Radikal Bebas Spektrofotometri UV-Visibel

4. Infus Infus adalah proses penyarian dengan pemanasan menggunakan pelarut air pada temperatur 90ºC selama 15 menit. 5. Dekok Dekok adalah proses penyarian dengan pemanasan menggunakan pelarut air pada temperatur 90ºC selama 30 menit.

2.3 Radikal Bebas

Radikal bebas bersifat reaktif karena mengandung atom dengan jumlah elektron ganjil pada ruang valensinya Mc Murry, 2008. Radikal bebas sering dihubungkan dengan reaksi berantai. Berikut reaksi berantai yang dimaksud. 1. Inisiasi: X–Y  X· + Y· 2. Propagasi: X·+ H–R  X– R + H· diulang sebanyak n kali H· + X–Y  H–Y+ X· 3. Terminasi: 2 R·  R–R 2 X·  X–X Keterangan: X·, Y·, R· dan H· adalah atom radikal bebas n adalah jumlah rantai reaksi dalam fase propagasi Reaksi berantai radikal bebas dimulai dengan fase inisiasi dimana sebuah molekul terurai menjadi masing-masing dua atom radikal bebas. Kemudian atom radikal bebas masuk ke fase propagasi. Fase propagasi adalah fase produksi radikal bebas baru secara terus menerus maka dalam reaksi di atas, jumlah rantai reaksi pembuatan radikal bebas yang terjadi dinyatakan Universitas Sumatera Utara sebanyak n kali. Panjangnya rantai reaksi merupakan karakteristik dari reaksi radikal bebas. Panjangnya rantai reaksi menentukan urutan fase propagasi yang terjadi tiap reaksi. Fase terminasi terjadi saat dua atom radikal bebas bertemu dan membentuk suatu molekul Carey dkk., 2007.

2.4 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas Kumalaningsih, 2006. Menurut Kosasih 2004, dari asal terbentuknya antioksidan dibedakan menjadi dua yakni intraseluler di dalam selendogen dan ekstraseluler di luar seleksogen ataupun dari makanan. Berdasarkan fungsinya antioksidan dikelompokkan 3 yakni: a. Primary antioxidants Antioksidan utamaAntioksidan primer Antioksidan primer bekerja untuk mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contohnya adalah SOD Superoxide Dismutase, GPx Gluthathion Peroxidase , Metalbinding protein seperti Ferritin atau Ceruloplasmin. b. Secondary antioxidants Antioksidan keduaAntioksidan sekunder Antioksidan ini berfungsi menangkap senyawa radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder: vitamin E, vitamin C, β-karoten, asam urat, bilirubin dan albumin. c. Tertiary antioxidants Antioksidan ketigaAntioksidan tersier Universitas Sumatera Utara Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksidan reduktase. Adanya enzim-enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit misalnya kanker.

2.4.1 Antioksidan alami

Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa buah-buahan, sayuran dan biji-bijian adalah sumber antioksidan yang baik dan bisa meredam reaksi berantai radikal bebas dalam tubuh, yang pada akhirnya dapat menekan proses penuaan dini Kosasih, 2004. Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan senyawa flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik. Senyawa antioksidan alami polifenolik dapat bereaksi sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat logam, dan peredam terbentuknya singlet oksigen Kumalaningsih, 2006. Beberapa senyawa, seperti galat, memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi sedangkan senyawa lain seperti mono-fenol termasuk antioksidan lemah Prakash, 2001.

