesuai dengan objek penelitian untuk mencapai tujuan dan sarana penelitian yang dimaksud.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan saran mengenai temuan-temuan penting untuk dijadikan masukan-masukan yang diperoleh dari penelitian ini.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi dan Pengertian Manajemen. 2.1.1 Manajemen Secara Umum.

Teori manajemen secara umum banyak dikembangkan oleh para ahli manajemen untuk menciptakan suatu peraturan di dalam tindakan atau pekerjaan. Tindakan manajemen selalu dilatarbelakangi oleh teori manajemen. Teori manajemen ada yang bersifat universal (Fayol, manajemen edisi II) dan ada yang bersifat ilmiah (Taylor, manajemen edisi II) teori manajemen memiliki bidang yang amat luas, oleh karena itu untuk mempelajari suatu teori, perlu dipelajari aspek-aspeknya. Teori manajemen memiliki beberapa aspek, diantaranya adalah tentang pengertian dan defenisi. Adapun pengertian dan defenisi manajemen antara lain :

a. Manajemen adalah falsafah atau praktek kegiatan manusia yang tersusun (terorganisasi) dan membutuhkan ilmu pengetahuan serta ilmu seni yang baik.

b. Manajemen adalah proses pelaksanaan pencapaian tujuan tertentu yang

diselenggarakan dengan pengendalian (Encyclopedia of Social Science)

c. Manajemen adalah keahlian untuk meneggerakkan orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan. (L.A. Apply)

d. Manajemen adalah pencapaian suatu tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan orang lain (George Terry)


(17)

f. Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia dilaksanakan untuk mengendalikan kemampuan dan daya guna sumber-sumber alam bagi keuntungan manusia (American Society of Mechanical

Engineers)

g. Manajemen adalah suatu proses perencanaaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, serta pengorganisasian daripada manusia dan barang-barang (terutama manusia) untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. (oey Liang

Lee)

h. Manajemen adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan dan pengendalian usaha-usaha anggota organisasi dan penggunaan sumber daya lain dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. (James Stoner)

i. Manajemen adalah seni ilmu pengetahuan yang menjelaskan mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk mencapai tujuan dan mengajarkan bagaimana sistem kerjasama yang lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. (L. Gullik)

j. Manajemen berhubungan dengan fungsi dan tenaga kerja suatu organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (oliver Sheldon)

Menurut Malayu (2001:1) manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkkan.


(18)

2.1.2 Prinsip manajemen

Prinsip manajemen adalah prinsip yang akan mengkoordinir dan mengendalikan sumber daya dalam suatu proyek/pekerjaan yang akan menghasilkan suatu mutu yang lebih baik dan efisien.

Ada enam prinsip utama manajemen : a. Pembagian kerja

pembagian kerja dilaksanakan sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing individu. Pembagian kerja ini berguna untuk mengatur sistem pekerjaan sehingga sasaran yang telah ditetapkan akan tercapai.

b. Disiplin

Disiplin sangat diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Tanpa disiplin yang tinggi, manajemen tidak akan berfungsi dan pencapaian sasaran/ target yang telah ditetapkan tidak akan berhasil dengan baik.

c. Kesatuan perintah

Kesatuan perintah sangat diperlukan dalam pelaksanaan sistem manajemen. Perintah yang akan disampaikan oleh atasan yang paling tinggi harus sesuai dengan perintah atasan yang lebih rendah untuk dikerjakan oleh bawahannya.

d. Kesatuan arah

Arah pencapaian yang jelas dan pasti sangat berpengaruh bagi sistem manajemen. Kesatuan arah pencapaian sasaran akan mengarahkan sistem dilaksnakan kearah yang akan dicapai tersebut.


(19)

e. Kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi

Pada hakikatnya tujuan manajemen adalah untuk mencapai suatu sasaran yang telah ditetapkan bersama. Sasaran tersebut juga merupakan sasaran semua pihak yang terkait. Manajemen pasti akan berhasil apabila dalam usaha pencapaian sasaran kepentingan bersama diletakkan ditatas kepentingan pribadi.

f. Rantai berjenjang dan rentang kendali

Maksud dari rantai berjenjang dan rentang kendali disini adalah keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang. Wewenang yang lebih besar dan tanggung jawab dapat menjadi penyalahgunaan wewenang dan tentu akan merugikan organisasi.

2.1.3 Fungsi Manajemen

Secara umum fungsi manajemen adalah untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manajemen juga diartikan sebagai pelaksanaan dari fungsi-fungsi untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.4 Proses Manajemen

Untuk mencapai sasaran atau tuujan yang telah ditetapkan, ada proses-proses yang harus dilaksanakan terlebih dahulu. Proses manajemen ini merupakan suatu Rentetan tindakan-tindakan pelaksanaan. Adapun proses manajemen tersebut adalah :


(20)

a. Peramalan (Forecasting)

Peramalan meliputi interprestasi tujuan perusahaan dan penentuan garis-garis besar tindakan pencapaian tujuan. Peramalan biasanya dilakuan oleh dewan direktif ataupun setiap level pimpinan.

b. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Kegiatan perencanaan meliputi perencanaan garis besar pelaksanaan, strategi ataupun program umum, pemilihan metode yang cocok, pemilihan bahan-bahan baku dan mesin-mesin yang tepat. Keberhasilan perencanaan bergantung pada standar dan informasi yang akurat.

c. Penyusunan/ persiapan/ pengorganisasian (Organizing/Preparing)

Penyusunan/persiapan/pengorganisasian merupakan keseluruhan proses

pengelompokan orng-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Proses penyusunan/persiapan/pengorganisasian meliputi usaha mempersiapkan :

1. Defenisi distribusi tanggung jawab dan tugas-tugas para pemimpin serta penyediaan personalia.

2. Pencatatan berbagai hubungan formal yang ada antara kepentingan individual dan pertanggung jawaban serta jalur kontrak secara teori.


(21)

d. Motivasi/penggerakan/pemberian perintah (Motivating/Commanding)

Motivasi/pergerakan/pemberian perintah adalah keseluruhan pemberian motif bekerja pada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan besama dengan efisien dan ekonomis. Proses motivasi/penggerakan/pemberian perintah merupakan pendukung utama untuk keberhasilan peramalan. Motivasi/penggerak/pemberian perintah merupakan proses sosial dan merupakan fungsi pimpinan dalam membentuk moral pekerja, memberikan inspirasi pada bawahan untuk tetap setia pada pimpinan dan untuk membentuk iklim emosi yang tepat dalam pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan pada kelompok kerja.

e. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah proses pengamatan dari keseluruhan pelaksanaan kegiatan untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, pengendalian bertujuan untuk membandingkan keadaan pelaksanaan dengan standar-standar yang telah direncanakan, mengadakan koreksi bila perlu dalam melakukan pencatatan dan hasil-hasil yang diperoleh guna penyediaan data bagi perencanaan yang akan datang. f. Koordinasi (Coordinating)

Koordinasi merupakan suatu proses mempersatukan beberapa kegiatan sebagai akibat proses spesialisasi, dan menyeimbangkan pemakaian sumber-sumber serta aktivitas sehingga mencapai keharmonisan dalam setiap tindakan. Tujuan pokok dalam koordinasi adalah mencegah adanya aktivitas yang menyimpang dari kerangka


(22)

kerja oranisasi dan untuk menjamin adanya kesatuan tindakan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

g. Komunikasi/penjelasan (Communication/Explaining)

Komunikasi/penjelasan adalah alat yang dipakai untuk mengetahui ramalan serta usaha-usaha yang diperlihatkan. Dengan komunikasi/penjelasan yang baik akan menghasilkan suatu pekerjaan yang baik pula. Komunikasi/penjelasan yang baik sangat diperlukan dalam suatu proyek. Di dalam pemberian perintah kerja kepada bawahan, komunikasi/penjelasan harus dilakukan dengan baik dan jelas agar tercipta kesesuaian perintah dan tindakan.

2.2 Defenisi dan Pengertian Mutu

Mutu bukan hanya kualitas produk saja, tetapi juga dengan persyaratan lain seperti : ketepatan pengiriman, biaya yang rendah, pelayanan yang memuaskan pelanggan dan bisa dipenuhinya peraturan pemerintah yang berhubungan dengan produk yang dipasarkan. Sehingga tercapai karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan untuk mencapai derajat mutu.

2.2.1 Konsep Mutu

Mutu merupakan keinginan pelanggan yang mungkin selama ini paling kurang dikelola. Dalam kenyataan, istilah manajemen mutu (Quality management) jarang digunakan sampai tahun 1980-an; melainkan, istilah (dan konsep) pengendalian mutu (quality control), dan kemudian kepastian mutu yang digunakan (Amin Widjaja, 1993:1)


(23)

a. Ide klasik terhadap mutu

Produk dan spesifikasi produk :

1. Tidak mempertimbangkan keinginan pelanggan 2. Penekanan produk pada kesesuaian

3. Orientasi pada produksi b. Defenisi modern tentang mutu

Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan volume penjualan, dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi (J.M Juran, Manajemen mutu terpadu).

