2. Gaya pengasuh, yaitu gaya kepemimpinan yang bersifat kebapakan. Pemimpin dengan gaya seperti ini bertindak sebagai seorang bapak yang selalu
melindungi bawahannya dalam batas-batas yang wajar.
3. Gaya otoriter, yaitu gaya kepemimpinan yang menempatkan kekuasaan
ditangan satu orang.
4. Gaya birokrasi, yaitu gaya kepemimpinan yang menempatkan peraturan
organisasi sebagai orientasi dalam pelaksanaan tugas.
5. Gaya yang berorientasi pada tugas, yaitu gaya kepemimpinan yang memandang bahwa pelaksanaan tugas adalah yang paling utamadalam suatu
organisasi. Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan seperti ini akan berupaya untuk bekerja sesuai target dan tepat waktu, meskipun dalam kondisi
yang sulit.
2.3 Pendekatan Baru Terhadap Kepemimpinan
Dewasa ini, sejumlah peneliti kepemimpinan kembali menggunakan teori sifat kepemimpinan, meskipun dengan perspektif yang berbeda Robbins, 2002:
497.3 Tiga teori kepemimpinan menurut pendekatan baru ini sebagai berikut : 1. Teori Atribusi Kepemimpinan
Teori atribusi kepemimpinan menjelaskan perbedaan hubungan sebab- akibat yang mempengaruhi orang.Bila terjadi suatu peristiwa, pemimpin
mencoba menghubungkannya dengan suatu penyebab yang sifatnya internal dan eksternal. Dalam konteks kepemimpinan, teori atribusi
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan astribusi yang dibuat orang mengenai individu lain. Dengan menggunakan kerangka atribusi
ini, peneliti menemukan bahwa orang mencirikan pemimpin sebagai menyandang ciri seperti kecerdasan, kepribadian, keramah-tamahan,
keterampilan verbal yang kuat, keagresifan, pemahaman dan kerajinan.Salah satu tema yang lebih menarik dalam literatur teori
atribusi kepemimpinan adalah persepsi bahwa pemimpin yang efektif umumnya konsisten atau tidak bergeming dalam keputusan yang dibuat.
2. Teori Kepemimpinan Kharismatik Teori kepemimpinan kharismatik merupakan suatu perluasan dari teori
atribusi.Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribusi dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila
mengamati perilaku-perilaku tertentu. Beberapa penulis telah mengidentifikasi karakteristik pribadi pemimpin kharismatik ini,
mengidentifikasi tiga karakteristik pemimpin kharismatik, yakni: kepercayaan diri yang luar biasa tinggi, kekuasaan dan keteguhan pada
keyakinan yang dianut. 3. Kepemimpinan Transaksional versus Transformasional
Hasil studi terakhir yang menarik mengenai dua gaya kepemimpinan ini adalah perhatian yang diberikan pada perbedaan pemimpin
transformasional dari pemimpin transaksional. Padahal, pemimpin 11
Universitas Sumatera Utara
transformasional juga kharismatik.Karena itu, seringkali terjadi tumpang- tindih topik ini dengan pembahasan kepemimpinan kharismatik.
4. Kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional memotivasi pengikutnya dengan menunjuk
pada kepentingan diri sendiri. Pengikut pemimpin transformasional merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan adanya rasa
hormat terhadap pemimpinnya dan bawahan tersebut termotivasi untuk melakukan lebih dari pada apa yang diharapkan darinya. Pemimpin
mentransformasi dan memotivasi pengikutnya dengan cara: a. Membuat pengikutnya lebih sadar mengenai arti penting hasil
suatu pekerjaan yang dilakukan. b. Mendorong pengikutnya untuk lebih mementingkan tim atau
organisasi dari pada kepentingan dirinya sendiri c. Mengaktifkan kebutuhan pengikutnya pada level yang lebih
tinggi. Kharisma didefisinikan sebagai sebuah proses yang padanya seorang
pemimpin mempengaruhi para pengikutnya dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat dan identifikasi dengan pemimpin tersebut. Stimulasi intelektual ialah
suatu proses yang di dalamnya pemimpin meningkatkan kesadaran pengikut terhadap berbagai masalah dan mempengaruhi para pengikutnya untuk
memandang berbagai masalah dari perspektif yang berbeda. Perhatian yang diindividualisasi termasuk di dalamnya memberi dukungan, membesarkan hati
Universitas Sumatera Utara
dan memberi pengalaman tentang perkembangan kepada para pengikutnya.Sementara itu, kepemimpinan transaksional diartikan sebagai sebuah
pertukaran imbalan untuk mendapatkan kepatuhan. Salah satu komponen perilaku transaksional yang disebut perilaku
contingent rewards mencakup kejelasan mengenai pekerjaan yang diharapkan memperoleh imbalan dan menggunakan insentif dan contingent rewards untuk
mempengaruhi motivasi. Komponen kedua yang disebut active management by exception, mencakup pemantauan para bawahan dan tindakan memperbaiki untuk
memastikan bahwa pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara efektif.
2.4 Pengertian Iklim Organisasi