Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami

(1)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN SIMEULUE PASCA TSUNAMI

DISUSUN O

L E H

RIKO MIRAD SINARTA 062204020

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

MEDAN 2006-2009


(2)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN

SIMEULUE PASCA TSUNAMI

KERTAS KARYA DISUSUN

O L E H

RIKO MIRAD SINARTA NIM. 062204020

PEMBIMBING

MUKHTAR MAJID, S.Sos,S.Par,M.A NIP.131662151

Kertas karya ini diajukan kepada panitia penilai program Pendidikan Non Gelar Fakultas Sastra USU Medan

Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Dalam Program Studi Pariwisata

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(3)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

PENGESAHAN Diterima oleh :

PANITIA PENILAI PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA USU MEDAN

UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT UJIAN DIPLOMA III DALAM BIDANG STUDI PARIWISATA

Pada : Hari : Tanggal :

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D NIP. 132098531

Panitia Ujian No Nama

1. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum ( Ketua Program Studi ) ( ) 2. Mukhtar M. S.Sos,S.Par,M.A (Sekretaris Program Studi) ( ) 3. Mukhtar M. S.Sos,S.Par,M.A ( Dosen Pembimbing ) ( ) 4. Drs. Haris Sutan Lubis, MSP ( Dosen Pembaca ) ( )


(4)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Disetujui Oleh

PROGRAM DIII PARIWISATA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

MEDAN, MARET 2009

PROGRAM STUDI PARIWISATA KETUA,

Drs. Ridwan Azhar. M.Hum NIP.131124058


(5)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehinggah penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang merupakan tugas akhir dan salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam rangka memperoleh gelar Diploma pada program studi D3 Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul tugas akhir ini “ UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA

DI KABUPATEN SIMEULUE PASCA TSUNAMI ” yang disusun dalam bentuk yang

sederhana dan penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi metode maupun materi penulisan, hal ini disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, disamping masih kurangnya pengalaman penulis dalam membuat suatu kertas karya ilmiah.

Dalam penulisan kertas karya ini tidak terlepas dari bantuan, arahan, bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, melalui kesempatan ini dengan segalah kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Chairudin P. Lubis, DTM & H., Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Ridwan Azhar M.Hum Selaku ketua Program Studi D3 Pariwisata fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.


(6)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

4. Bapak Mukhtar Majid. M,S.Sos, SE.Par, M.A selaku Dosen Pembimbing dalam menyusun kertas karya ini

5. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, MSP selaku Dosen Pembaca.

6. Kepada yang saya sayangi kedua Orang Tua saya Ayahanda Tasman dan Ibunda Juati serta adik-adik saya Reni, Ratna, Ragil dan kakak saya Rika yang telah banyak memberikan doa, perhatian, dukungan motivasi dan lainnya sehinggah saya berhasil dalam menulis kertas karya ini.

7. Kepada Saudara-saudara saya yang telah membantu saya dalam mengumpulkan bahan dan data-data dalam menyusun kertas karya ini.

8. Teman-teman saya seperjuangan segenap mahasiswa pariwisata 06, kawan-kawanku dari GEMAPALA, kos Dipa 30 semoga kita selalu sukses amin.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhinggah kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian kertas karya ini dan penulis berharap semoga kertas karya ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya mahasiswa Pariwisata Program Studi Usaha Wisata.

Medan, Maret 2009 Penulis

RIKO MIRAD SINARTA NIM.06220402


(7)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ..i

DAFTAR ISI... ..iii

ABSTRAK ... ..v

BAB I : PENDAHULUAN ... ..1

1.1 Latar Belakang ... ..1

1.2 Alasan Pemilihan Judul ... ..1

1.3 Batasan Masalah ... ..2

1.4 Tujuan Penulisan ... ..3

1.5 Metode Penelitian ... ..3

1.6 Sistematika Penulisan... ..4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... ..6

2.1 Pengertian Kepariwisataan ... ..6

2.2 Pengertian Pariwisata Sebagai Suatu Industri ... ..9

2.3 Objek dan Atraksi Wisata ... 10

2.4 Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 12

2.5 Syarat Objek Wisata Yang Dapat Dikembangkan ... 15

2.6 Sapta Pesona Wisata ... 17

2.7 Pengertian Sadar Wisata ... 19

BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMEULUE ... .22


(8)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

3.2 Sejarah Terbentuknya Kabupaten Simeulue ... 25 3.3 Keadaan Kabupaten Simeulue Pra dan Pasca Tsunami ... 26

3.4 Demografi dan Mata Pencaharian Masyarakat Simeulue ... 27 BAB IV : UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN

SIMEULUE PASCA TSUNAMI ... 28 4.1 Potensi Objek Wisata di Kabupaten Simeulue Pra dan Pasca Tsunami . 28 4.2 Upaya Pelestarian dan Pengembangan Kepariwisataan ... 33 4.2.1 Upaya Pelestarian ... 33 4.2.2 Upaya Pengembangan ... 35

4.2.3 Kendala dalam melestarikan dan mengembangkan

objek wisata di Kabupaten Simeulue...37 4.3 Dampak Pengembangan Objek Wisata

Terhadap Masyarakat Kabupaten

Simeulue...38

BAB V : PENUTUP ...41 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Berlakunya UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang secara efektif dilaksanakan pada bulan Januari 2001, secara riil merupakan titik tolak yang sangat strategis dalam mengelola aset-aset maupun potensi sumberdaya yang dimiliki serta memberdayakannya bagi pembangunan perekonomian daerah setempat. Hal ini bertujuan untuk menambah pendapatan daerah guna menunjang pembangunan daerah. Aset-aset maupun potensi sumber daya yang dimaksud ada bermacam-macam yang meliputi potensi wisata, potensi pertanian, potensi perdagangan, potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia dan sebagainya. Potensi daerah yang dinilai paling mampu bertahan adalah potensi obyek wisata.oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut sudah selayaknya objek wisata agar tetap dilestarikan dan dikembangkan guna menunjang pendapatan asli daerah dan meningkatkan devisa negara.

Sejak bencana tsunami menimpa Kabupaten Simeulue hampir seluruh objek wisata yang ada mengalami kerusakan yang berarti seperti objek wisata Pantai Lasikin, Pantai Alus-alus, Pulau Siumat, Pantai Ganting, pantai Busung, pantai Salur dan daerah objek wisata lainnya. Objek wisata tersebut mempunyai potensi yang dapat memberikan mamfaat dan harapan bagi pengembangan wisata di Kabupaten Simeulue yang pada saat ini masih dalam proses memperkenalkan dan proses perencanaan pemasaran. Pengembangan objek wisata mempunyai sasaran yang utama yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut, yang pada ahirnya akan membina kesadaran dan melibatkan masyarakat dalam partisipasi pembangunan.


(10)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nanggroe Aceh Darusalam adalah salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia yang memiliki banyak potensi, selain panorama dan keindahan alam, iklim yang sejuk dibeberapa daerah, Nangroe Aceh Darusalam juga memiliki beragam adat istiadat, bahasa, dan kesenian, serta tempat-tempat maupun gedung-gedung bersejarah.

Keanekaragaman potensi dan kebudayaan tersebut mengundang perhartian khusus untuk tetap melestarikannya. Berbagai upaya harus tetap diusahakan demi menjaga eksistensinya dan terhindar dari faktor ketidakpedulian oleh masyarakat, namun dari sekian banyak potensi wisata yang ada masih sangat sedikit yang telah dikembangkan, padahal masih banyak objek wisata yang berpotensi lainnya yang membutuhkan sentuhan dan perhatian di bidang kepariwisataan khususnya di Kabuaten Simeulue.

Sehubungan dengan hal diatas, maka penulis dengan segalah upaya dan kemampuan akan menulis dan mengangkat potensi objek wisata yang ada di Kabupaten Simeulue agar lebih dikenal dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di Kabupaten Simeulue.