1. Sesuai dengan persyaratan/ target 2. Sesuai dengan pemakaian

3. Memenuhi kepuasan pelanggan

c. Ciri-ciri perusahaan yang tidak memperhatikan mutu 1. Keterlambatan pengiriman

2. Tingkat produk rusak yang tinggi 3. Tingkat keberhasilan yang rendah 4. Pengerjaan ulang

5. Tingkat scrap yang tinggi 6. Kurangnya tingkat pengawasan

7. Tingginya tingkat pergantian karyawan 8. Tingginya tingkat biaya


(24)

d. Masalah-masalah kualitas dari sudut pandang pelanggan 1. Produk diluar spesifikasi

2. Tidak memiliki kompetensi 3. Masalah yang selalu berulang 4. Biaya tinggi

5. Kurangnya komunikasi 6. Kurangnya daya tanggap 7. Tidak bisa menepati perjanjian 8. Pengiriman tidak tepat waktu e. Kegagalan-kegagalan pada mutu

1. Kegagalan internal

a. Produk gagal, limbah, potongan-potongan b. Penurunan nilai barang

c. Pemisahan dan pemeriksaan ulang 2. Kegagalan dari luar

a. Produk gagal b. Pengerjaan ulang

c. Pertanggung jawaban terhadap produk

d. Perbaikan produk terhadap pengrusakan pengiriman e. Penarikan terhadap produk


(25)

2.3 Defenisi dan Pengertian Manajemen Mutu ISO 9001:2000

2.3.1 Manajemen mutu ISO 9001:2000 dan sejarah perkembangannya

ISO 9001:2000 merupakan seri standar untuk sistem manajemen mutu yang dikembangkan oleh ISO (Interternational Organization for Standardization). Kata ISO berasal dari bahasa Yunani (greek) yang berarti sama atau setara. ISO adalah badan internasional untuk standardisasi yang berkedudukan di Genewa, swiss. ISO 9001:2000 merupakan salah satu sistem manajememn mutu yang berada dibawah payung TQM (Total Quality Manajemen).

Tujuan diterapkannya sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 adalah untuk memastikan mutu kerja. Pada mulanya sampai dekade 1980-an belum ada standar sistem manajemen mutu yang diakui secara internasional oleh seluruh anggota ISO. Pada masa itu masing-masing anggota ISO memakai sistem manajemen mutu yang sesuai dengan keinginan masing-masing.

Pada pertengahan dekade 1980-an pada saat sidang anggota ISO membentuk suatu panitia kecil yang disebut TC-176 yang akan merumuskan standar-standar mutu yang diakui secara internasional oleh semua angota ISO. Setelah beberapa kali melakukan penelitian maka pada tahun 1987 dirumuskan standar sistem manajemen mutu yang disebut sistem manajemen mutu ISO-9000. dalam perkembangan selanjutnya setelah sistem manajemen mutu ISO-9000 versi 1987 diterapkan oleh berbagai perusahaan dan instansi diseluruh dunia, dirasakan perlunya suatu perubahan dalam berbagai standar yang sudah ada. Sejak pertama kali dikeluarkan standar-standar ISO-9000, ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi.


(26)

Revisi telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000. dengan demikian standar ISO yang terbaru adalah ISO 9000 versi tahun 2000, termasuk diantaranya adalah ISO 9001:2000.

ISO 9001:2000 adalah sistem manajemen mutu yaitu sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengontrol organisasi berkaitan dengan mutu serta suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan- persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, dimana organisasi yang dikontrak itu bertanggung jawab untuk menjamin kualitas dari produk-produk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi.

Suatu hal yang harus digarisbawahi adalah bahwa ISO 9001:2000 adalah suatu standar sistem bukan suatu standar produk. Perbedaan antara standar sistem dengan standar produk adalah sebagai berikut : standar produk atau yang disebut juga standar hasil adalah suatu standar atau tolak ukur/kriteria dari suatu produk. Produk dikatakan bermutu apabila produk tersebut bisa memenuhi tolak ukur/kriteria yang ditetapkan. Standar sistem adalah suatu standar dengan menggunakan suatu sistem tertentu untuk memastikan bahwa persyaratan standar produk sudah terpenuhi.

Dengan demikian, apabila ada perusahaan yang mengiklankan bahwa produknya telah memenuhi standar internasional, itu merupakan hal yang salah dan keliru, karena seyogianya manajemen perusahaan hanya boleh menyatakan bahwa sistem manajemen


(27)

mutunya yang telah memenuhi standar internasional bukan produk berstandar internasional, karena tidak ada kriteria pengujian produk dalam ISO 9001:2000. Bagaimanapun diharapkan, bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen mutu internasional akan berkualitas baik (standar).

2.3.2 Langkah-langkah Membangun dan Mengembangkan Sistem Manajemen Mutu

Defenisi dari standar ISO 9000 utuk sistem manajemen mutu (Qualty

Management System, QMS) adalah: “Struktur organisasi, tanggung jawab,

prosedur-prosedur, proses-proses, dan sumber-sumber daya untuk penerapan manajemen mutu”. Suatu sistem manajemen mutu (QMS) merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan untuk menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.

Sistem manajemen mutu mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan praktek-praktek manajemen mutu secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Terdapat beberapa karakteristik umum dari sistem manajemen mutu, yaitu :

a. Sistem manajemen mutu mencakup suatu lingkup yang luas dari akivitas-aktivitas dalam organisasi modern. Mutu dapat didefenisikan melalui lima pendekatan utama : (1) transcendent quality, yaitu suatu kondisi ideal menuju keunggulan, (2)


(28)

quality, yaitu kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk (barang dan/atau

jasa), (4) manufacturing-based quality, yaitu kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar, dan (5) value-based quality, derajat keunggulan pada tingkat harga yang kompetitif.

b. Sistem manajemen mutu berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja.

c. Sistem manajemen mutu berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Patut diakui pula bahwa banyak sistem manajemen mutu tidak akan efektif 100% pada pencegahan semata, sehingga sistem manajemen mutu juga harus berlandaskan pada tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan. Dalam kaitan dengan hal ini, sistem manajemen mutu merupakan suatu closed loop system yang mencakup deteksi, umpan balik, dan koreksi. Bagaimanapun proporsi terbesar (lebih dari 85%) harus diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak tahap awal.

d. Sistem manajemen mutu mencakup elemen-elemen : tujuan (objectives, pelanggan (customers), hasil-hasil (outputs), proses-proses (processes), masukan-masukan (inputs), pemasok (suppliers), dan pengukuran untuk umpan-balik dan umpan maju (measurements for feedback and feedforward).

Dalam setiap lingkungan, pelaksanaan proses yang konsisten merupakan kunci untuk peningkatan terus-menerus yang efektif agar selalu memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar global. Terdapat beberapa langkah untuk menerapkan suatu sistem manajemen mutu (QMS). Urutan yang diberikan disini hanya merupakan suatu petunjuk, yang dapat saja dilakukan bersamaan atau dalam


(29)

susunan yang tidak harus berurut, tergantung pada kultur dan kematangan organisasi

tetapi semua langkah ini harus diperhatikan secara serius dan konsisten. 1. Memutuskan untuk mengadopsi suatu standar sistem manajemen mutu yang akan

diterapkan. Standar-standar sistem manajemen mutu itu dipilih berdasarkan dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Berkaitan dengan hal ini, sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dapat dipilih.

2. Menetapkan suatu komitmen pada tingkat pemimpin senior dari organisasi (top

management commitment).

Implementasi dari sistem manajemen mutu membutuhkan komitmen dari manajemen organisasi dan semua standar sistem manajemen mutu membutuhkan komitmen ini agar dapat didokumentasikan yang biasanya dalam bentuk pernyataan kebijakan kualitas organisasi. Komitmen organisasi terhadap kualitas dapat ditunjukkan sejak awal melalui penandatanganan pernyataan kebijakan kualitas organisasi, dan berikutnya diikuti oleh sikap dan prilaku manajemen yang konsisten dalam menerapkan prosedur-prosedur kerja. Pernyataan kebijakan kualitas organisasi dapat didefenisikan sebagai : “ suatu deklarasi bertandatangan yang dikeluarkan oleh pemimpin-pemimpin organisasi yang menyatakan komitmen organisasi terhadap suatu sistem manajemen mutu (QMS) tertentu.”

3. Menetapkan suatu kelompok kerja (working group) atau komite pengarah (steering

committee) yang terdiri dari manajer-manajer senior.

Semua manajer senior harus berpartisipasi aktif dan paham secara benar tentang persyaratan-persyaratan standar dari sistem manajemen mutu itu. Penting untuk menunjuk seorang koordinator yang secara resmi akan mengembangkan program


(30)

sistem manajemen mutu itu. Organisasi ini (Koordinator) harus diberi wewenang untuk mengkoordinasikan pertemuan-pertemuan manajemen (management meeting). Seorang koordinator tidak perlu harus ahli dalam bidang manajemen mutu, meskipun akan lebih baik apabila orang ini memahami sistem manajemen mutu. Disarankan pula agar koordinator ini juga menjadi wakil manajemen (management

representative).

4. Menugaskan wakil manajemen (management representative).

Organisasi harus menugaskan atau mengangkat secara resmi seorang wakil manajemen, yang bebas dari tanggung jawab lain, serta harus mendefenisikan wewenang dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa persyaratan-persyaratan standar dari sistem manajemen mutu itu diterapkan dan dipelihara. Wakil manajemen ini harus melapor kepada manajemen senior agar menjamin bahwa persyaratan-persyaratan standar dari sistem manajemen mutu itu tidak dilanggar oleh fungsi-fungsi lain seperti: desain dan pengembangan, pembelian, produksi, pemasaran, dll. Peranan dari wakil manajemen adalah menjamin bahwa sistem manajemen mutu yang didokumentasikan itu secara teknik adalah benar dan sesuai dengan persyaratan standar dari sistem manajemen mutu yang dipilih itu. Semua fungsi dalam organisasi harus berpartisipasi dalam pengembangan sistem manajemen mutu.

