KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.2. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL PTEI Peritumoral Edema Index Definisi : Adalah suatu indeks atau perbandingan antara ukuran tumor dengan ukuran edema peritumoral. Cara Ukur : Dari hasil pemeriksaan radiologis, volume dari tumor dan edema dapat diukur dan indeks edema dapat dihitung. Volume dapat dihitung dengan formula hitung volume bola : Hubungan antara edema peritumoral dengan volume tumor dihitung dengan PTEI : Alat Ukur : Volume tumor dan edema diukur melalui pemeriksaan MRI secara terkomputerisasi. Untuk data-data yang tidak diukur dengan komputer, diukur secara manual dengan skala dan mistar. abc v × = π 3 4 Tumor Edema v v v OeI Tumor + = Meningioma Intrakranial PTEI VEGF Universitas Sumatera Utara Hasil Ukur : Hasil penghitungan akan didapat dalam satuan milimeter kubik mm 3 Coating antibody anti-VEGF-A manusia ditempelkan pada sumur- sumur mikro. , dan hasil penghitungan indeks akan mendapat satuan angka indeks. VEGF Vascular Endothelial Growth Factor Definisi : VEGF adalah suatu faktor pertumbuhan dengan aktivitas mitogenik spesifik terhadap endotel, berbentuk protein terglikosilasi berbentuk dimer dengan ikatan disulfida, berukuran 34 – 46 kD. Cara Ukur : Kadar VEGF akan diukur dengan cara Sandwich ELISA Enzyme-Linked Immunosorbent Assay dengan perangkat pemeriksaan VEGFA Human ELISA kit, Abnova, Taiwan. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan ELISA analyser Chemwell 2910 Awareness Technology, Inc.. Prinsip Pengujian : Keberadaan VEGF-A manusia pada sampel atau standar akan berikatan dengan antibody yang telah ditempelkan pada sumur- sumur mikro. Universitas Sumatera Utara Setelah dilakukan inkubasi, komponen-komponen biologis dibuang dengan melakukan tahap pencucian. Antibodi terhadap VEGF-A manusia yang telah dikonjugasikan dengan biotin ditambahkan dan akan berikatan dengan VEGF-A yang telah ditangkap oleh antibody yang telah ditambahkan pertama kali. Setelah dilakukan inkubasi, antibody anti-VEGF-A manusia yang terkonjugasi dengan biotin yang tidak berikatan akan dibuang dengan tahap pencucian. Streptavidin-HRP ditambahkan dan berikatan pada antibody anti- VEGF-A manusia yang terkonjugasi dengan biotin. Setelah dilakukan inkubasi, Streptavidin-HRP yang tidak berikatan dibuang dengan tahap pencucian, kemudian larutan substrat reaktif terhadap HRP ditambahkan pada sumur-sumur pemeriksaan. Reaksi antara substrat reaktif yang berikatan dengan HRP akan menghasilkan produk berwarna berhubungan dengan proporsinya terhadap keberadaan VEGF-A manusia yang terkandung dalam sampel atau standar. Reaksi ini dihentikan dengan menambahkan larutan bersifat asam. Kandungan VEGF-A didapat dengan mengukur absorbansi pada 450 nm. Kurva standar dibuat dari 7 standar VEGF-A dengan beberapa pengenceran, sehingga kadar VEGF-A sampel dapat ditentukan. Universitas Sumatera Utara Protokol Penelitian : Protokol Pengujian Konsentrat buffer sebaiknya berada dalam temperature ruangan dan sebaiknya dilarutkan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan. Jika terbentuk kristal di dalam konsentrat buffer, dapat dihangatkan sedikit hingga terlarut secara menyeluruh. Buffer pencuci Tuangkan 50 ml konsentrat buffer pencuci 20x ke dalam tabung 1000ml. Larutkan hingga mencapai volume 1000ml dengan air de-ionisasi atau akuadest. Campurkan perlahan untuk menghindari pembentukan busa.Pindahkan ke dalam botol pencuci dan simpan pada temperatur 2 o hingga 25 o C.Larutan buffer pencuci ini 1x stabil selama 30 hari. Buffer penguji Tuangkan semua isi 5ml kosentrat buffer penguji 20x ke dalam tabung 100ml. Larutkan hingga mencapai volume 100ml dengan akuadest. Campurkan perlahan untuk menghindari pembentukan busa. Simpan pada temperatur 2 o hingga 8 o C. Larutan buffer pencuci ini 1x stabil selama 30 hari Konjugat Biotin Larutan konjugat Biotin harus digunakan dalam waktu 30 menit setelah dilakukan pengenceran.Buatlah larutan 1:100 dari konsentrat konjugat Biotin dengan Buffer penguji 1x dalam tabung plastik bersih. 