1.2 Alasan Pemilihan judul

Dunia pariwisata mengundang ketertarikan banyak pemerintah di dunia untuk dikembangkan. Sebagai sumber devisa, pariwisata menyimpan potensi yang sangat besar. Menurut beberapa ahli pariwisata dewasa ini sudah menjadi bidang usaha atau industri


(11)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

terbesar ketiga setelah minyak dan perdagangan senjata. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa pariwisata merupakan bidang usaha terbesar kedua setelah minyak.

Dalam pengembangan pariwisata memerlukan kerjasama banyak pihak, baik pihak pemerintah maupun dari pihak masyarakat di daerah tujuan wisata tersebut yaitu dengan diadakannya perbaikan dan pengembangan objek-objek wisata tersebut agar nantinya dapat memberikan masukan yang berarti bagi pendapatan pemerintah dan masyarakat dalam bidang kepariwisataan.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan menulis kertas karya dengan judul  Upaya Pengembangan Objek Wisata di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami

1.3 Batasan Masalah

Kepariwisataan mencakup segala hal atau sering disebut Everything is tourism

and tourism is everything yang dapat mendukung dalam penulisan kertas karya ini.

Berdasarkan hal tersebut penulis menyadari ada baiknya dalam penulisan kertas karya ini memberikan batasan masalah agar penulisan itu lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan semulah. Disini penulis akan membahas tentang

1. Bagaimana potensi objek wisata yang ada di Kabupaten Simeulue secara umum ?

2. Bagaimana upaya mengembangkan serta melestarikannya objek wisata pasca Tsunami?,

3. Bagaimana potensi objek wisata di Kabupaten Simeulue dalam upaya mengembangkan dan melestarikan objek wisata pasca Tsunami ?


(12)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Dengan harapan semoga kertas karya ini dapat memberi mamfaat dalam membantu dalam memajukan kepariwisataan di kabupaten Simeulue.

1.4 Tujuan Penulisan

Dalam penulis kertas karya ini tentu memiliki tujuan seperti kertas karya pada umumnya. Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Merupakan salah satu tugas ahir bagi penulis sebagai seorang mahasiswa D3 Pariwisata jurusan Usaha Wisata.

2. Membahas tentang potensi objek wisata Simeulue

3. Mengetahui upaya-upaya dalam pengembangan dan pelestarian objek wisata di Kabupaten Simeulue

4. Sebagai bahan kajian dan masukan bagi pemerintah, masyarakat, serta pihak-pihak yang berkepentingan dalam sektor pariwisata.

1.5 Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan informasi dan data-data dalam menyusun kertas karya ini adalah :

a. Penelitian Pustaka (Library Research)

Yaitu suatu cara memperoleh dan mengumpulkan berbagai informasi dan data yang diperlukan dengan cara membaca serta mempelajari berbagai buku, diktat-diktat yang diperoleh selama perkuliahan serta berbagai media cetak lainnya.

b. Penelitian Lapangan ( Field Research)

Yaitu mengumpulkan berbagai informasi dan data-data dengan melakukan penelitian langsung ke objek wisata yang bersangkutan serta melakukan


(13)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

wawancara dengan para pihak yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan objek wisata tersebut.

16. Sistematika Penulisan

Penulisan kertas karya ini disusun dengan menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini duraikan tentang latar belakang, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan mengenai tentang kepariwisataan yaitu pengertian pariwisata sebagai suatu industri, objek dan atraksi wisata, sarana dan prasarana pariwisata, hubungan pariwisata dan kebudayaan, dan pengertian sadar wisata.

BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMEULUE

Dalam bab ini memaparkan tentang profil Kabupaten Simeulue, keadan pra dan pasca tsunami Kabupaten Simeulue, sejarah, demografi dan mata pencaharian penuduk di Kabupaten Simeulue.


(14)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV : UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN SIMEULUE PASCA TSUNAMI

Uraian mengenai potensi objek wisata di Kabupaten Simeulue, upaya yang dilakukan dalam pelestarian dan pengembangan objek wisata di Kabupaten Simeulue, kendala-kendala yang dihadapi dalam merealisasikannya, serta dampak pengembangan objek wisata terhadap masyarakat setempat pasca Tsunami.

BAB V PENUTUP

Uraian yang meliputi kesimpulan dan saran dari keseluruhan penjelasan di

atas

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kepariwisataan

Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa Sansekerta, ‘pari’ yang berarti banyak atau berkali-kali dan ‘wisata’ yang berarti perjalanan atau bepergian. Jadi, pari-wisata diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali. Dalam bahasa Inggris ‘tour’ atau ‘tourism’. Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan antara keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial budaya, alam dan ilmu.

Beberapa ahli berpendapat bahwa pariwisata adalah sebagai berikut :

1. Sihite ( 2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. 2. Spillane (1989) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan

perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.


(16)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

3. Yoeti, Oka. Berpendapat bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang di selenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bussiness) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan beraneka ragam.

4. Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta (dalam Yoeti 1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya. 5. Pariwisata menurut Pendit (2003:33) pariwisata adalah hal yang dapat

memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri lainnya.

Sedangkan pengertian Kepariwisataan dan segala hal yang berkaitan lainya menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 pada bab I pasal 1 sebagai berikut :


(17)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut Kepariwisataan. Sedangkan orang yang melakukan perjalanan wisata ketempat objek-objek wisata disebut wisatawan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa pariwisata adalah :

• Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali

ke tempat asalnya.

• Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi,

restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-lain.

• Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan

• Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat

memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang dibelanjakannya dibawah dari tempat asal.

2.2 Pengertian Pariwisata Sebagai Suatu Industri

Pariwisata dikatakan sebagai industri, karena di dalamnya terdapat berbagai aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Akan tetapi, makna industri di sini bukan sebagaimana pengertian industri pada umumnya yaitu adanya pabrik atau mesin-mesin yang besar atau kecil yang penuh dengan asap. Industri


(18)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri pariwisata disebut industri tanpa asap.

Uraian di atas sejalan dengan konsep industri pariwisata yang dikemukakan oleh Yoeti (1996: 153) yang menyatakan: “Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam perjalannnya”.

Pengertian lain yang sejalan dengan uraian di atas tentang industri pariwisata adalah yang dikemukakan oleh Damardjati yang dikutip oleh Sihite (2000:54). Menurutnya, “industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk/jasa-jasa/layanan-layanan atau services, yang nantinya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa industri pariwista adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan maupun traveller selama dalam perjalanannya.

2.3 Objek dan Atraksi Wisata

Di Indonesia objek dan atraksi wisata mempunyai perbedaan. Semua daya tarik wisatawan yang bersumber pada alam seperti pemandangan alam dan lain-lain sering


(19)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

disebut sebagai objek wisata. Sedangkan atraksi wisata adalah daya tarik wisata yang apabila ingin dilihat harus dipersiapkan terlebih dahulu oleh orang. Biasanya berwujud peristiwa kejadian, baik yang terjadi secara periodik ataupun sekali saja, baik yang besifat tradisional ataupun yang tetap telah dilembagakan dalam kehidupan masyarakat modern yang mempunyai daya positif pada para wisatawan. seperti pertunjukan kesenian, kebudayaan dan lain-lain. Lain halnya di luar negeri dimana antara objek wisata dan atraksi wisata tidak dibedakan mereka semuanya menyebutnya dengan tourist attraction.

Mengenai pengertian objek wisata dapat kita lihat beberapa sumber acuan diantaranya :

1. SK Menparpostel No. KM 98/PW-102/MPT-87

Objek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehinggah menjadi daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi oleh wisatawan.

Seorang wisatawan yang datang berkunjung kesuatu daerah objek wisata dengan alasan dan tujuan tertentu demi mencapai kepuasan dan mencari mamfaat dari kunjungannya. Mamfaat dan kepuasan itu ditentukan oleh dua faktor yang saling berkaitan, yaitu tourism resource sama dengan objek dan atraksi wisata.

Objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ketempat tersebut. Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung kesuatu daerah tujuan wisata diantaranya adalah :


(20)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

b. Hasil ciptaan manusia (Man Made, Cultural, and Religius). c. Tata cara kehidupan masyarakat (The way of Life)

Agar suatu tujuan wisata mempunyai daya tarik, disamping harus ada tiga atraksi wisata, suatu daerah tujuan wisata harus mempunyai syarat daya tarik, yaitu :

a. Adanya sesuatu yang bisa dilihat. ( something to see) b. Adanya sesuatu yang dapat dilakukan (something to do) c. Adanya sesuatu yang dapat dibeli (something to buy)

Ketiga syarat tersebut adalah merupakan unsur-unsur untuk mempublikasikan kepariwisataan.

2. Peraturan pemerintah No. 24 tahun1979

Objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. 3. Yoeti(1996:121) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tentang makna objek wisata dan atraksi wisata. Kita hanya akan menyatakan itu objek wisata bila untuk melihat objek tersebut tidak diperlukan persiapan terlebih dahulu, dengan kata lain kita dapat melihatnya secara langsung tampa bantuan orang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan atraksi wisata merupan sinonim dari entertaiment, dalam hal ini segala sesuatu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati.

2.4 Sarana dan Prasarana Pariwisata a. Sarana Pariwisata

Sarana pariwisata adalah segala kelengakapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya yaitu terdiri dari perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara


(21)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

langsung maupun tidak langsung dan hidup dan kehidupannya banyak bergantung pada kedatangan wisatawan. Seperti kita ketahui bahwa sarana kepariwisataan dibagi menjadi tiga bagian yang saling melengkapi, yaitu sarana pokok kepariwisataan ( Main Tourism

Superstructur), sarana pelengkap kepariwisataan (Supplement Tourism Superstructure),

sarana penunjang kepariwisataan (Yoeti 1996:124)

a. Sarana Pokok Kepariwisataan ( Main Tourism Superstructure)

Perusahaan yang pengoperasiannya bergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan. Sarana pokok kepariwisataan berfungsi dalam memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

1. Perjalanan yang kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan

perjalanan wisatawan atau disebut dengan ‘receiptive tourist plan’ yaitu perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan menyelenggarakan tour-tour seigtseeing bagi wisatawan seperti Travel Agent, Tour Operator, dan

lain-lain.

2. Perusahaan yang memberi pelayanan di daerah tujuan kemana wisatawan itu pergi, atau biasa disebut ‘residentsial Tourism Plan’ yaitu perusahaan yang memberi layanan penginapan, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan wisatawan misalnya Hotel, Hostel, Homestay, Cottage,

Pensio, dan sebagainya.

b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstructure)

Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas rekreasi yang fungsinya melengkapi sarana pokok kepariwisataan


(22)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

dan membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah sarana/fasilitas olahraga dan sarana lainnya.

c. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure)

Sarana penunjang kepariwisataan adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : Night Club, Steam Baths, Casinos dan lain sebagainya.

b. Prasarana Pariwisata

Yang dimaksud dengan prasarana (infrastructures) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses prekonomian berjalan dengan lancar sehingga memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya (Yoeti,1985). Jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehinga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Ada tiga kelompok prasarana dalam kelompok ini, yaitu : prasarana umum, kebutuhan pokok pola hidup moderen, dan prasarana wisata.

1. Prasarana umum yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak (umum) bagi prekonomian, dan yang termasuk didalamnya adalah system penyediaan

a. Air bersih b. Kelistrikan c. Jalur lalu lintas


(23)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

e. Sistem telekomunikiasi

2. Kebutuhan Pokok Pola Hidup Moderen misalnya, rumah sakit, apotek, pusat-pusat perbelanjaan, salon, kantor-kantor pemerintahan, dan pompa bensin. Prasana ini merupakan prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak.

3. Prasarana Pariwisata

Prasaran yang diperuntukan untuk wisatawan, meliputi :

a. tempat penginapan wisatawan, misalnya hotel, pension, motel, rumah susun. Kamar keluarga yang disewakan, bangunan wisata sosial (desa wisata, tempat perkemahan, pondok remaja dan sebagainya)

b. Tempat informasi wisatawan

- Agen perjalanan dan biro perjalan umum - Penyewaan kenderaan dan tour operator lokal

c. Kantor informasi dan promosi yaitu kantor penerangan wisata yang berada di pintu masuk suatu negara, kota dan daerah tertentu. Di Indonesia dikenal dengan

Tourist Information Center (TIC)

d. Tempat-tempat rekreasi dan sport, termasuk didalamnya fasilitas perlengkapan olahraga darat, air, dan lain-lain

e. Sarana transportasi penunjang.

2.5 Syarat Objek Wisata Yang Dapat Dikembangkan

Pariwisata merupakan lahan bisnis yang masih relatif baru dikenal. Dalam pengembangannya dibutuhkan suatu perencanaan layaknya pengembangan hal-hal


(24)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

lainnya. Perencanaan pengembangan pariwisata yang terintegrasi untuk dipertimbangkan, disertai konsentrasi yang cukup pada pendekatan secara konprehensif untuk jangka panjang merupakan sesuatu yang penting. Hal ini dimaksud agar bisa tercapai pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan serasi dan sesuai dengan yang diharapkan. Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan tidak terlepas dari totalitas pembangunan secara keseluruhan dalam arti pembangunan daerah atau pembangunan nasional. Pembangunan kepariwisataan menurut adanya etika, peraturan dan arahan yang merujuk kepada hasil yang efisien dan efektif. Dalam kaitan ini Pariwisata mutlak memiliki wilayah adminstrasi (administration domain) baik dalam fungsi, proses, maupun hasil (outcomes). Selanjutnya administrsasi yang berdasarkan pada konsep efisiensi memerlukan faktor dalam dan faktor luar yang dapat dipisahkan dan diukur, sehinggah dalam mengukur atau menghitung semua hasilnya dapat diperoleh dengan mudah.

Dalam pembangunan kepriwisataan suatu objek wisata sudah harus dapat dipastikan apakah objek wisata tersebut telah layak atau belum untuk dikembangkan. Pembangunan kepariwisataan akan ditingkatkan dengan tujuan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan agar menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan.

Suatu objek wisata dikatakan layak dikembangkan pabila memiliki syarat-syarat antara lain :


(25)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

1. Attraction, adalah segalah sesuatu yang menjadi ciri khas dan menjadi daya tarik wisatawan agar mau datang berkunjung ketempat wisata tersebut.

Atraksi wisata terdiri dari 2, yaitu :

a. Site Attraction, yatiu daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata semenjak

objek itu ada

b. Event attrction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh suatu objek wisata

setelah dibuat manusia

2. Accessibility, yaitu kemudahan cara untuk mencapai tempat wisata tersebut.

3 Amenity, yaitu fasilitas yang tersedia didaerah objek wisata seperti akomodasi

dan restoran.

4.Instuition, yaitu lembaga atau organisasi yang mengelolah objek wisata tersebut.

2.6 Sapta Pesona Wisata

Citra dan mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh keberhasilan dalam perwujudan Sapta Pesona daeah tersebut. Sapta Pesona merupakan tujuh kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai salah satu upaya uantuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia.


(26)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

 Keamanan, yaitu suatu kondisi dimana wisatawan dapat merasa aman, bebas dari ancaman, gangguan serta tindak kekerasan dan kejahatan pada saat berwisata tersebut.

 Ketertiban, yaitu kondisi yang mencerminkan suasana tertib dan teratur serta disiplin dalam semua segi, baik dalam hal lalu lintas, penggunaan fasilitas maupun dalam berbagai perilaku masyarakat lainnya.

 Kebersihan, yaitu kondisi yang memperlihatkan bersih dan sehat baik keadaan lingkunagan, fasilitas sarana dan prasarana, maupun manusia yang memberikan pelayanan.

 Kesejukan, yaitu terciptanya suasana yang segar, sejuk dan nyaman dengan adanya penghijauan secara teratur dan indah.