5. Menetapkan tujuan-tujuan kualitas dan implementasi sistem.

Tidak ada baku atau tunggal dari implementasi sistem manajemen mutu dalam organisasi. Bagaimanapun, program implementasi (prosedur-prosedur kerja) harus merupakan tanggung jawab dari semua anggota organisasi dan dilakukan secara benar sejak awal. Dalam kasus pengembangan dokumentasi (misalnya dari atas kebawah),


(31)

maka program implementasi juga harus dari atas kebawah. Manajemen dan tim supervisor harus efektif dalam hal penetapan sasaran dan tujuan, komunikasi, koordinasi, perencanaan, dan pemantauan agar mencapai manfaat maksimum dari implementasi sistem manajemen mutu itu. Dalam beberapa kasus, jika manajemen tidak bekerja secara efektif sebagai suatu tim, maka pelu diperkenalkan suatu program pembangunan tim (team building program) agar memudahkan program implementasi sistem manajemen mutu itu.

6. Meninjau ulang sistem manajemen mutu yang sekarang.

Berkaitan dengan hal ini perlu dilakukan suatu audit sistem atau penilaian terhadap sistem manajemen mutu yang ada. Perlu membandingkan sistem yang sekarang dengan persyaratan-persyaratan standar sistem manajemen mutu yang akan diterapkan. Setiap penyimpangan atau perbedaan harus diperbaiki.

7. Mendefenisikan struktur organisasi dan tanggung jawab.

Pengembangan suatu sistem manajemen mutu menghadirkan suatu kesempatan ideal untuk suatu organisasi melakukan evaluasi terperinci dan meninjau ulang struktur manajemen yang ada. Demikian pula peranan untuk setiap personal di dalam organisasi dapat dinilai dan jika perlu direstrukturisasi. Deskripsi pekerjaan (job

description) harus dipersiapkan untuk semua personal kunci. Perlu menggunakan

suatu format standar, meskipun bukan merupakan suatu hal yang mutlak. Deskripsi pekerjaan harus : (1) disusun berdasarkan fungsi atau posisi, bukan individual, (2) merupakan dokumen umum apabila terdapat sejumlah personel memiliki fungsi yang sama, dan (3) mengidentifikasi individual dan persyaratan kualifikasi untuk mereka


(32)

serta harus dipastikan bahwa mereka memahami dan menyetujui terhadap wewenang dan tanggung jawab yang didefenisikan itu.

8. Menciptakan kesadaran mutu (quality awareness) pada semua tingkat dalam organisasi.

Kesadaran kualitas dapat dibangkitkan melalui serangkaian pelatihan tentang mutu guna menjawab pertanyaan-pertanyaan : apa itu mutu ?, mengapa perlu memiliki

sistem manajemen mutu ?, apa itu manual mutu?, mengapa harus

mendokumentasikan sistem manajemen mutu (QMS) dalam prosedur-prosedur sistem dan prosedur-prosedur kerja terperinci?, apa itu kebijakan mutus organisasi ?, mengapa memerlukan kerjasama dalam implementasi sistem manajemen mutu?. 9. Mengembangkan peninjauan ulang dari sistem manajemen mutu dalam manual (buku

panduan) mutu.

Hal ini berkaitan dengan peninjauan ulang secara singkat dari sistem manajemen mutu itu dan apakah kebijakan dan dokumen-dokumen yang diperlukan telah lengkap dan tersusun rapi dalam sistem manajemen. Semua ini merupakan dokumen-dokumen resmi (terkendali) dari organisasi yang dapat ditunjukkan kepada pelanggan dan pihak-pihak yang berwenang melakukan audit untuk proses sertifikasi formal dari sistem manajemen mutu itu. Dokumen-dokumen ini akan merupakan obyek untuk diperiksa dalam proses audit sistem manajemen mutu.

10.Menyepakati bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur-prosedur. Berkaitan dengan hal ini perlu mengembangkan suatu diagram alir dari aktivitas bisnis organisasi dan menentukan hal-hal kritis yang akan mempengaruhi keberhasilan organisasi. Aktivitas-aktivitas kritis ini perlu didokumentasikan dalam


(33)

bentuk prosedur-prosedur dan selanjutnya memastikan bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas itu dikendalikan oleh prosedur-prosedur kerja.

11.Mendokumentasikan aktivitas terperinci dalam prosedur operasional atau prosedur terperinci.

Hal ini berkaitan dengan dokumen-dokumen spesifik terhadap produk, aktivitas-aktivitas atau proses-proses dan harus ditempatkan pada lokasi kerja sehingga mudah dibaca oleh karyawan atau pekerja yang terkait.

12.Memperkenalkan dokumentasi.

Setelah manual mutu dan prosedur-prosedur disetujui, maka implementasi dari praktek-praktek sistem manajemen mutu pada tingkat manajemen dapat dilakukan. Distribusi dari dokumen harus disebarkan kepada semua area, maka prosedur-prosedur itu akan diterapkan dan memastikan bahwa manajer-manajer akan bertanggung jawab dalam program implementasi prosedur-prosedur itu. Jika diperlukan, diberikan pelatihan yang berkaitan dengan implementasi prosedur-prosedur itu. Hal ini sangat penting karena semua dokumen harus dipahami secara benar sebelum prosedur-prosedur itu secara formal diadopsi untuk penggunaan dalam sistem manajemen mutu.

13.Menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan dalam sistem.

Tahap ini akan menjadi sangat penting untuk keberhasilan dan efisiensi dari sistem manajemen mutu. Hal ini menjadi kritis dan harus dipastikan setiap orang dalam organisasi menyadari bahwa sistem manajemen mutu akan mempengaruhi aktivitas kerja mereka. Jika berhasil, pada tahap ini sistem manajemen mutu akan mengendalikan sekitar 85% dari aktivitas kerja dan hanya menyisakan sekitar 15%


(34)

pada pengendalian yang didasarkan pada orang. Transformasi sistem manajemen mutu akan ditentukan pada tahap ini apakah berhasil atau gagal total.

14.Meninjau ulang dan melakukan audit sistem manajemen mutu.

Peninjauan ulang sistem manajemen mutu diperlukan untuk menjamin kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar dari sistem manajemen mutu itu. Sangat penting bahwa setelah implementasi, organisasi harus melakukan peninjauan ulang oleh manajemen senior dalam periode waktu yang teratur guna menjamin status dan ketepatan dari sistem manajemen mutu sesuai persyaratan-persyaratan standar. Jaminan terhadap kelanjutan kesesuaian dan efektivitas dari sistem manajemen mutu sangat penting. Setelah program implementasi sistem manajemen mutu, langkah berikut adalah peningkatan kualitas terus-menerus (continuous quality improvement). Perlu dicatat dan difahami bahwa implementasi bukan akhir dari program, tetapi merupakan awal dari penerapan manajemen mutu secara terorganisasi dan sistematik.

Pada dasarnya, total quality manajemn (TQM) terdiri dari dua aspek pokok yaitu : (1) sistem manajemen mutu (Quality management system-QMS), dan (2) peningkatan mutu terus-menerus (Continous quality improvement-CQI). Untuk peningkatan kualitas terus-menerus perlu mengikuti tahap-tahap berikut : (1) menetapkan proyek peningkatan spesifik, (2) meninjau ulang praktek-praktek manajemen, (3) menetapkan sistem tindakan korektif, dan (4) melakukan proses audit terhadap sistem manajemen mutu. Tahap-tahap ini akan menjamin peningkatan mutu secara terus-menerus.


(35)

2.3.3 Manfaat penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000

Manfaat dari penerapan ISO 9001:2000 telah diperoleh banyak perusahaan. Beberapa manfaat dapat dicatat sebagai berikut :

a. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melaliu jaminan mutu yang terorganisasi dan sistemik. Proses dokumentasi dalam ISO 9001:2000 menunjukkan bahwa kebijakan, prosedur dan instruksi yang berkaitan denga mutu telah direncanakan dengan baik.

b. Perusahaan yang telah bersertifikasi ISO 9001:2000 diijinkan untuk mengiklankan pada media massa bahwa sistem manajemen mutu dari perusahaan itu telah diakui secara internasional. Hal ini berarti meningkatkan image perusahaan serta daya saing dalam memasuki pasar global.

c. Audit sistem manajemen mutu dari perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dilakukan secara periodik oleh register dari lembaga registrasi, sehingga pelanggan tidak perlu melakukan audit sistem mutu. Hal ini akan menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem mutu oleh pelanggan.

d. Perusahaan yang telah memproleh sertifikat ISO 9001:2000 secara otomatis terdaftar pada lembaga registrasi, sehingga apabila pelanggan potensial ingin mencari pemasok bersertifikat ISO 9001:2000, akan menghubungi lembaga registrasi. Jika nama perusahaan itu telah terdaftar pada lembaga registrasi bertaraf internasional, maka hal itu berarti terbuka kesempatan pasar baru.

e. Meningkatkan kualitas pada produktivitas dari manajemen melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik, sistem pengendalian yang konsisten, serta pengurangan dan pencegahan pemborosan karena operasi internal menjadi lebih baik.