0,06ml konsentrat ditambahkan 5,94ml buffer penguji atau 0,12 ml konsentrat ditambahkan 11,88ml buffer penguji. Universitas Sumatera Utara Streptavidin-HRP Larutan Streptavidin HRP harus digunakan dalam waktu 30 menit setelah dilakukan pengenceran.Buatlah larutan 1:100 dari konsentrat Streptavidin-HRP dengan Buffer penguji 1x dalam tabung plastik bersih. 0,06ml konsentrat ditambahkan 5,94ml buffer penguji atau 0,12 ml konsentrat ditambahkan 11,88ml buffer penguji. Standar VEGF-A manusia Rekonstitusi VEGF-A manusia standar dengan menambahkan akuadest.Volume rekonstitusi ditentukan dari label tabung standar. Goyangkan atau campurkan perlahan untuk memastikan proses pelarutan yang homogen konsentrasi standar rekonstitusi = 2 ngml.Rekonstitusikan standar selama 10-30 menit. Campurkan dengan baik sebelum melakukan pelarutan berikutnya.Setelah digunakan, larutan standar yang tersisa tidak dapat disimpan dan harus dibuang.Pelarutan standar dapat dilakukan secara langsung pada plat sumur mikro atau secara alternatif pada tabung lain.Pipetkan 225 µl pengencer sampel pada setiap tabung. Pipetkan 225 µl standar ter-rekonstitusi 2ngml ke dalam tabung pertama, berikan tanda S1 dan kemudian campurkan konsentrasi 1ngml, pipetkan 225 µl larutan S1 ke dalam tabung kedua, berikan label S2 dan kemudian campurkan. Lakukan dilusi serial 5 kali lagi sehingga dapat membentuk kurva standar.Pengencer standar digunakan sebagai blanko. Universitas Sumatera Utara Prosedur penelitian: 1. Tentukan jumlah sumur yang akan dibutuhkan untuk melakukan pengujian Jumlah sampel ditambahkan dengan blanko dan standar. Setiap sampel, standar, blanko dan sampel control sebaiknya diuji sebagai duplo. Lepaskan sumur-sumur yang tidak dipakai dari pemegang dan simpan dalam kantung aluminium dengan pengering yang telah disediakan pada temperatur 2 o -8 o 2. Cucilah sumur mikro dua kali dengan sekitar 400µl, Buffer pencuci pada setiap sumur dengan aspirasi berulang diantara pencucian. Diamkan buffer pencuci selama sekitar 10-15 detik sebelum aspirasi. Perhatikan untuk tidak menggores permukaan sumur mikro. Kosongkan sumur dan ketukkan perlahan sumur mikro pada handuk kertas tissue atau sponge penghisap untuk menghilangkan buffer pencuci yang berlebihan. Gunakan sumur mikro segera setelah pencucian. Cara lain: sumur mikro dapat diletakkan terbalik pada handuk kertas tissue atau sponge penghisap tidak lebih dari 15 menit. Sumur mikro tidak boleh mengalami pengeringan. dengan pengemasan ketat. Universitas Sumatera Utara 3. Pengenceran standar: Tambahkan 100 µl pengencer sampel duplo terhadap semua sumur standar. Pipetkan 100 µl larutan standar 2000pgml duplo pada sumur A1 dan A2. Campurkan kandungan sumur A1 dan A2 dengan aspirasi dan ejeksi berulang konsentrasi standar 1, S1 = 1000pgml, dan pindahkan 100 µl ke dalam tabung B1 dan B2. Lakukan proses pengenceran serial sebanyak 5 kali, membentuk dua baris standar VEGF-A standar dengan konsentrasi 1000 hingga 15,6 pgml. 4. Tambahkan 100µl pengencer sampel duplo pada sumur kosong blanko. 5. Tambahkan 50µl pengencer sampel pada sumur sampel. 6. Tambahkan 50µl sampel-sampel secara duplo pada sumur sampel. 7. Tutup dengan lapisan penutup dan inkubasikan pada temperatur ruangan 18-25 o 8. Persiapkan konjugat biotin. C selama 2 jam pada pengaduk plat mikro dengan 100rpm. 9. Lepaskan lapisan penutup. Cucilah sumur mikro sebanyak 6 kali seperti pada tahap 2 dari protokol pengujian. 