 Keindahan, yaitu kondisi yang mencerminkan penataan yang teratur, tertib, dan serasi mengenai sarana, prasarana, penggunaan tata warna yang serasi dan selaras dengan lingkunagan serta menunjukan sifat kepribadian nasional.

 Keramahan, yaitu sikap dan perilaku masyarakat yang sopan dan ramah tamah dalam berkomunikasi memberikan pelayanan serta ringan tangan untuk membantu tanpa pamrih.

 Kenangan, yaitu kesan yang menyenangkan dan akan selalu diingat oleh wisatawan baik berupa barang dan jasa atau kesan sendiri yang didapat selama berkunjung.


(27)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Untuk mewujudkan terlaksananya Sapta Pesona dengan baik maka perlu diadakan kebijaksanaan dalam memasyarakatkan unsur-unsur tersebut kepada semua lapisan masyarakat dan dunia usaha. Untuk itu, adapun langkah yang dapat di tempuh yaitu :

1. Melaksanakan kampanye nasional melalui berbagai media massa.

2. Melaksanakan kampanye penyuluhan pemantapan citra sadar wisata melalui Sapta Pesona sesuai dengan tahapan sasaran

2.7 Pengertian Sadar Wisata

Dewasa ini industri pariwisata merupakan industri jasa yang merupakan industri terbesar di dunia. Indonesia termasuk sala satu negara yang memamfaatkan industri pariwisata untuk menghasilkan dan meningkatkan devisa negara. Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari ± 17.508 pulau. Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang unik dan beranekaragam. Aset potensi kepariwisataan Indonesia tidak hanya memenuhi unsur keindahan, keaslian, keunikan dan keutuhan, tetapi juga diperkaya dengan berbagai kekayaan dan keanekaragaman budaya, flora,dan fauna. Ekosistem dan gejalah alam yang merupakan daya tarik dapat dikemas menjadi objek pariwisata yang sangat menarik baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Akan tetapi dalam pengembangan potensi wisata tersebut, baik pihak pemerintah maupun dunia usaha belum dapat mengantisipasi dampak-dampak negatif yang sering terjadi baik kaibat desakan berlebihan terhadap sumber daya alam oleh adanya jumlah pendatang yang membuka usaha tampa memproritaskan mutu produk yang mereka jual,


(28)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

maupun jasa yang mereka berikan, minimnya pengertian dalam perihal teknik pengembangan, pengolahan, pemeliharaan objek wisata, dan tidak dipergunakannya sistem pengawasan untuk mendeteksi kemunduran kualitas kunjungan yang berlebihan.

Salah satu penyebab terjadinya hal demikian adalah diakibatkan oleh kurangnya sadar wisata baik dikalangan masyarakat lokal, dunia usaha maupun pengunjung. Sadar wisata adalah mengerti, menghargai, dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan kepariwisataan. Sadar wisata ini dimaksudkan agar masyarakat lokal, dunia usaha dan pengunjung dan pihak-pihak lainnya yang terlibat dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kepariwisataan dikawasan mereka. Partipasi masyarakat atas pembangunan pariwisata akan lebih serasi bila dilandasi dengan pengertian mengenai kepariwisataan karena pengetahuan akan pariwisata akan lebih mempermudah dalam meningkatkan kesadaran wisata.

Sadar wisata di kalangan masyarakat tidak tumbuh dengan sendirinya hanya dengan melalui penyuluhan, akan tetapi masyarakat akan lebih mudah memahami melalui apa yang mereka lihat dan apa yang mereka rasakan. Proses pembangunan pariwisata harus berjalan seiring dengan peningkatan sadar wisata masyarakat, proses penciptaannya harus sejalan dengan khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Oleh karena itu, disini tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi yang memungkinkan terwujudnya sadar wisata yang di dahului dengan penggalangan peran serta masyarakat dengan cara yang mudah di pahami dan dilaksanakan oleh masyarakat.


(29)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah menciptakan kondisi atau suasana yang menunjang perwujudan sapta pesona seperti yang telah diterangkan sebelumnya yaitu antara lain :

 Turut serta bersama aparat keamanan dengan saling bahu-membahu

menanggulangi masalah keamanan lingkungan dari hal-hal yang mengakibatkan suasana tidak aman atau menimbulkan terganggunya keselamatan orang.

 Turut memberikan ketertiban umum, berusaha mematuhi peraturan tata tertib baik di jalan raya maupu n di tempat umum.

 Membudayakan budaya hidup bersih dimanapun berada.

 Turut membantuh program penghijauan yang dilaksanakan oleh pemerintah di masing-masing daerah dalam mewujudkan program sapta pesona.

 Turut memelihara keindahan kota masing-masing

 Keramahtamahan merupakan budaya bangsa yang masih tetap di junjung tinggi dan tercermin dalam tata cara pergaulan sehari-hari, oleh karena itu hendaknya dapat terus di lestarikan dan ditampilkan secara wajar sebagai sikap tuan rumah yang baik dalam melayani wisatawan mancanegara dan nusantara.

 Turut menyajikan dan memelihara suasana iklim, kesempatan dan pelayanan yang baik.

Masalah pembinaan sadar wisata masyarakat sebenarnya merupakan suatu proses yang panjang, yakni proses pendidikan disiplin masyarakat. Lewat proses pendidikan sikap dan tingkah laku peserta di didik dibawah secara wajar dan alamia kearah penghayatan dan pengalaman nilai dan norma yang dituntut oleh manusia modern. Hal


(30)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

ini sangat penting untuk bergaul dengan bangsa-bangsa lain di dunia dan berupaya menjadi tuan rumah yang baik melalui kegiatan pariwisata.

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMEULUE

3.1 Profil Kabupaten Simeulue

Kabupaten Kepulauan Simeulue berbatasan dengan Samudra Hindia di sebelah Utara, Samudra Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Aceh Barat di sebelah Timur dan Samudra Hindia di sebelah barat. Kabupaten Simeulue dengan ibukotanya Sinabang merupakan gugus kepulauan yang terdiri dari 41 buah pulau besar dan kecil di sekitarnya. Transportasi yang menghubungkan Simeulue dengan daratan Sumatera adalah transportasi laut dan udara, baik yang bersifat reguler maupun carteran.

Kepulauan Simeulue terletak di sebelah Barat Daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan jarak.

 105 mil laut dari Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat)


(31)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

 315 mil dari Sibolga (SumateraUtara)

 96 mil dari Singkil (Aceh Selatan)

Secara geografis kepulauan ini berada pada posisi antara 20°15’ - 20°55’ Lintang Utara dan 95° 40’ - 96° 30’ Bujur Timur. Membentang dari Barat ke Timur sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh Samudera Hindia dan berbatasan dengan perairan internasional. dalam Kabupaten Simeulue dengan jumlah penduduk 82.323 jiwa dengan Luas 2.125 Km² terdiri dari Pulau Simeulue dan 41 buah Pulau-pulau kecil disekitarnya beriklim tropika basah dengan curah hujan rata-rata 2.824 mm/tahun dan merata disetiap pulau. Pada setiap hujan turun terlebih dahulu diawali dan diselingi dengan panas terik matahari. Keadaan cuaca ini ditentukan oleh penyebaran 2 (dua) musim, yaitu musim Timur dan Musim Barat berlangsung sejak bulan September sampai dengan bulan Februari. Pada musim Barat ditandai dengan terjadinya musim hujan yang disertai badai dan gelombang besar yang berasal dari Samudera Indonesia dan Lautan Hindia. Temperatur udara tertinggi terjadi pada bulan Mei dan terendah terjadi pada bulan Agustus, Nopember dan Desember. Kisaran kelembaban udara berkisar antara 88,8 % sampai 91,0 % dengan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan September dan Desember dan terendah pada bulan Januari.