(36)

f. Meningkatkan kesadaran mutu dalam perusahaan.

g. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefenisi secara baik.

h. Terjadi perubahan positif dalam hal kultur kualitas dari anggota organisasi, karena manajemen dan karyawan terdorong untuk mempertahankan sertifikat ISO 9001:2000 yang umumnya hanya berlaku selama tiga tahun.

Di dalam sistem manajemen mutu yang sangat berperan untuk menentukan penerapan sistem adalah Quality Assurance dan Quality Control. Quality assurance adalah semua tindakan yang terencana dan sistematis yang diterapkan, didemonstrasikan untuk meyakinkan pelanggan intern serta pelanggan ekstern (pemilik proyek) bahwa proses kerja dan hasil kerja kontraktor akan memenuhi persyaratan mutu tertentu. Quality

control berarti berbagai kegiatan teknik untuk memantau, mengevaluasi dan

menindaklanjuti agar persyaratan mutu yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan. Petugas pengendalian mutu memantau hasil produk secara fisik, jika terjadi penyimpangan yang cukup potensial, maka pengaruhnya pada kekuatan struktur dievaluasi kemudian ditindaklanjuti dengan cara-cara perbaikan. Quality control diperlukan untuk mengetahui tahap-tahap pelaksanaan dalam suatu proyek, sehingga terpenuhi atau tidak terpenuhinya suatu persyaratan atau spesifikasi akan terlihat.

Melalui sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, setiap kegiatan yang memenuhi mutu dilakukan dalam tiga rangkaian kegiatan yang tidak terputus, yaitu :

1. Perencanaan tertulis


(37)

3. Rekaman dan catatan hasil perencanaan

Dengan demikian selalu harus ada dokumen dalam prinsip ISO 9001:2000, yaitu panduan kerja yang harus tertulis, serta catatan/rekaman hasil kerja. Pada perencanaan, semua kegiatan yang mempengaruhi mutu harus dibuatkan prosedur dan instruksi kerjanya untuk memastikan bahwa tujuan, wewenang, dan tanggungjawab telah ditetapkan dan dipahami dengan baik. Pada pelaksanaan dan pengendalian semua kegiatan yang mempengaruhi mutu harus dikendalikan untuk memastikan bahwa persyaratan yang diminta telah dipenuhi. Masalah yang mungkin timbul harus diantisipasi dan dihindari. Dan jika terjadi masalah, perbaikan dilakukan dengan baik. Sementara pada rekaman/catatan hasil kerja semua kegiatan yang mempengaruhi mutu harus direkam/dicatat untuk lebih memastikan pencapaian sasaran dan sebagai umpan balik bagi kegiatan perencanaan berikutnya.

2.3.4 Elemen-elemen Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000

Manajemen mutu ISO 9001:2000 terdiri dari lima klausul utama yang harus diikuti. Penetapan lima klausul tersebut ditujukan untuk mencapai kepuasan pemilik proyek dengan cara mencegah ketidaksesuaian produk pada setiap pelaksanaan.

Adapun ke-5 klausul tersebut adalah : a. Klausul 4. Sistem Manajemen Mutu Klausul 4.1 Persyaratan umum

Klausul ini lebih menekankan pada kebutuhan untuk peningkatan terus-menerus (continual improvement). Manajemen organisasi harus menetapkan langkah-langkah


(38)

untuk implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan kebutuhan peningkatan terus-menerus, melalui :

1. Mengidentifikasi proses yang dibutuhkan untuk sistem manajemen mutu, dan aplikasinya pada keseluruhan organisasi

2. Menetapkan sekuens dan interaksi dari proses-proses ini

3. Menetapkan kriteria dan metode-metode yang dibutuhkan untuk menjamin efektifitas operasional dan pengendalian proses di atas

4. Menjamin ketersediaan sumber-sumber daya dan informasi yang diperlukan guna mendukung operasional dan pemantauan dari proses-proses ini

5. Mengukur, memantau dan menganalisis proses-proses ini

6. Menerapkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil-hasil yang direncanakan dan peningkatan terus-menerus dari proses-proses ini

Klausul 4.2 Persyaratan dokumentasi Klausul 4.2.1 Umum

Klausul ini menyatakan bahwa sistem manajemen mutu membutuhkan dokumentasi. Dokumentasi merupakan proses untuk menghasilkan dokumen-dokumen, dimana dokumen dalam ISO 9000:2000 didefenisikan sebagai informasi dan medium pendukungnya

Dokumentasi sistem manajemen mutu harus mencakup : a. Persyaratan tertulis tentang kebijakan mutu dan tujuan mutu

b. Manual (buku panduan) mutu. Manual mutu merupakan dokumen yang

menspesifikasikan sistem manajemen mutu dari suatu organisasi. Spesifikasi di sini didefinisikan sebagai dokumen yang menyatakan persyaratan-persyaratan


(39)

c. Prosedur-prosedur tertulis yang dibutuhkan oleh standar internasional ISO 9001:2000. Prosedur didefinisikan sebagai cara yang dispesifikasikan untuk melaksanakan suatu aktivitas atau suatu proses. Prosedur dapat didokumentasikan atau tidak. Beberapa prosedur tertulis standar yang dibutuhkan oleh ISO 9001:2000 adalah : pengendalian dokumen, pengendalian catatan mutu, audit internal, pengendalian produk nonkonformans, tindakan korektif, dan tindakan preventif

d. Dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh organisasi agar menjamin efektivitas perencanaan, operasional dan pengendalian proses-proses, termasuk proses-proses diluar organisasi (outsource), apabila proses itu mempengaruhi mutu produk sesuai persyaratan yang ditetapkan

e. Catatan-catatan yang dibutuhkan oleh standar internasional ISO 9001:2000. catatan didefenisikan sebagai dokumen yang menyatakan hasil-hasil yang dicapai atau memberikan bukti dari aktivitas yang dilakukan

Klausul 4.2.2 Manual mutu

Klausul ini telah dikembangkan dan mencakup persyaratan untuk suatu organisasi, menspesifikasikan dan mempertimbangkan persyaratan yang tidak dapat ditetapkan dalam manual mutu dari organisasi itu. Manual mutu harus merupakan suatu deskripsi dari sekuens dan interaksi proses-proses yang tercakup dalam sistem manajemen mutu. Manual mutu juga harus menjadi referensi terhadap prosedur-prosedur sistem manajemen mutu dan outline dari struktur pendokumentasian yang digunakan dalam sistem manajemen mutu.

Dengan demikian, manual mutu harus memperhatikan hal-hal berikut : a. Ruang lingkup dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2000


(40)

b. Hal-hal yang berkaitan dengan klausul 7 (realisasi produk) yang dikeluarkan berdasarkan pertimbangan karena tidak dapat diterapkan dalam organisasi

c. Prosedur-prosedur tertulis atau referensi-referensi yang terkait dengan prosedur-prosedur itu

d. Deskripsi dari sekuens dan interaksi dari proses yang tercakup dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, berkaitan dengan relevansi terhadap aktivitas organisasi, cakupannya, kompleksitas operasional dan kompetensi personel.

Klausul 4.2.3 Pengendalian dokumen

Klausul ini menyatakan bahwa organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk pengendalian semua dokumen yang dibutuhkan untuk manajemen dari proses-proses. Dokumentasi harus dapat dibaca; revisi harus dapat dikendalikan dan dapat diidentifikasi dengan segera, dipelihara dalam susunan yang teratur dan dipertahankan untuk suatu periode waktu yang ditentukan. Prosedur dan tanggung jawab harus ditetapkan dan dipelihara berkaitan dengan pembuatan dan modifikasi dari berbagai jenis dokumen.

Prosedur tertulis untuk pengendalian dokumen harus memperhatikan hal-hal berikut: a. Persetujuan kesesuaian dokumen sebelum diterbitkan

b. Peninjauan ulang, pembaharuan apabila diperlukan, dan persetujuan ulang dokumen-dokumen

c. Identifikasi suatu revisi dari dokumen-dokumen

d. Menjamin bahwa versi yang relevan dari dokumen yang diterapkan itu tersedia pada tempat-tempat yang diperlukan


(41)

e. Menjamin bahwa dokumen-dokumen itu dapat dibaca, teridentifikasi dan mudah untuk ditemukan kembali

f. Menjamin bahwa dokumen-dokumen yang berasal dari eksternal adalah teridentifikasi dan pendistribusiannya terkendali

g. Mencegah penggunaan dokumen-dokumen yang usang atau tidak berlaku lagi, dan menerapkan cara identifikasi yang tepat untuk dokumen-dokumen itu apabila masih dipertahankan untuk suatu maksud tertentu

Klausul 4.2.4 Pengendalian catatan mutu

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk pengendalian semua catatan mutu yang dibutuhkan untuk manajemen dari proses-proses. Prosedur tertulis itu harus menetapkan untuk keperluan identifikasi, penyimpanan, pengambilan kembali, pemeliharaan, waktu pemeliharaan dan disposisi dari catatan-catatan mutu. Catatan mutu diperlukan untuk memberikan mutu kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan dan efektivitas operasional dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.