10. Tambahkan 100µl konjugat biotin. 11. Tutup dengan lapisan penutup dan inkubasikan pada temperatur ruangan 18-25 o 12. Persiapkan Streptavidin-HRP. C selama 1 jam pada pengaduk plat mikro dengan 100rpm. 13. Lepaskan lapisan penutup. Cucilah sumur mikro sebanyak 6 kali seperti pada tahap 2 dari protokol pengujian. Universitas Sumatera Utara 14. Tambahkan 100 µl Streptavidin-HRP yang telah diencerkan pada semua sumur, termasuk sumur blanko. 15. Tutup dengan lapisan penutup dan inkubasikan pada temperatur ruangan 18-25 o 16. Lepaskan lapisan penutup. Cucilah sumur mikro sebanyak 6 kali seperti pada tahap 2 dari protokol pengujian. C selama 1 jam pada pengaduk plat mikro dengan 100rpm. 17. Pipetkan 100µl larutan substrat TMB pada semua sumur. 18. Tutup dengan lapisan penutup dan inkubasikan pada temperatur ruangan 18-25 o 19. Pengembangan warna pada plat sebaiknya terus diperhatikan dan reaksi substrat di-stop sebelum tidak dapat diukur lagi. Penentuan waktu yang ideal untuk setiap pengembangan warna harus dilakukan secara individual terhadap setiap pengujian. C selama 30 menit. Hindari paparan terhadap cahaya. 20. Direkomendasikan untuk menambahkan larutan stop ketika standar tertinggi telah berwarna biru gelap. Cara lain, dapat dengan menggunakan reader ELISA pada 620 nm. Reaksi substrat sebaiknya distop ketika standar 1 mencapai OD 0,9 – 0,95. 21. Stop reaksi enzimatik dengan memberikan 100µl larutan stop secara cepat pada setiap sumur. Hasil harus dibaca segera setelah larutan stop diberikan atau dalam 1 jam jika disimpan pada suhu 2-8 o 22. Baca absorbansi setiap sumur mikro pada spektrofotometer menggunakan 450 nm sebagai gelombang cahaya primer dapat juga menggunakan 610 - 650nm. C dalam keadaan gelap. Universitas Sumatera Utara Alat Ukur : Pengukuran dilakukan dengan menggunakan ELISA analyser Chemwell 2910 Awareness Technology, Inc. Hasil Ukur : Hasil ukur akan didapat dalam satuan pgml. 3.3. HIPOTESIS Terdapathubungan antara kadar VEGF dalam serum terhadap nilai PTEI pada penderita meningioma intrakranial. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Profil Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Berdasarkan Karakteristik Penderita Psoriasis Vulgaris Di RSUP. H. Adam Malik Medan

4 106 117

Korelasi Kadar β-hCG Serum Terhadap Kadar TSH, T3, Dan T4 Pada Molahidatidosa Di RSUP.H.Adam Malik Dan RSUD dr. Pirngadi Medan Periode Tahun 2008 - 2012

2 48 68

Hubungan Kadar Fibroblast Growth Factor 2 (FGF-2) Serum Dengan Derajat Meningioma Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

9 109 49

Hubungan antara Kadar Prolaktin Serum Penderita Psoriasis Vulgaris dengan Skor Psoriasis Area and Severity Index

3 83 88

Vascular Endothelial Growth Factor pada Karsinoma Nasofaring

0 47 7

Hubungan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Dengan Peritumoral Edema Index (PTEI) Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. - Hubungan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Dengan Peritumoral Edema Index (PTEI) Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 18

Profil Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Berdasarkan Karakteristik Penderita Psoriasis Vulgaris Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 5

Profil Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Berdasarkan Karakteristik Penderita Psoriasis Vulgaris Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 30

Hubungan Kadar Fibroblast Growth Factor 2 (FGF-2) Serum Dengan Derajat Meningioma Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 5