Keadaan geologi Kepulauan Simeulue bukan merupakan pulau-pulau vulkanik, dengan jenis tanah yang dominan adalah jenis tanah dengan tingkat keasaman yang tinggi, yaitu : Podsorit, Merah Kuning, Podsorit Merah Coklat, Alluvial, Organosol dan Batu Kapur. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Bakosurtanal keadaan topografi pulau Simeulue titik rendah terletak pada 0 m dari permukaan laut dan titik tertinggi 600 m.


(32)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Hasil Interpolasi garis Kuntur Interval 50 m dari Peta Rupa Bumi skala 1:250.000 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah pulau Simeulue pada ketinggian antara 0 - 300 m dari permukaan laut.

Menurut letak geografisnya Kabupaten Kepulauan Simeulue terdapat salah satu potensi yaitu kekayaan hutan yang mendominasi luas lahan daratan Kabupaten Kepulauan Simeulue. Kabupaten ini memiliki 100.000 hektar lebih luas hutan atau 50 persen dari total luas wilayahnya. Potensi kayu dari hutan disini tentu sangat menjanjikan. Terlebih dari luas hutan tersebut, mayoritas adalah hutan produksi baik terbatas maupun tetap. Banyak peluang yang bisa diambil untuk memanfaatkan hutan dan hasil-hasilnya itu asalkan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem. Perkembangan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Simeulue lebih mengarah kepada sektor pertanian dan peternakan dan sedangkan hutan yang ada di sana sepertinya kurang dapat tempat dihati masyarakat disana karena kurangnya tenaga SDM yang handal untuk mengembangkan hasil-hasil hutan seperti damar, rotan dan hasil hutan lainnya. posisi geografis kabupaten yang cukup jauh dari pusat pemerintahan provinsi maupun kabupaten dan kota lain di dalam maupun luar provinsi, cukup menyulitkan pengembangan ekonomi kabupaten kepulauan ini. Apalagi, wilayah ini juga belum mengembangkan agroindustri yang mampu mengolah kekayaan alam menjadi komoditas dengan nilai tambah. Komoditas pertanian, perikanan, hutan, perkebunan, dan peternakan dipasarkan dalam bentuk bahan baku non-olahan.

Salah satu andalan Kabupaten Simeulue yang menjadi ciri khas kerbau Simeulue yang meski ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis daripada kerbau di


(33)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

daratan. Kerbau ini banyak dijual ke luar Pulau Simeulue dan, karena kualitasnya prima, harganya pun menjadi tinggi. Disamping itu dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah udang Lobster (udang laut)yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri Singapura & Malaysia. Hasil perkebunan rakyat lainnya adalah kopra yang berasal dari pohon kelapa yang tumbuh subur di sepanjang pantai pulau Simeulue.

3.2 Sejarah Terbentuknya Kabupaten Simeulue

. Kilas balik Simeulue menjadi kabupaten. Peningkatan status daerah ini dirintis sejak Kongres Rakyat Simeulue pada tahun 1956. Dikarenakan berbagai kendala, baru 1957 terlaksana. Salah satu bukti sejarah yang masih utuh saat ini, sebuah spanduk usang pelaksanaan kongres yang telah lusuh dimakan usia. Pernyataan peserta kongres 1957 tentang peningkatan status Simeulue saat itu, di dukung Gubernur Aceh, Prof. Ali Hasymi, saat mengunjungi daerah tersebut. Kemudian tokoh masyarakat pulau ini kembali mengadakan musyawarah yang dikenal dengan nama musyawarah Luan Balu pada 1963 dan dilanjutkan dengan Musyawarah Rakyat Simeulue pada tahun 1980 dimana pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan: Simeulue Harus Berubah Status Menjadi Kabupaten Otonom. Presiden RI Soeharto, 13 Agustus 1996 menandatangani PP Nomor 53 tahun 1996 tentang peningkatan status Simeulue dari wilayah pembantu Bupati Aceh Barat menjadi Kabupaten Administratif. Kemudian dilanjutkan dengan pelantikan Drs. Muhammad Amin sebagai bupati perdana, 27 September 1996. Setelah tiga tahun menjadi kabupaten administratif, melalui UU Nomor 48 tahun 1999 lahirlah


(34)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Kabupaten Simeulue. Selama tiga tahun menjadi Kabupaten Administratif, pulau ini di pimpin oleh tiga orang pejabat asal luar Simeulue yakni, Drs. Muhammad Amin (Bupati perdana-red), T.Yusuf, SH dan Drs. Zulkarnaen Jafar. Bupati Simeulue, Muhammad Amin ketika itu di lengserkan dengan tuduhan melakukan korupsi. Sedangkan tahun 2002, saat T. Yusuf, SH menjadi Pj Bupati disana.

3.3 Keadaan Kabupaten Simeulue Pra dan Pasca Tsunami

a. Keadaan Kabupaten Simeulue Pra Tsunami

Kabupaten Simeulue merupakan kabupaten baru yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat (Meulaboh). Panjang Kabupaten Simeulue ± 90 km dan lebar ± 60 km. Pembangunan di daerah ini belum begitu maju, memiliki satu buah pelabuhan dan Rumah Sakit Umum yaitu di ibukota Sinabang

b. Keadaan Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami

Bencana gelombang tsunami yang terjadi pada akhir tahun 2004 yang menimpah Kabupaten Simeulue telah mengakibatkan kerusakan yang berarti diantaranya seperti berikut ini :

1. Faktor Pertanian

Sebagian besar penduduk Kabupaten Simeulue adalah petani, yang sebagian besar menggarap lahan pertaniannya dengan menggunakan peralatan tradicional. biasanya hanya bisa memanen hasil pertaniannya satu kali setahun. Sejak bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2004 lalu produksi padi para petani menurun diakibatkan rusaknya


(35)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

sistem pengairan dan juga berubahnya jumlah pH tanah yang dapat menggaguh pertumbuhan tanaman padi tersebut.

2. Faktor Perikanan

Kabupaten Simeulue terkenal dengan hasil lautnya, jumlah ikan yang masih banyak sehinggah dapat memenuhi kebutuhan lauk pauk dan juga membantu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat khususnya para nelayan Bencana tsunami mengakibatkan perubahan keadaan tersebut, dimana penangkapan ikan menjadi susah dan semakin jauh ketengah dikarenakan hancurnya batu karang tempat ikan mencari makan dan berproduksi. Atau berkembangbiak Selain itu dari faktor pariwisata pun ikut mengalami dampaknya. Kerusakan batu karang sepanjang pesisir pantai juga mengakibatkan menurunnya keindahan pemandangan bawah laut sehinggah mengurangi minat pengunjung atau wisatawan untuk mengunjunginya.

3.4 Demografi dan Mata Pencaharian Masyarakat Simeulue

Dari segi ekonomi diperoleh gambaran sumber mata pencaharian masyarakat pada umumnya adalah sektor pertanian (62,8%).Mata pencaharian lainnya adalah sebagai pedagang, pengrajin, Pegawai Negeri Sipil, dan buruh. Kondisi tersebut tergambar dari sumbangan terbesar terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) yang berasal dari sektor pertanian (67.01%). Sub sektor peternakan merupakan kontributor terbesar (23.39%) terhadap sektor pertanian, sedangkan sub sektor kehutanan, tanaman pangan, perkebunan dan perikanan masing-masing menyumbang 21.48%, 12.02%, 7.26%, dan 2.85% (BPS, 2003).


(36)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV

UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN SIMEULUE PASCA TSUNAMI

4.1 Potensi Objek Wisata di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami

Sebagai suatu daerah kepulauan, Simeulue banyak memiliki pantai dan pemandangan bawah laut dengan berbagai biota laut yang sangat indah. Tingginya gelombang menjadi tantangan menarik bagi para peselencar untuk menaklukannya. Selain itu juga lezatnya lobster yang merupakan budidaya unggulan masyarakat Simeulue memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk menikmatinya. Adapun objek wisata di Kabupaten Simelue antara lain :

1. Makam Tengku Diujung

Makam Tengku Diujung di desa Kuta Padang dapat ditempuh dengan Mobil dan Sepeda Motor dalam waktu 2-3 Jam dari Kota Sinabang karena kondisi jalan yang kurang


(37)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

baik. Kenderaan umum melayani rute Sinabang-Kampung Aie seperti L 300 dapat dijumpai diterminal. Tengku Diujung dianggap sebagai salah satu tokoh terpenting di Simeulue karena penyebar Agama Islam yang berhasil. Makam ini tadinya terdiri dari Makam Tengku, istri dan anaknya, namun makam istri dan anaknya telah hilang terbawa arus laut selatan yang keras. Kini hanya makam Tengku Di Ujung yang tersisa dikelilingi dinding yang melindungi dari ombak keras.