Beberapa catatan mutu yang dibutuhkan oleh standar internasional ISO 9001:2000, adalah :

a. Hasil-hasil peninjauan ulang manajemen

b. Hasil-hasil dari pendidikan dan pelatihan, keterampilan dan pengalaman, kompetensi personel

c. Bukti-bukti bahwa realisasi proses dan produk yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan


(42)

d. Hasil-hasil dari peninjauan ulang persayaratan-persyaratan yang terkait dengan produk dan tindak lanjut tindakan-tindakan dari hasil peninjauan ulang itu

e. Hasil-hasil dari input disain dan pengembagan yang terkait dengan persyaratan produk f. Hasil-hasil peninjauan ulang desain dan pengembangan beserta tindakan-tindakan

yang diperlukan

g. Hasil-hasil verifikasi disain dan pengembangan beserta tindakan-tindakan yang diperlukan

h. Hasil-hasil validasi disain dan pengembangan beserta tindakan-tindakan yang diperlukan

i. Hasil-hasil evaluasi pemasok beserta tindak lanjut yang diperlukan berdasarkan hasil evaluasi itu

j. Apabila diperlukan oleh organisasi guna menunjukkan bahwa validasi dari proses yang menghasilkan output tidak dapat diverifikasi oleh subsekusns pemantauan atau pengukuran

k. Identifikasi unik dari produk, apabila kemampuan telusur (taceabelity) produk itu diperlukan

l. Barang-barang milik pelanggan yang hilang, rusak atau lainnya yang ditemukan menjadi tidak sesuai untuk penggunaan

m.Kriteria-kriteria dasar yang digunakan untuk kalibrasi atau verifikasi peralatan pengukuran apabila tidak ada standar pengukuran nasional atau internasional

n. Validasi dari hasil-hasil pengukuran terdahulu apabila peralatan pengukuran yang ditemuka n tidak sesuai dengan persyaratan


(43)

p. Hasil-hasil audit internal beserta tindak lanjut yang dilakukan berdasarkan hasil audit intenal itu

q. Pernyataan dari orang yang berwenang mengeluarkan atau meluluskan produk

r. Ledakan dari ketidaksesuaian produk beserta tindakan-tindakan yang diambil termasuk konsesi atau kelonggaran yang diperoleh

s. Hasil-hasil dari tindakan korektif t. Hasil-hasil dari tindakan pencegahan

b. Klaususl 5. Tanggung jawab manajemen Klausul 5.1 Komitmen manajemen

Klausul ini menekankan pada komitmen manajemen puncak (Top Management

Commitment). Manajemen organisasi harus memberikan manajemen menuju

pengembangan dan peningkatan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 melalui hal-hal berikut :

a. Memiliki kesadaran yang cukup terhadap persyaratan-persyaratan dan peraturan-peraturan yang ada serta diterapkan pada lingkup organisasi dari produk yang ditawarkan

b. Memulai atau mengajukan tindakan/ukuran-ukuran serta mengkomunikasikannya keseluruh organisasi tentang pentingnya memenuhi kebutuhan pelanggan.

c. Menetapkan kebijakan mutu (Quality Policy) dan tujuan mutu (Quality Objectives) d. Meninjau ulang persayaratan-persyaratan sumber daya, guna mencapai tujuan-tujuan


(44)

e. Memberikan bukti bahwa telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu. Prinsip-prinsip manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2000

f. Melakukan peninjauan ulang manajemen mutu ISO 9001:2000

Klausul 5.2 Fokus Pelanggan

Klausul ini memaksa (menguatkan) keterlibatan manajemen puncak dengan kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Manajemen puncak harus menjamin bahwa kebutuhan pelanggan ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan peningkatan kepuasan pelanggan. Manajemen organisasi harus memiliki metodologi yang menjamin bahwa kebutuhan-kebutuhan dan ekpektasi pelanggan telah ditetapkan melalui sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan dikonversikan kedalam persyaratan-persyaratan serta sesuai dengan tujuan untuk mencapai kepuasan pelanggan. Demikian pula tanggung jawab yang terkait dengan produk, termasuk persayratan-persyaratan hukum dan peraturan-peraturan telah diidentifikasi dan ukuran-ukuran telah ditetapkna untuk memenuhi kepuasan pelanggan.

Kausul 5.3 Kebijakan Mutu

Klausul ini telah dikembangkan agar menjamin bahwa manajemen puncak menetapkan kebijakan untuk mutu. Kebijakan mutu yang dirumuskan harus memberikan perhatian utama pada komitmen manajemen untuk memenuhi persyaratan-persyaratan dan peningkatan terus-menerus efektifitas dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 serta memberikan suatu kerangka kerja untuk penetapan dan peninjauan ulang tujuan-tujuan mutu.

Manajemen organisasi harus memperhatikan hal-hal berikut agar memenuhi persyaratan-persyaratan dalam klausul 5.3 tentang kebijakan mutu


(45)

b. Kebijakan mutu itu ditandatangani oleh manajemen puncak c. Kebijakan mutu sesuai dengan tujuan dari organisasi

d. Kebijakan mutu itu mencakup pernyataan komitmen untuk memenuhi persyaratan-persyaratan, kepuasan pelanggan dan peningkatan terus-menerus

e. Kebijakan mutu itu dikomunikasikan dan dipahami pada tingkat yang tepat dalam organisasi melalui ukuran-ukuran yang sesuai

f. Menetapkan mekanisme untuk meninjau ulang kesesuaian kebijakan mutu g. Mengendalikan kebijakan mutu

Klausul 5.4 Perencanaan Klausul 5.4.1 Tujuan mutu

Klausul ini menyatakan bahwa manajemen organisasi harus menetapkan tujuan-tujuan mutu, pada fungsi dan tingkat (level) yang relevan dalam organisasi yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Tujuan-tujuan mutu harus dapat diukur dan konsisten dengan kebijakan mutu untuk peningkatan terus-menerus, sebaiknya dengan menggunakan konsep SMART (specific, measurable, achievable, result orinted,

timely) ketika menetapkan tujuan-tujuan mutu, yang berarti : tujuan-tujuan mutu harus

ditetapkan secara :

a. Spesifik (bukan bersifat umum) b. Dapat diukur

c. Dapat dicapai

d. Berorientasi pdaa pencapaian hasil

e. Tepat waktu untuk mencapai tujuan itu (ada batas waktu yang jelas untuk pencapaian tujuan mutu itu )


(46)

Klausul 5.4.2 Perencanaan Sistem Manajemen Mutu

Klausul ini telah diperbaiki untuk kejelasan dan menjamin bahwa manajemen perubahan telah dimasukkan dalam perencanaan. Manajemen puncak harus menjamin bahwa perencanaan sistem manajemen mutu dilakukan agar memenuhi persyaratan yang diberikan dalam klausul 4.1, tujuan-tujuan mutu, dan integritas dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 tetap terpelihara apabila perubahan-perubahan pada sistem manajemen mutu itu direncanakan dan dilaksanakan.

Perencanaan mutu harus konsisten dengan semua persyaratan lain dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan didokumentasikan dalam suatu format yang sesuai praktek pengoperasian organisasi, sebaiknya dengan menggunakan konsep RHUMBA (realitic ,humanistic, understandable, measurable, behavioral, attainable) ketika merencanakan mutu organisasi, yang berarti perencanaan mutu harus bersifat :

a. Realistic yaitu ambisius yang menantang (bukan angan-angan)

b. Humanistic yaitu memperhatikan aspek sumber daya manusia

c. Understandable yaitu dapat dipahami oleh seluruh anggota organisasi

d. Measurable yaitu memiliki ukuran-ukuran (indikator pengukuran) yang jelas

e. Dapat ditindaklanjuti sampai pada rencana tindakan (action plan) menggunakan 5W-2H (what, where, who, when, why, how, how much)

f. Dapat dicapai apabila rencana itu dilaksanakan

Organisasi harus memberikan pertimbangan pada isu-isu berikut, secara tepat, ketika melakukan perencanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, agar mampu memenuhi persyaratan-persyaratan mutu yag dispesifikasikan :


(47)

2. Alokasi sumber-sumber daya spesifik, tanggung jawab dan wewenang yang dibutuhkan

3. Proses-proses yang merupakan praktek pengoperasian organisasi dan prosedur-prosedur beserta instruksi-intruksi tertulis spesifik mana yang diterapkan, termasuk mempertimbangkan proses-proses dari persyaratan-persyaratan dalam klausul 7 (realisasi produk) dari ISO 9001:2000 yang dikeluarkan karena tidak dapat diterapkan dalam organisasi

4. Identifikasi dan akuisi (tambahan) dari setiap peralatan, sumber-sumber daya dan keterampilan yang mungkin dibutuhkan

5. Identifikasi dari verifikasi (pengujian) yang sesuai pada tahap-tahap yang tepat selama realisasi dan penyerahan produk agar memenuhi kebutuhan pelanggan

6. Klarifikasi (penjelasan atau uraian) dari standar-standar penerimaan untuk semua persyaratan mutu, temasuk pertimbangan-pertimbangan subyektif yang ada

7. Keperluan untuk dan penyiapan catatan-catatan mutu 8. Peningkatan terus menerus dari sistem manajemen mutu

Klausul 5.5 Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi Klausul 5.5.1 Tanggung Jawab dan Wewenang

Klaususl ini menyatakan bahwa manajemen organisasi harus memperhatikan hal-hal berikut

a. Mengidentifikasi fungsi-fungsi dan hubungan keterkaitannya guna memudahkan pencapaian efektifitas sistem manajemen mutu


(48)

c. Membuat struktur oganisasi yang secara tegas dan jelas mengidentifikasi berbagai hubungan keterkaitan fungsional

d. Mendefenisikan tanggung jawab dan wewenang serta mengkomunikasikan kepada mereka yang terlibat dalam operasional dari sistem manejemen mutu ISO 9001:2000

Klausul 5.5.2 Wakil Manajemen

Klausul ini secra tegas menyatakan bahwa manajemen puncak harus mengangkat secara formal sehingga anggota manajemen, yang bebas dari tanggung jawab lain, serta memiliki wewenang yang didefinisikan secara tegas dan jelas, untuk menjamin efektifitas dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.