2.4.2 Vitamin C

Vitamin C nama kimia: asam askorbat dan askorbat adalah senyawa dengan 6 karbon lakton yang disintesa dari glukosa oleh banyak binatang FAO, 2001. Vitamin C adalah antioksidan larut air yang telah diketahui sebagai mikronutrien penting sejak tahun 1700-an Shekelle, 2003. Vitamin C disintesa dalam hati pada sebagian hewan mamal dan dalam ginjal pada burung dan reptil. Namun, beberapa spesies tidak dapat mensintesa vitamin C, Universitas Sumatera Utara termasuk manusia. Manusia dan hewan primata kekurangan terminal enzim dalam jalur biosintesa asam askorbat yakni enzim l-gulonolakton oksidase, karena gen yang mengkodekan enzim tersebut mengalami mutasi sehingga tidak ada protein yang terbentuk FAO, 2001. O HO OH O H HO HO Gambar 2.1 Rumus bangun vitamin C Struktur cincin pada vitamin C yang tidak simetris menyebabkan vitamin C ada empat stereoisomer, tetapi asam L-askorbat adalah bentuk aktifnya secara biologis. Bentuk L-askorbat mewakili pertahanan antioksidan primer dalam darah, senyawa ini bereaksi dengan semua spesies oksigen, dan menghentikan reaksi berantai radikal bebas. Vitamin C juga mempunyai interaksi penting dengan sejumlah antioksidan lain. Glutation adalah senyawa penting yang mendaur ulang vitamin C yang teroksidasi dan vitamin C sendiri penting untuk regenerasi ikatan lemak vitamin E Shekelle, 2003. 2.4.3 Beta-karoten Kelompok senyawa yang dikenal karoten alami, senyawa provitamin A dan karotenoid termasuk α-, β-, dan γ- karoten dan siproxantin yang terkandung dalam semua tumbuhan dikonversi di dalam hati menjadi vitamin Universitas Sumatera Utara A. Jenis karoten dan karotenoid terdiri dari kristal merah tua, tidak larut dalam air, asam dan basa tetapi sangat sensitif terhadap oksidasi FAO, 2001. Sejumlah pigmen karotenoid yang terdapat dalam tumbuhan dioksidasi untuk menghasilkan retinol; β-karoten merupakan provitamin karotenoid penting yang dihasilkan paling banyak Bender, 2003. Beta- karoten merupakan salah satu provitamin A. Pemberian vitamin A dalam dosis tinggi dapat bersifat toksis. Akan tetapi, dalam jumlah banyak mampu memenuhi kebutuhan vitamin A, dan selebihnya tetap sebagai beta-karoten yang berfungsi sebagai antioksidan dengan cara kerja memperlambat fase inisiasi. Silalahi, 2006. Gambar 2.2 Rumus bangun beta-karoten Para ahli menyakini, makanan mengandung beta-kroten yang berasal dari alam jauh lebih berkhasiat daripada yang sudah dikemas dalam suplemen. Dengan mengkonsumsi 50 mg beta-karoten setiap hari dalam menu makanan dapat jauh mengurangi resiko terkena penyakit jantung Kosasih, 2004.

2.4.4 Vitamin E

Vitamin E pada dasarnya adalah vitamin larut lemak, yang ditemukan pada tahun 1936 Shekelle, 2003. Vitamin E dinamakan demikian ditujukan pada kelompok dengan 8 eight senyawa homolog yang disintesa oleh tumbuhan dari asam homogentisik. Semua bentuk senyawa merupakan turunan dari 6-chromanol dan berbeda dalam hal jumlah gugus metil dan letaknya Universitas Sumatera Utara reaksi sudah mencapai kesetimbangan. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh sifat dari aktivitas antioksidan yang terdapat di dalam sampel Prakash, 2001. Universitas Sumatera Utara dalam struktur cincin. Keempat homolog tokoferol d- α-, d-β-,d-γ- dan d-δ- memiliki 16 rantai cabang karbon phytyl jenuh, sementara tokotrienol d- α-, d- β-,d-γ- dan d-δ- memiliki tiga ikatan rangkap pada rantai cabang. Terdapat bentuk sinteik, dl- α-tokoferol, dibuat dengan menyatukan trimetilhidrokuinon dan isophytol FAO, 2001. O H H CH 3 CH 3 CH 3 H 3 C HO CH 3 CH 3 CH 3 CH 3 Gambar 2.3 Rumus bangun alfa tokoferol Vitamin E adalah mikronutrien penting yang harus didapatkan dari makanan. Makanan yang mengandung vitamin E diserap dalam usus kecil, menjalani proses yang tergantung pada kemampuannya untuk mengubah lemak menjadi misel dan membawanya melewati dinding sel intestinal dimana dibungkus dalam kilomikron untuk transportasi. Meskipun proses absorpsi semua homolog tokoferol dalam makanan hampir sama, bentuk alfa α- lebih menonjol di darah dan jaringan. Hal ini disebabkan aksi protein pengikat yang secara khusus memilih bentuk alfa α- dibandingkan bentuk lain. Mekanisme yang selektif ini menjelaskan alasan homolog vitamin E memiliki kemampuan antioksidan yang berbeda dalam sistem biologis dan menggambarkan perbedaan efektivitas senyawa antioksidan dalam stabilitas secara in vitro dan potensinya sebagai antioksidan secara in vivo Shekelle, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.5 Spektrofotometri UV-Visibel

Spektrofotometri serap adalah pengukuran serapan radiasi elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit, mendekati monokromatik, yang diserap zat. Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet panjang gelombang 190 nm-380 nm atau pada daerah cahaya tampak panjang gelombang 380 nm-780 nm Depkes a , 1979. Alat spektrofotometer pada dasarnya terdiri dari sumber sinar monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat Depkes a , 1979. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan . Rohman, 2007.

2.6 Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak N-Heksan Etilasetat Dan Etanol Rumput Laut Sargassum polycystum C. Agardh

1 61 83

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

7 53 83

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Serta Fraksi n-Heksan dan Etilasetat Teripang Holothuria atra Jaeger

0 6 76

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

2 28 83

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 14

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

1 2 5

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 13

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 3

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

1 1 20