Menurut sejarah Tengku Di Ujung sebenarnya bernama Halilullah yang berasal dari Minangkabau. Pada awalnya ia menghadap Sultan Aceh untuk mohon ijin pergi menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Ia kemudian ditantang oleh Sultan untuk menyiarkan agama Islam di Pulau U (pulau Kelapa) yang penduduknya pada masa itu masih menganut agama suku. Pada akhirnya ia lebih memilih untuk menyiarkan agama Islam di pulau tersebut, yang belakangan disebut dengan pulau Simeulue

Hailullah yang kemudian dikenal dengan sebutan Tengku Di Ujung ini dianggap sebagai pelopor pengajaran Islam di Simeulue. Makamnya di kampung Latak Ayah Kuta Padang yang berada di pinggir pantai menjadi salah satu monumen pada saat tsunami 1907 karena tidak mengalami kerusakan berarti; demikian juga halnya pada saat pulau Simeulue diterjang tsunami bulan Desember 2004 lalu.

Istri Tengku Di Ujung bernama Si Melur yang ahirnya menjadi nama pulau Simeulue seorang perempuan yang berasal dari pulau Simeulue, yang kemudian dinikahkan oleh Sultan Aceh. Pada saat Halilullah datang ke pulau Simeulue bersama wanita tersebut dan ahirnya tiba ditempat kelahiran sang wanita yang sekarang dikenal dengan kampung Latak Ayah, Desa Kuta Padang. Pulau Simeulue pada mulanya belum


(38)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

mempunyai nama tetapi sering dikenal dengan nama pulau U karena dipulau ini memiliki kelapa yang lumayan banyak hampir diseluruh kawasan pinggir pantai ditumbuhi pohon kelapa.

Batas daearah desa Letak Ayah yaitu :

Sebelah barat berbatasan dengan desa Borengan Sebelah timur berbatasan dengan desa Kuta Padang Sebelah selatan berbatasan dengan lautan Indonesia

Sebelah utara berbatasan dengan desa Sebulu/Ujung Padang Pada waktu bencana Tsunami terjadi desa ini

2. Pantai Ganting

Pantai Ganting dapat ditempuh dalam waktu 20-30 menit dengan menggunakan Mobil dan Sepeda Motor angkutan umum yang ada berupa mobil L 300 ataupun menggunkan Becak motor yang disewa. Pantai ini berlokasi di desa Kuala Makmur, sekitar 11 km dari kota Sinabang, dapat dicapai dalam 30 menit Selain pemandangannya yang cukup indah , juga tersedia fasilitas Wisata seperti warung makan. Pemerintah Kabupaten Simeulue telah membangun fasilitas pendukung, antara lain pemasangan pagar pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 juga telah dibangun sarana bermain anak-anak, sarana ibadah serta pembuatan kamar mandi dan kamar ganti. Di pantai ini ramai dikunjungi pada hari libur terutama oleh masyarakat setempat maupun luar daerah. Berbagai kegiatan besenang-senang dapat dilakukan disini seperti berenang, snorkling ataupun sekedar bersantai diakhir pekan.

Batas pantai Ganting yaitu :


(39)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Sebelah barat berbatasan dengan Ujung Silingar Sebelah selatan berbatsan dengan lautan indonesia Sebelah utara berbatasan dengan laut Indonesia.

3. Pulau Siumat

10 mil laut dari Sinabang, hanya dapat diakses melalui laut. Bagi wisatawan yang ingin menikmati pemandangan bawah laut yang indah disinilah tempatnya. Pulau ini Terdapat beberapa titik penyelaman untuk panorama bawah laut.

4. Pantai Busung

Di pantai ini memiliki keistimewaan tersendiri dimana memiliki warna pasir yang berbeda- beda yaitu pasir putih, pasir merah, dan pasir bergelombang yang terletak bersebelahan. Di pantai ini cocok untuk segala hal baik kegiatan seperti sun bath, volly pantai. Dan juga surfing.

5. Pantai Alus-alus

Dipantai cukup dikenal oleh wisatawan mancanegara karena selain memiliki pemandangan yang indah pantai ini memiliki ukuran ombak yang cukup besar. Dipantai ini juga terdapat perkampungan peselancar yang dikelolah oleh salah seorag penduduk daerah tersebut.

6. Pantai Lasikin

yaitu salah satu pantai yang terdapat di Simeulue Timur dengan jarak 12 Km dari Sinabang, Ibu kota Kabupaten Simeulue. Pantai ini memiliki tempat yang bagus untuk kegiatan surfing. Selain dapat menikmati pemandangannya yang indah di pantai ini para wisatawan dapat melihat kegiatan masyarakat nelayan daerah setempat seperti


(40)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

menangkap ikan dengan alat tangkapan yang masih tradisional, penjemuran ikan asin, dan lain sebagainya.

Batas wilayah daerah pantai lasikin :

Sebelah barat berbatasan dengan desa Sua-sua Sebelah timur berbatasan dengan Simpang Lafea Sebelah selatan berbatasan dengan lautan Indonesia Sebelah utara berbatasan dengan lautan Indonesia.

Diantara beberapa objek wisata diatas sebenarnya masih banyak jenis objek wisata lainnya namun masih belum mendapat perhatian oleh pemerintah untuk mengembangkanya. Minimnya jumlah investor yang menanamkan modalnya menjadi salah satu penyebabnya. Adapun objek wisata lainnya yaitu :

Air Terjun Kahat Pantai Matanurung Pantai Ujung Babang Pantai Salur

Pulau Batu Berlayar Pulau Sevelak

Pulau Simanaha

Selain wisata bahari, dan wisata alam yang ada di Kabupaten Simeulue juga terdapat wisata budaya yang mengandalkan peninggalan-peninggalan sejarah dan tarian-tarian dari beragam suku-suku yang ada. Tarian Daerah seperti :


(41)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Tari Angguk

Tari Angguk merupakan salah satu kesenian tradisional Simeulue dan sering ditampilkan pada acara-acara ceremonial. Tari angguk menggunakan keterampilan dalam menggerakkan kepala, tangan atau badan secara bergantian. Kesenian ini berisikan nilai-nilai keagamaan, sebab inti dari kegiatan ini adalah

mengagungkan serta memuji atas kebesara Allah SWT.

Tari Andalas

Tari Andalas adalah jenis tarian yang berasal dari daerah barus, Sumatera Utara. Kesenian ini sering ditampilkan pada acara-acara resmi, seperti penyambutan tamu, acara perkawinan dan acara lain yang dianggap perlu ditampilkan

Nandong

Nandong atau senandung juga merupakan jenis kesenian di simeulue yang bermula dari Nanga-nanga. Kesenian ini berisikan syair-syair yang dilantunkan dengan suara yang indah dan merdu dengan diiringi gendang.

Rafa’i Debus

Rafa’I debus merupakan kesenian yang membutuhkan kekebalan anggota tubuh. Jenis kesenian ini dalam menampilkan nya menggunakan sejumlah senjata tajam seperti pisau, parang, rantai, kayu atau bamboo yang ditajamkan.