Dengan demikian, seorang wakil manajemen harus memiliki tanggung jawab dan wewenang yang meliputi :

a. Jaminam bahwa proses-proses dari sistem manajemen mutu ditetapkan dan dipelihara b. Laporan kepada manajemen tentang kinerja dari sistem manajemen mutu, termasuk

kebutuhan-kebutuhan untuk peningkatan

c. Promosi kesadaran tentang usaha-usaha memenuhi kebutuhan pelanggan keseluruh organisasi

Klausul 5.5.3 Komunikasi Internal

Klausul ini merupakan klausul baru yang menyatakan bahwa manajemen puncak harus menjamin bahwa proses komunikasi yang tepat ditetapkan dalam organisasi dan bahwa komunikasi itu berkaitan dengan upaya-upaya pencapaian efektifitas dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.


(49)

Klausul 5.6 Peninjauan Ulang Manajemen Klausul 5.6.1 Umum

Klausul ini menyatakan bahwa manajemenmutu harus meninjau ulang sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 serta menetapkan dan merencanakan periode waktu peninjauan ulang manajemen agar menjamin keberlangsungan kesesuaian, kelengkapan, dan efektifitas dari sistem manajemen mutu.

Klaususl 5.6.2 Input Peninjauan Ulang

Klausul ini menyatakan bahwa input peninjauan ulang manajemen harus meliputi kinerja sekarang dan kesempatan untuk peningkatan terus-menerus, yang berkaitan dengan :

a. Hasil-hasil audit

b. Umpan balik pelanggan

c. Kinerja proses dan kesesuaian produk d. Status dari tidakan korektif an preventif

e. Tindak lanjut dari peninjauan ulang manajemen yang lalu

f. Perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu.

Klausul 5.6.3 Output Peninjauan Ulang

Klausul ini menyatakan bahwa output peninjauan ulang manajemen harus mencakup tindakan-tindakan yang berkaitan dengan :

a. Peningkatan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 beserta proses-prosesnya b. Peningkatan produk yang terkait dengan kebutuhan pelanggan


(50)

c. Klausul 6. Manajemen Sumber Daya Klausul 6.1 1Penyediaan Sumber Daya

klausul ini menyatakan bahwa personel yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas harus didefinisikan dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 serta memiliki kompetensi yang berkaitan dengan pendidikan yang relevan, pelatihan, keterampilan, pengalaman.

Klaususl 6.2.2 Kompetensi, Kesadaran dan Pelatihan

Ruang lingkup dari klaususl ini telah dikembangkan sehingga mencakup tidak hanya kebutuhan pelatihan, tetapi juga kompetensi dan kesadaran. Manajemen organisasi harus memeperhatikan hal-hal berikut:

a. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan kompetensi untuk personel yang melaksankan pekerjaan yang memepengaruhi mutu produk

b. Memberikan pelatihan atau tindakan lain yang diambil untuk memenuhi kebutuhan kompetensi itu serta melakukan evaluasi efekifitas dari tindakan yang dilakukan itu c. Menjamin bahwa karyawannya sadar akan relevansi serta pentingnya aktivitas mereka

dan bagaimana mereka berkontribusi pada pencapaian tujuan-tujuan mutu

d. Memelihara catatan-catatan pendidikan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman kerja dari personel

Klausul 6.3 Infrastruktur

Organisasi harus menetapkan, menyediakan dan memelihara prasarana yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian pada persyaratan produk. Prasarana mencakup, serta dapat berlaku pada:


(51)

b. Peralatan proses (baik perangkat keras maupun lunak, dan c. Layanan pendukung (seperti angkutan atau komunikasi)

Klausul 6.4 Lingkungan Kerja (Work Environment)

Organisasi harus menetapkan dan mengelola lingkungan kerja yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian pada persyaratan produk

d. Klausul 7. Realiasi Produk (Produk Realization) 7.1 Perencanaan Realisasi Produk

Organisasi harus merencanakan dan mengembangkan proses yang diperlukan untuk realisasi produk. Perencanaan realisasi produk harus taat azas dengan persyaratan proses-proses lain dari sistem manajemen mutu.

Dalam merencanakan realisasi produk, organisasi harus menetapkan yang berikut, jika sesuai:

a. Sasaran mutu dan persyaratan bagi produk

b. Kebutuhan untuk menetapkan proses, dokumen, dan penyediaan sumber daya yang khas bagi produk itu

c. Kegiatan verifikasi, validasi, pemantauan, inspeksi, dan uji yang khas bagi produk dan kriteria keberterimaan produk

d. Rekaman yang diperlukan untuk memberikan bukti bahwa proses realisasi dan produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan

Keluaran perencanaan ini harus dalam bentuk yang sesuai bagi metode operasi organisasi

7.2 Proses yang Berkaitan dengan Pelanggan

7.2.1 Tinjauan Persyaratan yang Berkaitan dengan Produk


(52)

a. Persyaratan yang ditentukan oleh pelanggan, termasuk persyaratan untuk penyerahan dan kegiatan pasca penyerahan

b. Persyratan yang tidak dinyatakan oleh pelanggan tapi perlu untuk pemakaian yang ditentukan atau yang dimaksudkan, bila diketahui

c. Persyaratan undang-undang dan peraturan yang berkaitan dengan produk, dan d. Persyaratan tambahan apapun yang ditentukan oleh organisasi

7.2.2 Tinjauan Persyaratan Berkaitan dengan Produk

Organisasi harus meninjau persyaratan berkaitan dengan produk. Tinjauan ini harus dilakukan sebelum komitmen organisasi untuk memasok produk kepada pelanggan (misalnya penyampaian penawaran, penerimaan kontrak atau pesanan, penerimaan perubahan pada kontrak atau pesanan) dan harus memastikan bahwa

a. Persyaratan produk telah didefenisikan

b. Persyaratan kontrak atau pesanan yang berbeda dari yang sebelumnya dinyatakan, diselesaikan, dan

c. Organisasi memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditentukan Rekaman hasil tinjauan dan tindakan yang timbul dari tinjauan harus dipelihara. Bila pelanggan tidak memberikan pernyatan tertulis tentang persyaratan, persyaratan pelanggan harus ditegaskan kembali confirmed) oleh organisasi sebelum hal itu diterima Bila persyaratan produk diubah, organisasi harus memastikan bahwa dokumen relevan diubah dan personel relevan tersebut disadarkan tentang persyaratan yng diubah


(53)

7.2.3 Komunikasi Pelanggan

Organisasi harus menetapkan dan menerapkan pengaturan yang efektif komunikasi dengan pelanggan berkaitan dengan

a. Informasi produk

b. Penawaran, penanganan kontrak/pesanan, termasuk perubahan, dan c. Umpan balik pelanggan, termasuk keluhan pelanggan

7.3 Perancangan dan Pengembangan

7.3.1 Perencanaan Perancangan dan Pengembangan

Organisasi harus merencanakan dan mengendalikan perancangan dan pengembangan produk.

Selain perencanaan perancangan dan pengembangan, organisasi harus menetapkan: a. Tahap perancangan dan pengembangan,

b. Tinjauan, verifikasi dan validasi yang sesuai bagi tiap tahap perancangan dan pengembangan, dan

c. Tanggung jawab dan wewenang untuk perancangan dan pengembangan

Organisasi harus mengelola bidang temu (interfaces) antara kelompok berbeda terkait dalam perancangan dan pengembangan untuk memastikan komunikasi efektif dan kejelasan penugasan tanggung jawab.

Keluaran perencanaan harus diperbaharui, jika sesuai, selagi perancangan dan pengembangan berlangsung.

7.3.2 Masukan Perancangan Dan Pengembangan

Masukan berkaitan dengan persyaratan produk harus ditetapkan dan rekamannya dipelihara. Inputan ini harus mencakup


(54)

a. Persyaratan fungsi dan kinerja (performance)

b. Persyaratan undang-undang dan peraturan yang berlaku

c. Jika dapat, informasi yang diturunkan dari perancangan serupa yang sebelumnya, dan d. Persyaratan lain yang perlu bagi perancangan dan pengembangan

Masukan ini harus ditinjau akan kecukupannya. Persyaratan harus lengkap, tidak bias dan tidak saling bertentangan.

7.3.3 Keluaran Perancangan Dan Pengembangan

Keluaran perancangan dan pengembangan harus disajikan dalam bentuk yang memungkinkan verifikasi terhadap masukan perancangan dan pengembangan dan harus disetujui sebelum dikeluarkan / dilepas.

