Strategi pembelajaran Kontekstual METODE CTL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
7 Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan
8 Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
25
4. Masyarakat Belajar Learning Community
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman
belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran berbagai pengalaman sharing. Melalui sharing ini anak dibiasakan
untuk saling memberi dan menerima.
26
Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, dan seterusnya. Kegiatan saling belajar ini bisa
terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, dan tidak ada pihak yang menganggap paling
tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang
berbeda yang perlu dipelajari.
27
5. Pemodelan Modelling
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi, tuntutan siswa yang berkembang dan beraneka ragam, telah
berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini yang sulit untuk siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang
dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Contoh, apabila
guru akan menerangkan tentang gizi agar pemahaman siswa tentang gizi lebih bermakna maka seorang ahli gizi dapat didatangkan ke kelas.
28
25
Trianto, op. cit., h. 114-115
26
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan Agama Republik Indonesia, 2009 Cet. 1, h. 283.
27
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, Cet. 3, h. 116-117
28
Masitoh dan Laksmi Dewi, op. cit., h. 284
6. Refleksi Reflection
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan
ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa:
1 Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu;
2 Catatan atau jurnal di buku siswa;
3 Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu;
4 Diskusi; dan
5 Hasil karya.
29
7. Penilaian Autentik Authentic Assessment
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman siswa. Dengan
terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap
proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
30
Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.
Karakteristik penilaian autentik; 1
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; 2
Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; 3
Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta; 4
Berkesinambungan; 5
Terintegrasi; dan
29
Trianto, op. cit., h. 118
30
Masitoh dan Laksmi Dewi, op. cit., h. 285