(42)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

4.2.1 Upaya Pelestarian

Berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup, maka dengan adanya UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya, diharapkan akan dapat membawa hasil bila dibarengi dengan adanya ketertiban masyarakat dalam berperilaku yang dapat menunjang upaya pelestarian lingkungan hidup tersebut khususnya lingkungan hidup yang berada disekitar wilayah objek wisata

Dalam upaya pelestarian objek-objek wisata di daerah Kabupaten Simeulue maka perlu adanya bantuan dari pihak masyarakat setempat maupun pihak-pihak pengembangan dan pelestarian objek-objek wisata tersebut.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian suatu objek wisata adalah sebagai berikut :

1. Memberi pengarahan kepada masyarakat tentang mamfaat daripada kunjungan para wisatawan yang berkunjung ke daerah mereka dengan cara lebih terbuka dan memberi sedikit kelonggaran kepada pengunjung untuk melihat–lihat ke objek tersebut.

2. Senantiasa meningkatkan perhatian maksimum terhadap objek-objek wisata tersebut, seperti kegiatan renovasi apabila terdapat kerusakan maupun desain yang belum oktimal wisata tampa menghilangkan nilai-nilai sejarah yang terdapat pada objek wisata tersebut

3. Membentuk kerjasama dengan masyarakat setempat untuk turut berpartisipasi dalam meningkatkan kepedulian dan melestarikan objek-objek tersebut serta terus


(43)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

melanjutkan kegiatan-kegiatan yang bersifat menghibur dan menarik wisatawan, seperti.

4. Mengadakan kegiatan yang bersifat alam, seperti berkemah (Camping), maupun kegiatan lainnya dengan tujuan agar wisatawan tertarik untuk berkunjung kedaerah tersebut.

Uapaya pelestarian ini tentunya bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang bersifat privasi akan tetapai bertujuan agar potensi objek-objek wisata di Kabupaten Simeulue tidak punah dan hilang begitu saja. Dengan adanya kegiatan pelestarian ini juga bertujuan menjaga keseimbangan alam disekitar objek wisata tersebut.

4.2.2 Upaya Pengembangan

Dengan di berlakukanya UU NO 22 Tahun1999 dan UU NO 25 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Daerah di tuntut untuk selalu berupaya semaksimal mungkin dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Hal ini bisa di lakukan dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada, salah satunya adalah potensi pariwisata. Dengan otonomi daerah tesebut pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah daerah secara penuh dalam mengelola dan memanfaatkan potensi pariwisata yang ada di daerahnya. Serta menetapkan dan mengusahakan sendiri dalam melaksanakan pengembangannya. Wewenang diberikan kepada daerah karena pemerintah daerah lebih mengerti dan memungkinkan untuk dapat mendayagunakan potensi pariwisata yang dimiliki dengan lebih berdayaguna dan berhasil guna.


(44)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Kabupaten Simeulue memiliki potensi wisata yang begitu banyak, baik itu objek wisata alam, wisata sejarah, dan lain-lain. Hal ini tentu sangat membantu kepariwisataan di daerah ini khususnya dalam hal perekonomian penduduk setempat.

Untuk memberikan arahan yang lebih jelas tentang pengembangan pariwisata perlu ditetapkan beberapa kriteria seperti yang diperkenalkan oleh Rev Ron O’Grady berikut ini:

 Pembuatan keputusan tentang bentuk objek wisata di suatu daerah harus dikonsultasikan dengan penduduk setempat.

 Keuntungan yang diperoleh dari pariwisata selayaknya harus dibagi dengan masyarakat setempat.

 Pengembangan pariwisata seharusnya disesuaikan dengan irama alam dan prinsip ekologi, peka terhadap budaya lokal, agama dan seharusnya tidak menempatkan penduduk setempat pada posisi rendahan.

 Jumlah kunjungan wisata suatu area seharusnya tidak melebihi penduduk setempat

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan suatu objek wisata, baik dari pihak pemerintah maupun dari pihak masyarakat disekitar lokasi adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan lebih jauh potensi objek-objek wisata yang dimiliki dalam menunjang kepariwisataan di daerah Kabupaten Simeulue

2. Mempromosikan objek-objek wisata tersebut melalui media elektronik, media cetak, ataupun dari individu ke individu lain.


(45)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

3. Membangun segalah fasilitas yang dibuhtukan oleh para wisatawan dalam kegiatan liburannya agar wisatawan merasa aman dan nyaman dan ahirnya berkeinginan untuk berkunjung kembali.

4. Memberikan kemudahan bagi para investor baik para investor yang berasal dalam negeri maupun luar negeri dalam menanamkan modalnya dalam faktor pariwisata. 5. Meningkatkan kemampuan serta keahlian Sumberdaya Manusia (SDM) dalam hal memberikan pelayanan terhadap wisatawan seperti Pemandu Wisata (guide), dan lain sebagainya.

4.2.3 Kendala Dalam Melestarikan dan Mengembangkan Objek Wisata di Kabupaten Simeulue

Setiap kegiatan pasti ada kendala yang akan dihadapi begitu pun halnya dengan pengembangan objek wisata. Upaya pengembangan objek wisata merupakan suatu aspek yang komplek dimana menyangkut segala hal. Mulai dengan pembangunan dan pengembangan fasilitas, meningkatkan kemampuan masyarakat setempat, dan menjaga kelestarian lingkungan agar tetap seimbang serta hal lainnya.

Dalam upaya pengembangan objek wisata di daerah Kabupaten Simeulue pasca tsunami masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya, seperti :

1. Seringnya bencana alam seperti gempa yang disebabkan oleh letak Pulau Simeulue diatas garis lempengan yang sering mengalami pergeseran, sehinggah kegiatan pembangunan terganggu


(46)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

2. Masih minimnya infrastruktur pendukung serta kondisi aksesibilitas yang kurang bagus dibebrapa daerah.

3. Kurangnya pihak investor yang menanamkam modalnya dan partisipasi pihak-pihak terkait lainnya.

4. Keamanan dan kenyamanan yang masih belum terjagah dengan baik dan

kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal menjaga keasrian dan kebersihan, serta pelayanan yang baik terhadap wisatawan.

4.3 Dampak Pengembangan Objek Wisata Terhadap Masyarakat Kabupaten Simeulue

Pariwisata meliputi bermacam-macam sarana seperti bangunan hotel, kolam renang, lapangan golf, jalan dan lain sebagainya serta kegiatan wisatawan yang beraneka ragam, baik yang dilakuikan di lingkungan hotel, dipantai, di gedung perjudian, di restoran, di jalan-jalan dan sebagainya. Semua sarana dan kegiatan itu menimbulkan perubahan-perubahan di berbagai bidang di daerah yang bersangkutan. Kehadiran wisatawan di tempat umum kelihatan sangat mencolok karena berbeda dengan kebiasaan masyarakat setempat.

Dengan adanya pengembangan objek wisata di suatu daerah tujuan wisata, maka selain menimbulkan dampak positif juga menimbulkan dampak negatif beberapa dampak menguntungkan yang ditimbulkan oleh pariwisata menurut seorang penulis pariwisata


(47)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

terkenal, M. Peters dirangkum menjadi 5 butir oleh John M Bryden di rumuskan sebagai berikut :

1. Menyumbang kepada neraca pembayaran sebagai penghasil valuta keras

2. Menyebarkan pembangunan ke daerah-daerah nonindustri

3. Menciptakan kesempatan kerja

4. Dampak pada pembanganuan ekonomi pada umumnya melalui dampak penggandaan 9

multiplier effect

5. Keuntungan sosial yang timbul karena perhatian rakyat pada umumnya terhadap masalah-masalah dunia bartambah luas dan karena adanya pemahaman baru tentang orang asing dan selerah asing.

( john M. Bryden, 1973, Tourism and Development, Cambridge University Press, Cambridge,hlm.72)

Pada tahun 1961, W. Hunziker, seorang penulis pariwisata mengemukakan, pariwisata juga membantu menjembatani jarak dan menghilangkan perbedaan-perbedaan karena saling mempertemukan bangsa-banga serta adanya kontak antara orang-orang dari berbagai bangsa, ras, kepercayaan, tingkat perekonomian, dan paham politik sehinggah dapat memeliharah dan mempertahankan hubungan internasional yang baik kontak social yang terjadi juga memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk saling


(48)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

mengenal sikap dasar dalam pergaulan. Selain itu keuntungan ekonomis bagi masyarakat yang melayani kbutuhan wisatawan akan memperoleh uang dan juga pelestarian budaya.

