tinggi mendekati pusat frekuensi dan akan turun mengarah pada kedua sisi band. Pada saat frekuensi sinyal yang berlainan terhadap konstanta waktu, hal ini mengakibatkan fasenya akan
berubah diantara daerah frekuensi yang berbeda–beda pula.
2.2.5 Atenuasi
Masalah atenuasi atau penyimpangan akibat berbagai faktor yang menghalangi proses pengiriman dalam media transmisi sebenarnya dapat diatasi dengan pemilihan metode yang tepat
untuk mengatasinya. Biasanya dalam perhitungannya dapat dinyatakan dalam jumlah desibel konstan per satuan unit jarak. Fungsi yang lebih kompleks dari jarak inilah yang seharusnya
mendapat perhatian yang serius untuk memperoleh pertimbangan yang baik dalam membangun suatu sistem transmisi.
2.3 Konsep Dasar Teori Pengkodean
Konsep dari sebuah teori dasar pengkodean adalah untuk mengurangi dampak kesalahan error yang bisa diakibatkan oleh masalah pengamanan dari informasi digital terhadap
kesalahan yang kerap muncul karena pada saat proses transmisi tersebut, justru mengakibatkan sistem menjadi salah pengertian dalam melakukan interpretasi tehadap simbol data–data yang
akan diterjemahkan untuk kemudian diproses menjadi sebuah pesan. Hal ini merupakan kendala yang serius terutama dalam proses penyimpanan data. Perlu mendapat perhatian yang serius pula
dari seorang insinyur telekomunikasi agar pengontrolan terhadap kesalahan sehingga dapat dilakukan rekonstruksi informasi dan data yang diterima akan memiliki kehandalan dan aktual.
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu, dalam mengatasi masalah kesalahan yang tentunya tidak diinginkan tersebut, diperlukanlah suatu sistem pengkodean. Secara sederhana dapat kita lihat pada blok diagram
pada Gambar 2.4: pesan
sinyal Tx sinyal Rx
Gambar 2.4 Gambaran Umum Model Komunikasi
Gambar 2.4 diatas mendeskripsikan bahwa kesatuan sistem komunikasi yang baik adalah suatu sistem yang mampu melakukan tingkat akurasi penyampaian sinyal informasi,
dengan meminimalisasikan tingkat kesalahan error data yang dikirimkan oleh si pengirim data melalui perangkat Transmitter, dan dalam proses transmisi data melalui media baik fisik maupun
non fisik adalah sangat dijaga kompleksitas kebenaran pengkodean datanya [3]. Kesalahan error adalah masalah yang paling sering dihadapi dalam sistem
komunikasi, sebab selain dapat mengurangi kinerja dari suatu sistem, juga dapat mengakibatkan kehandalan suatu sistem dalam enkripsi data menjadi berkurang. Untuk mengatasi masalah
tersebut, diperlukan suatu sistem yang dapat mengoreksi error, dimana solusinya adalah dengan metode penanganan error dalam pemeriksaan bit. Adapun metode yang dapat dilakukan ada dua,
yaitu [4]: 1.Backward Error Control BEC
Sumber Informasi
Transmiter Pengirim
P i i
Receiver Penerima
Sumber Noise
Tujuan
Universitas Sumatera Utara
Yaitu metode dimana perangkat pada sisi penerima akan segera mengirimkan sinyal kepada perangkat pengirim untuk melakukan pengiriman ulang jika pada data yang diterima
terjadi kesalahan. 2. Forward Error Control FEC
Yaitu metode dimana sebelum proses pengiriman data dilakukan, data tersebut terlebih dahulu dikodekan dengan suatu pembangkit kode encoder , kemudian dikirimkan ke
perangkat penerima. Pada sisi penerima tersebut, telah tersedia sebuah penerjemah kode decoder yang mengkodekan data tersebut, dan apabila terjadi error pada data akan dilakukan
pengkoreksian data. Selanjutnya, bit dari sumber data akan masuk ke encoder untuk dikodekan, selanjutnya bit yang telah dikodekan tesebut dikirimkan melalui kanal, langkah akhirnya akan
kembali dikodekan oleh decoder dan data tersebut dikirimkan ke user.
2.4 Teknik Pengkodean Hamming