Keluaran perancangan dan pengembangan harus:

a. Memenuhi persyaratan masukan bagi perancangan dan pengembangan

b. Memberi informasi yang sesuai untuk pembelian, produksi dan penyediaan jasa/ layanan

c. Berisi atau mengacu pada kriteria keberterimaan produk, dan

d. Menentukan karakteristik produk yang penting (essential) untuk pemakaian yang aman dan benar

7.3.4 Tinjauan Perancangan dan Pengembangan

Pada tahap yang sesuai harus dilakukan tinjauan sistematis pada perancangan dan pengembangan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan

a. Untuk nilai kemampuan hasil perancangan dan pengembangan yang memenuhi persyaratan, dan


(55)

Peserta tinjauan harus mencakup wakil-wakil fungsi yang berkaitan dengan tahap-tahap perancangan dan pengembangan yang ditinjau. Rekaman hasil tinjauan dan tindakan apapun yang perlu harus dipelihara

7.3.5 Verifikasi Perancangan dan Pengembangan

Harus dilakukan verifikasi sesuai dengan pengaturan yng direncanakan untuk memastikan bahwa keluaran perancangan dan pengembangan telah memenuhi persyaratan perancangan dan pengembangan. Rekaman hasil tinjauan dan tindakan apa pun yang perlu harus dipelihara

7.3.6 Validasi Perancangan Dan Pengembangan

Harus dilakukan validasi perancangan dan pengembangan menurut pengaturan yang telah direncanakan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan mampu memenuhi persyaratan bagi pengaplikasian yang ditentukan atau pemakaian yang dimaksudkan, bila diketahui. Bila dimungkinkan validasi harus diselesaikan sebelum penyerahan atau implementasi produk. Rekaman hasil validasi dan tindakan apapun yang perlu harus dipelihara

7.3.7 Pengendalian Perubahan Perancangan dan Pengembangan

Perubahan perancangan dan pengembangan harus ditunjukkan dan rekamannya dipelihara. Perubahan harus ditinjau, diverifikasi dan divalidasi, jika sesuai , dan disetujui sebelum dilaksanakan. Tinjauan perubahan perancangan dan pengembangan harus mencakup evaluasi pengaruh perubahan pada bagian produk yang telah diserahkan/ sampaikan


(56)

7.4 Pembelian

7.4.1 Proses Pembelian

Organisasi harus memastikan bahwa produk yang dibeli sesuai dengan persyaratan pembelian yang ditentukan. Jenis dan jangkauan pengendalian pada pemasok dan produk yng dibeli harus bergantung pada pengaruh produk yang dibeli pada produk berikutnya atau pada produk akhir.

Organisasi harus menilai (evaluate) dan memilih (select) pemasok berdasarkan kemampuannya memasok produk sesuai dengan persyaratan organissai. Kritearia seleksi, evaluasi dan evaluasi ulang harus ditetapkan. Rekaman hasil penilaian dan tindakan apapun yang perlu dan muncul dari evaluasi tersebut harus dipelihara

7.4.2 Informasi Pembelian

Informasi pembelian harus menguraikan produk yang dibeli, termasuk bila sesuai a. Persyaratan persetujuan produk, prosedur, proses dan peralatan

b. Persyaratan kualifikasi personel, dan c. Persyaratan sistem manajemen mutu

Organisasi harus memastikan kecukupan persyaraatn pembelian yang ditentukan sebelum dikomunikasikan ke pemasok

7.4.3 Verifikasi Produk yang Dibeli

Organisasi harus menetapkan dan melaksanakan kegiatan inspeksi atau lain-lain yang diperlukan untuk memastikan produk yag dibeli memenuhi persyaratan pembelian yang telah ditentukan.


(57)

Bila organisasi atau pelanggannya bermaksud untuk melakukan verifikasi ditempat pemasok, organisasi harus menyatakan pengaturan verifiksi yang dimaksudkan dan metode pelepasan produk dalam informasi pembelian

7.5 Produksi Dan Penyediaan Jasa/Layanan

7.5.1 Pengendalian Produksi dan Penyediaan Jasa/ Layanan

Organisasi harus merencanakan dan menjalankan produksi dan peneydiaan layanan dalam keadaan terkendali. Keadaan terkendali harus mencakup, dapat berlaku untuk:

a. Tersedianya informasi yang menguraikan karakteristik produk b. Tersedianya instruksi kerja, jika diperlukan

c. Pemakaian peralatan yang sesuai

d. Tersedianya dan pemakaian sarana pemantauan dan pengukuran e. Pelaksanaan dari pemantauan dan pengukuran

f. Penerapan kegiatan-kegiatan pelepasan, penyerahan dan pasca penyerahan

7.5.2 Validasi Proses Untuk Produksi dan Penyediaan Jasa/ Layanan

Organisasi harus memvalidasi proses apapun untuk produksi dan penyediaan jasa bila keluaran yang dihasilkan tidak dapat diverifikasi oleh pemantauan atau pengukuran berurutan. Ini mencakup proses apapun bila kekurangannya hanya terlihat setelah produk dipakai atau jasanya telah diserahkan.

Validasi harus memperagakan kemampuan proses ini untuk mencapai hasil yang direcanakan

Organisasi harus menetapkan pengaturan bagi proses ini termasuk dapat berlaku a. Kriteria yang ditetapkan untuk tinjauan dan persetujuan proses


(58)

b. Persetujuan peralatan dan kualifikasi personel c. Pemakaian metode dan prosedur tertentu d. Persyaratan untuk rekaman (record) e. Validasi ulang

7.5.3 Identifkasi dan Mampu Telusur

Bila sesuai, organisasi harus mengidentifikasikan produk dengan cara yang sesuai di seluruh realisasi produk. Organisasi harus mengidentifikasikan status produk sehubungan dengan persyaratan pemantauan dan pengukuran. Bila mampu telusur dipersyaratkan, organisasi harus mengendalikan dan merekam identifikasi khas dari produk.

7.5.4 Properti Pelanggan

Organisasi harus berhati-hati (exercise care) dengan property pelanggan ketika didalam pengendalian organisasi atau saat dipakai oleh organisasi. Organisasi harus menandai, memverifikasi, melindungi dan menjaga property pelanggan yang disediakan untuk dipakai atau dirangkaikan (incorporation) ke dalam produk jadi. Jika property apapun dari pelanggan hilang, rusak atau ditemukan tak layak pakai, hal ini harus dilaporkan ke pelanggan dan rekamannya tetap dipelihara.

7.5.5 Pengawetan Produk

Organisasi harus mengawetkan kesesuaian produk selama proses internal dan penyerahan ke tujuan yang dimaksudkan. Pengawetan ini harus mencakup identifikasi, penanganan, pengemasan, penyimpanan dan perlindungan. Pengawetan juga harus berlaku juga bagi bagian-bagian (parts) yang menjadikan produk.


(59)

7.6 Pengendalian Sarana Pemantauan Dan Pengukuran

Organisasi harus menetapkan pemantuan dan pengukuran yang dilakukan dan sarana pemantauan pengukur yang diperlukan untuk memberikan bukti kesesuaian produk pada persyaratan yang ditetapkan.

Organisasi harus menetapkan proses untuk memastikan bahwa pemantauan dan pengukuran dapat dilakukan dan melakukannya dengan cara taat azas dengan persyaratan pemantauan dan pengukuran.

Bila perlu untuk memastikan keabsahan hasil, peralatan pengukuran harus:

a. dikalibrasi atau diverifikasi pada selang waktu tertentu. Atau sebelum dipakai, terhadap standard pengukuran yang tenurut (traceable) kestandard internasional atau nasional, bila standard itu tak ada, dasar yang dipakai untuk kalibrasi atau verifikasi harus direkam

b. disetel atau disetel ulang (re-adjustable) seperlunya

c. teridentifikasi untuk memungkinkan status kalibrasinya ditetapkan

d. dijaga (safeguarded) dari penyetelan yang akan membuat hasil pengukurannya tidak sah

e. dilindungi dari kerusakan dan penurunan mutu selama penanganan, pemeliharaan dan penyimpanan

Selain itu, organisasi harus menilai dan merekam keabsahan hasil pengukuran sebelumnya bila peralatan ditemukan tidak memenuhi persyaratan. Organisasi harus melakukan tindakan sesuai pada peralatan dan produk manapun yang terpengaruh. Rekaman hasil kalibrasi dan verifikasi harus dipelihara.


(60)

Bila dipakai dalam pemantauan dan pengukuran persyaratan tertentu, kemampuan perangkat lunak (software) komputer untuk memenuhi aplikasi yang dimaksudkan harus ditegaskan. Ini harus dilakukan sebelum pemakaian awal dan ditegaskan kembali seperlunya.

e. Klausul 8. Pengukuran, Analisis dan Perbaikan 8.1 umum

a. Organisasi harus merencanakan dan menetapkan proses-proses pemantauan, pengukuran, analisis dan peningkatan perbaikan yang diperlukan

b. Untuk memperagakan kesesuaian produk

c. Untuk memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu ini harus bergantung pada ketetapan metode yang berlaku, termasuk teknik statistik dan jangkauan pemakaiannya

8.2 Pemantauan dan Pengukuran (Monitoring dan Measurement) 8.2.1 Kepuasan Pelanggan

Sebagai salah satu pengukuran kinerja sistem manajemen mutu, organisasi harus memantau informasi berkaitan dengan persepsi pelanggan apakah organisasi telah memenuhi persyaratan pelanggan. Metode untuk memperoleh dan memakai informasi ini harus ditetapkan

8.2.2 Audit Internal

Organisasi harus melakukan audit internal pada selang waktu terencana untuk menentukan apaka sistem manajemen mutu:

a. Memenuhi pengaturan seperti yang direncanakan. Pada persyaratan standar internasional ini dan pada persyaratan sistem manajemen mutu yang ditetapkan oleh organisasi.