Akan tetapi selain dampak menguntungkan, dampak merugikan juga ditimbulkan oleh pariwisata khususnya bagi masyarakat daerh setempat, yaitu :

1. Menimbulkan iri hati atau kecemburuan sosial masyarakat terhadap wisatawan.

2. Umumnya masyarakat meniru kebiasaan wisatawan seperti kecanduan narkotika, perilaku sek bebas dan sebagainya

3. Pergeseran nilai-nilai budaya seperti perubahan gaya hidup masyarakat, yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebudayaan setempat.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Simeulue merupakan salah satu objek wisata yang diandalkan di provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Pemandangan bawah laut dan ombak yang besar di pantai selatan Simeulue menjadi daya tarik bagi para pengunjung untuk berwisata di Simeulue.

Objek wisata yang ditawarkan di Kabupaten Simeulue memiliki prospek untuk menunjang kepariwisataan di daerah tersebut, dimana pemerintah daerah telah membuat dan menyusun rencana-rencana pengembangan untuk objek wisata itu. Oleh karena itu


(49)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

diperlukan penataan yang serius dan terarah yang dilakukan oleh pemerintah, swasta ataupun masyarakat sendiri terhadap objek wisata yang ada di Kabupaten Simeulue sehinggah nantinya diharapkan peminat akan objek wisata ini dapat berkembang dan menjadi objek wisata favorit dikalangan masyarakat

5.2 Saran

Perlunya perbaikan sektor perhubungan seperti kondisi jalan banyak yang rusak, kebersihan lingkungan di kawasan pariwisata masih perlu ditingkatkan, dan pembinaan terhadap pengusahaan di bidang Pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Damarjati, R.S., 1987, Istilah-istilah Dunia Pariwisata, Jakarta : Pradnya Paramita Hadinoto, Kusudianto., 1986,Perencanaan Pengembangan Pariwisata Destinasi

Pariwisata, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Karyono, Hari A., 1997, Kepariwisataan, Jakarta : Gramedia Widiasarana. Nyoman S. Pendit.,1999, Wisata Konvensi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Saleh, Wahab, 1988. Manajemen Pariwisata, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, Sihite, Richard. 2000. Tourism Industry Kepariwisataan, Surabaya: SIC.

Spillane, James J. 1989. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Cetakan II. Yogyakarta: Kanisius


(50)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Sugianto, Ronny., 2000, Pariwisata Antara Obsesi dan Realita, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Yoeti, Oka., 2005, Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata, Jakarta : Pradnya Paramita,

Yoeti, Oka., 1996, Pemasaran Pariwisata, Bandung: Angkasa

Yoeti, Oka A., 1985, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa.

Skretariat Negara, 1990, Undang-undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang

Kepariwisataan, Jakarta : Sekretariat Negara

LAMPIRAN GAMBAR


(51)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Pantai ganting

Tanjung raya waterfall


(52)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009


(53)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Riko Mirad Sinarta

No. Nim : 062204020

Jurusan : Pariwisata

Tempat/ tgl lahir : Kampung Aie/18 Desember 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agam : Islam

Alamat : Jln. Jamin Ginting Gg. Dipanegara No. 30 Medan

Nama Ayah : Tasman

Nama Ibu : Juati

Pendidikan :

1. Tamat SD Negeri No. 3 Kampung Aie (Simeulue) tahun 2000, berijazah

2. Tamat SLTP Negeri No. 1 Kampung Aie (Simeulue) tahun 2003, berijazah

3. Tamat SLTA Negeri No. 1 Kampung Aie (Simeulue) tahun 2006, berijazah

4. Tahun 2009 sampai saat ini masih terdaftar sebagai mahasiswa D III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini diperbuat dengan sebenar-benarnya

Medan, Maret 2009


(1)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

mengenal sikap dasar dalam pergaulan. Selain itu keuntungan ekonomis bagi masyarakat yang melayani kbutuhan wisatawan akan memperoleh uang dan juga pelestarian budaya.

Akan tetapi selain dampak menguntungkan, dampak merugikan juga ditimbulkan oleh pariwisata khususnya bagi masyarakat daerh setempat, yaitu :

1. Menimbulkan iri hati atau kecemburuan sosial masyarakat terhadap wisatawan.

2. Umumnya masyarakat meniru kebiasaan wisatawan seperti kecanduan narkotika, perilaku sek bebas dan sebagainya

3. Pergeseran nilai-nilai budaya seperti perubahan gaya hidup masyarakat, yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebudayaan setempat.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Simeulue merupakan salah satu objek wisata yang diandalkan di provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Pemandangan bawah laut dan ombak yang besar di pantai selatan Simeulue menjadi daya tarik bagi para pengunjung untuk berwisata di Simeulue.

Objek wisata yang ditawarkan di Kabupaten Simeulue memiliki prospek untuk menunjang kepariwisataan di daerah tersebut, dimana pemerintah daerah telah membuat dan menyusun rencana-rencana pengembangan untuk objek wisata itu. Oleh karena itu


(2)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

diperlukan penataan yang serius dan terarah yang dilakukan oleh pemerintah, swasta ataupun masyarakat sendiri terhadap objek wisata yang ada di Kabupaten Simeulue sehinggah nantinya diharapkan peminat akan objek wisata ini dapat berkembang dan menjadi objek wisata favorit dikalangan masyarakat

5.2 Saran

Perlunya perbaikan sektor perhubungan seperti kondisi jalan banyak yang rusak, kebersihan lingkungan di kawasan pariwisata masih perlu ditingkatkan, dan pembinaan terhadap pengusahaan di bidang Pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Damarjati, R.S., 1987, Istilah-istilah Dunia Pariwisata, Jakarta : Pradnya Paramita Hadinoto, Kusudianto., 1986,Perencanaan Pengembangan Pariwisata Destinasi

Pariwisata, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Karyono, Hari A., 1997, Kepariwisataan, Jakarta : Gramedia Widiasarana. Nyoman S. Pendit.,1999, Wisata Konvensi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Saleh, Wahab, 1988. Manajemen Pariwisata, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, Sihite, Richard. 2000. Tourism Industry Kepariwisataan, Surabaya: SIC.

Spillane, James J. 1989. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Cetakan II. Yogyakarta: Kanisius


(3)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Sugianto, Ronny., 2000, Pariwisata Antara Obsesi dan Realita, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Yoeti, Oka., 2005, Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata, Jakarta : Pradnya Paramita,

Yoeti, Oka., 1996, Pemasaran Pariwisata, Bandung: Angkasa

Yoeti, Oka A., 1985, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa.

Skretariat Negara, 1990, Undang-undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang

Kepariwisataan, Jakarta : Sekretariat Negara

LAMPIRAN GAMBAR


(4)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Pantai ganting

Tanjung raya waterfall


(5)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009


(6)

Riko Mirad Sinarta : Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Simeulue Pasca Tsunami, 2009. USU Repository © 2009

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Riko Mirad Sinarta

No. Nim : 062204020

Jurusan : Pariwisata

Tempat/ tgl lahir : Kampung Aie/18 Desember 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agam : Islam

Alamat : Jln. Jamin Ginting Gg. Dipanegara No. 30 Medan

Nama Ayah : Tasman

Nama Ibu : Juati

Pendidikan :

1. Tamat SD Negeri No. 3 Kampung Aie (Simeulue) tahun 2000, berijazah

2. Tamat SLTP Negeri No. 1 Kampung Aie (Simeulue) tahun 2003, berijazah

3. Tamat SLTA Negeri No. 1 Kampung Aie (Simeulue) tahun 2006, berijazah

4. Tahun 2009 sampai saat ini masih terdaftar sebagai mahasiswa D III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini diperbuat dengan sebenar-benarnya

Medan, Maret 2009