Pengertian Motivasi MOTIVASI BELAJAR

f. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambang prestasi, suatu ukuran keberhasilan.

2. Kebutuhan dan Teori tentang Motivasi

Apa dorongan seseorang melakukan aktivitas? Pertanyaan ini cukup mendasar untuk mengkaji soal teori tentang motivasi. Dari pernyataan itu kemudian memunculkan jawab dengan adanya “biogenic theories” dan “sosiogenic theories”. “Biogenic theories” yang menyangkut proses biologis lebih menekankan pada mekenisme pembawaan biologis, seperti insting dan kebutuhan-kebutuhan biologis. Sedang yang “sosiogenic theorities” lebih menekankan adanya pengaruh kebudayaankehidupan masyarakat. Dari ke dua pandangan itu dalam perkembangannya akan menyangkut persoalan-persoalan insting, fisiologis, psikologis dan pola-pola kebudayaan. 4 Hal ini menunjukkan bahwa seseorang melakukan aktivitas karena didorong oleh adanya faktor-faktor, kebutuhan biologis, insting, dan mungkin unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Dalam persoalan ini Skiner lebih cenderung merumuskan dalam bentuk mekanisme stimulus dan respons inilah akan memunculkan suatu aktivitas. Kemudian dalam hubungannya dalam kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan si siswa itu melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini sudah barang tentu peran guru sangat penting. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa motivasi tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak baik. Sebagai contoh kalau motif yang timbul untuk suatu perbuatan belajar itu, karena rasa takut akan hukuman, 4 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. 19, h. 76 maka faktor-faktor yang kurang enak dilibatkan ke dalam situasi belajar akan menyebabkan kegiatan belajar tersebut menjadi kurang efektif dan hasilnya kurang permanentahan lama, kalau dibandingkan perbuatan belajar yang didukung motif yang baik, atau mungkin karena rasa takut, terpaksa atau sekedar seremonial, jelas akan menghasilkan hasil belajar yang semu, tidak otentik dan tidak tahan lama. Memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. 5 Motivasi akan selalu berkait dengan soal kebutuhan. Sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Kebutuhan ini timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan. Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan. 1. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas. Hal ini sangat penting bagi anak, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan baginya. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan rasa gembira. 2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan orang lain. Dalam konsep ini dapat diterapkan pada berbagai kegiatan, misalnya anak-anak itu rela bekerja atau para siswa itu rajinrela belajar apabila diberikan motivasi untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar untuk orang yang disukainya misalnya bekerja, belajar demi orang tua, atau orang yang sudah dewasa akan bekerja, belajar demi seseorang calon teman hidupnya. 5 Ibid, h. 77 3. Kebutuhan untuk mencapai hasil Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau disertai dengan “pujian”. Aspek pujian ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila hasil pekerjaanusaha belajar itu tidak dihiraukan orang lainguru atau orang tua misalnya, boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Anak-anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang optimal, sehingga ada “sense of success”. 4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga kelebihankeunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak tergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar memperoleh keunggulan. Disamping itu ada teori-teori lain yang perlu diketahui: 1. Teori insting Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. 2. Teori fisiologis Teori ini juga disebut “Behaviour theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut juga primer. 6 3. Teori Psikoanalitik Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur- unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. 6 Ibid, h. 78-82 Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi itu, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Tekun menghadapi tugas. b. Ulet menghadapi kesulitan. c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d. Lebih senang bekerja mandiri. e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. f. Dapat mempertahankan pendapatnya. g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang retinitis dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan reponsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahan-pemecahannya. Hal-hal itu harus dipahami oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal. 7

3. Macam-Macam Motivasi

Berbicara tentang macam motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif yang aktif itu sangat bervariasi. 1. Motivasi dilihat dari dasar pembentuknya. a. Motif-motif bawaan. Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalnya: dorongan untuk makan, 7 Ibid, h. 83-84 minum, bekerja, beristirhat dan dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis. b. Motif-motif yang dipelajari. Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. 2. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. b. Motif-motif darurat, antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar. c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena adanya dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif. 8 3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya: reflex, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. 4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a. Motivasi intrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. 8 Ibid, h. 86-88

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap motivasi belajar PAI siswa di SMPN 250 Jakarta

2 8 150

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BAGI Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning Bagi Siswa Kelas X Semester I SMA Islam Sudirman 2 Boyolali Tahun

0 0 17

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Dengan Menggunakan Metode Contextual Teaching And Learning Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Tambakboyo Pedan Tahun 2012/20

0 0 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Dengan Menggunakan Metode Contextual Teaching And Learning Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Tambakboyo Pedan Tahun 2012/20

0 1 20

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL) PADA SISWA Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning ( CTL) Pada Siswa Kelas II SD Negeri 2 Sugihmanik Kecamatan Tanggungharjo

0 1 15

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Contextual Teaching and Learning (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri G

0 1 17

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Contextual Teaching and Learning (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri Go

0 0 11

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA BANGUN RUANG MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA BANGUN RUANG MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL ) BAGI SISWA KELAS VIII SEMESTER II MTs NEGERI TE

0 0 17

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATA

0 0 16