(61)

b. Dilaksanakan dan dipelihara secara efektif

Program audit harus direncanakan, dengan mempertimbangkan status dan pentingnya proses dan bidang yang diaudit, seperti juga hasil audit yang lalu. kriteria, ruang lingkup, frekwensi dan metode audit harus ditetapkan. Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus memastikan keobjektifan dan tidak berpihaknya proses audit. Auditor tidak boleh mengaudit pekerjaan mereka sendiri.

Tanggung jawab dan persyaratan perencanaan dan pelaksanaan audit, dan pelaporan hasil serta pemeliharaan rekaman. Harus ditetapkan dalam prosedur terdokumentasi.

Manajemen yang bertanggung jawab atas bidang yang diaudut harus memastikan bahwa tindakan yang diambil tanpa penundaan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang ditemukan dan penyebabnya. Kegiatan tindak lanjut harus mencakup verifikasi tindakan yang dilakukan dan pelaporan hasil verifikasi

8.2.3 Pemantauan dan Pengukuran Proses

Organisasi harus menerapkan metode sesuai untuk pemantauan dan, jika dapat, pengukuran dari proses sistem manajemen mutu. Metode-metode ini harus memperagakan kemampuan proses untuk mencapai hasil yang direncanakan. Bila hasil yang direncanakan tidak tercapai, harus dilakukan koreksi dan tindakan perbaikan seperlunya untuk memastikan kesesuaian produk

8.2.4 Pemantauan Dan Pengukuran Produk

Organisasi harus memantau dan mengukur karakteristik produk untuk verifikasi bahwa persyaratan produk dipenuhi ini harus dilakukan pada tahap-tahap sesuai dari proses realisasi produk menurut pengaturannya sudah direncanakan.


(62)

Bukti kesesuaian dengan kriteria keberterimaan harus dipelihara. Rekaman harus menunjukkan orang yang berwenang melepas produk. Pelepasan produk atau penyerahan jasa/ layanan tidak boleh dilanjutkan sampai semua pengaturan terencana diselesaikan secara memuaskan, kecuali kalau disetujui oleh kewenangan yang relevan, dan bila dapat disetujui oleh pelanggan.

8.3 Pengendalian Poduk yang Tidak Sesuai

Organisasi harus memastikan bahwa produk yang tidak sesuai pada persyaratan produk ditandai dan dikendalikan untuk mencegah pemakaian atau penyerahan yang tidak disengaja. Pengendalian dan tanggung jawab serta wewenang terkait dengan produk tidak sesuai harus ditetapkan dalam prosedur terdokumentasi.

Organisasi harus menangani produk tidak sesuai dengan satu atau lebih cara berikut. a. Dengan melakukan tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang ditemukan b. Dengan membolehkan pemakaian, pelepasan atau penerimaan melalui konsesi oleh

orang berwenang yang relevan dan, bila dapat oleh pelanggan

c. Dengan melakukan tindakan mencegah pemakaian atau penerapan awal yang dimaksudkan

Rekaman yang bersifat ketidaksesuaian dan tindakan apapun berikutnya termasuk konsesi yang diperoleh, harus dipelihara. Bila produk tidak sesuai dikoreksi,padanya harus dilakukan verifikasi ulang untuk memperagakan pada persyaratan yang berlaku. Bila poduk tidak sesuai ditemukan setelah penyerahan atau pemakaian dimulai, organisasi harus melakukan tindakan yang sesuai pada pengaruh, atau pengaruh potensial, dari ketidaksesuian tersebut.


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penyusunan tugas akhir ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 merupakan sistem manajemen mutu yang lengkap dan terperinci sehingga proses pekerjaan dan bagian-bagian pendukungnya dapat berjalan dengan terencana dan terkendali, baik ditinjau dari aspek pembiayaan, mutu dan waktu sehingga lebih efektif dan benar 2. PT. Waskita Karya sebagai kontraktor, belum dapat sepenuhnya menerapkan

sustem manajemen mutu ISO 9001:2000 pada proyek bandara kuala namu Deli Serdang, hal ini dapat dilihat pelaksanaan skedulle yang belum terlaksana sesuai yang direncanakan. Dari hasil komulatif pelaksanaan hingga bulan November baru terlaksanan 42.32 % yang seharusnya pekerjaan sudah terlaksana sebesar 69.682 %, kesimpulannya PT. Waskita Karya mengalami keterlambatan pelaksanaan sebesar :

= Komulatif Rencana – komulatif Terlaksana = 69.682 % - 42.32 % = 27.362 %

3. Dengan pemakaian sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 akan

menghasilkan produk fisik yang memenuhi standar spesifikasi, karena seluruh prosedur pekerjaan dan pengadaan bahan dilakukan dengan memenuhi standar produk dan mutu/keinginan pemilik proyek, adapun semua itu dapat dicapai


(2)

oleh karena seluruh pekerjaan dan pengadaan bahan pada proyek ini dilakukan sesuai dengan prosedur standar sistem mutu ISO 9001:2000

4. ISO 9001:2000 mempunyai kelemahan apabila sistem ini diterapkan secara kaku, persoalan dalam skema manajemen mutu yang bersifat kaku umumnya, adalah bahwa skema itu hanya membatasi konsep mutu untuk pengecekan dan kesesuaian, atau pengendalian mutu. Skema tersebut tidak menyajikan pemastian mutu.

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada pelaksanan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan sertifikatnya saja, namun juga untuk mndapatkan filosofi manajemen mutu tersebut dalam rangka pencapaian tujuan untuk mematikan mutu hasil kerja.

2. Untuk menghasilkan produk-produk yang bermutu, berfungsi dengan baik dan berdaya saing guna memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan, maka diharapkan pada PT.Waskita Karya senantiasa mengembangkan sumber daya manusia setiap karyawan, yang berguna untuk menunjang pelaksanaan dan peningkatan sistem manajemen mutu di perusahaan.

3. Untuk keberhasilan manajemen mutu ISO 9001:2000, PT. Waskita Karya sebagai kontraktor pengguna sistem manajemen ini hendaknya melakukan pelaksanaan ISO 9001:2000 serentak dari kantor pusat, wilayah, divisi, cabang hingga proyek dengan pengertian tenaga kerja keseluruhan merupakan suatu team/group yang solid.


(3)

sub kontraktor yang tekait agar memastikan mutu hasil kerja yang akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

5. Meskipun dalam pelaksanaan pekerjaannya, subkontraktor berpedoman pada kebijaksanaan yang diberikan kontraktor utama, tetap dalam upaya untuk mengantisipasi kinerja subkontraktor yang seringkali melakukan penyimpangan terhadap sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, PT. Waskita Karya sebagai kontraktor utama berkewajiban untuk membentuk suatu tim yang bertugas untuk mengevaluasi ataupun melakukan verifikasi terhadap pelaksanaan pekerjaan dan pengadaan bahan yang dilakukan subkontraktor. Hal ini disebabkan oleh karena pelaksanaan pekerjaan ataupun pengadaan bahan yang dilakukan oleh subkontraktor di lapangan sangat mempengaruhi kredibilitas PT. Waskita Karya sebagai perusahaan yang telah mempunyai sertifikat ISO 9001:2000.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Scott. 2001. Dogbert’s Management Handbook. Jakarta: PT. Grasindo. Anthony, Robert N. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Gaspersz, Vincent. 2002. ISO 9001:2000. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Griffin. 2004. Manajemen Edisi 7. Jakarta: Erlangga.

Handoyo, Hani. Manajemen Edisi II, B.P.F.E Universitas gajah Mada, 1984

Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Jannah, Lina Miftahul. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Jasin, A. 1981. Manajemen Modern. Jakarta: PDIN-LIPI

Lubis, Nurhayati. 2005. Teknik Penyusunan Karangan Ilmiah. Medan : USU Press PT.Qims Intrasindo. 2006. Qims Consulting. Jakarta: PT.Qims Intrasindo.

PT.Tirta Lyonnaise Medan. 2003. Awareness dan Documentation Training ISO

9001:2000. Medan: PT.Tirta Lyonnaise Medan.

PT. Waskita Karya. 2008. Rencana K3LM Proyek Bandar Udara Medan Baru. Medan: PT. Waskita Karya.

PT. Waskita Karya. 2008. SMK3LM Edisi 3 Revisi 2. Medan : PT. Waskita Karya. Tunggal, Amin Wijaya. 1993. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Rineka Cipta.


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : 1. Kebijakan Mutu PT.Waskita Karya 1. Struktur Organisasi Proyek

2. Time Schedulle Proyek 3. Daftar Sub Kontraktor 4. Garis Besar Mutu Pekerjaan

5. Daftar Material yang memerlukan penangan khusus 6. Daftar persyaratan, standard an legislasi

7. Verifikasi sertifikat kalibrasi alat ukut Waterpass 8. Verifikasi keandalan kalibrasi timbangan AMP 9. Penyimpanan dan peralatan alat ukur optic 10.Verikasi kelaikan alat ukur station

11.Verifikasi kelaikan alat ukur Electronic Distance Meter

12.Koreksi alat ukur Theodolite

13.Verifikasi sertifikat kalibrasi alat ukur Theodolite 14.Pembagian zona pekerjaan


(6)

16.Kondisi Existing

17. Akses keluar-masuk pekerjaan Grubbing, Clearing

& Stripping

18. Akses keluar-masuk pekerjaan timbunan

19. Daftar personil pelaksana inspeksi dan tes

20. Daftar kriteria keberterimaan material/produk