4. RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik
Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan
berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Radio Republik Indonesia
RRI adalah stasiun radio
milik Negara Indonesia. Sebagai
Lembaga Penyiaran Publik, RRI terdiri dari Dewan Pengawas dan Dewan Direksi. Dewan
Pengawas yang berjumlah 5 orang terdiri dari unsur publik, pemerintah dan RRI. Dewan Pengawas yang merupakan wujud representasi dan supervisi publik memilih
Dewan Direksi yang berjumlah 5 orang yang bertugas melaksanakan kebijakan penyiaran dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan penyiaran. Status
sebagai Lembaga Penyiaran
Publik juga ditegaskan melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 11 dan 12 tahun 2005 yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Nomor 322002.
Radio Republik Indonesia, secara resmi didirikan pada tanggal 11 September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun
radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, Jalan Menteng Dalam Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik
Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. Rapat tersebut juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan
sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI. Butir Tri Prasetya yang ketiga
merefleksikan komitmen RRI untuk bersikap netral tidak memihak kepada salah satu
alirankeyakinan partai atau golongan. Hal ini memberikan dorongan serta semangat kepada penyiar RRI pada era Reformasi untuk menjadikan RRI sebagai Lembaga
Penyiaran Publik yang independen, netral dan mandiri serta senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik selama hampir 5 tahun sejak tahun 2000, RRI berstatus sebagai Perusahaan JawatanPerjan yaitu Badan Usaha Milik
Negara BUMN yang tidak mencari untung. Dalam status Perusahaan Jawatan, RRI telah menjalankan prinsip-prinsip radio publik yang independen.
Perusahaan Jawatan
dapat dikatakan sebagai status transisi dari Lembaga Penyiaran
Pemerintah menuju Lembaga Penyiaran
Publik pada masa
reformasi. Likuidasi Departemen
Penerangan oleh Pemerintah Presiden Abdurahman
Wahid dijadikan momentum dari sebuah proses perubahan Government Owned Radio ke
arah Public Service Broadcasting dengan didasari Peraturan
Pemerintah Nomor 37 tahun 2000 yang ditandatangani Presiden RI tanggal 7 Juni 2000. Kedudukan Status Radio Republik Indonesia yang semula sebagai Perusahaan
Jawatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2000 secara dinamis dengan proses yang cukup panjang berganti status sejak tahun 2005
berdasarkan Peraturan Pemerintahnomor 11 Tahun 2005 sebagai Lembaga Penyiaran Publik.
Dewasa ini RRI mempunyai 67 stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran khusus yang ditujukan ke Luar Negeri, Suara Indonesia. Konsep penyiaran RRI
yang sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik lebih banyak prosentasenya pada produk tergolong “broadcasting”, namun sejak tahun 2005 menjadi lebih cenderung
bervariatif karena RRI juga mampu membuat program siarannya dalam kategori
“narrow-casting” seperti program siaran pendidikan untuk memperkuat pembentukan karakter bangsa nation building dan mendorong persatuan dan
kesatuan bangsa. Lembaga penyiaran publik yang memiliki cakupan luas secara nasional dan berbentuk badan hukum yang dibuat oleh negara yang memiliki sifat
independen, netral, tidak komersial dan berfungsi untuk memberikan layanan bagi kepentingan masyarakat, sehingga tolak ukur keberhasilannya dinilai dari kepuasan
publik dan dibiayai oleh APBN ditingkat nasional dan APBD ditingkat lokal. Sebagai stasiun radio nasional milik negara RRI tentunya diharapkan mampu
memberikan pendidikan politik yang lebih bagi rakyat dalam era demokrasi saat ini, karena wacana yang muncul dipublik akan semakin cepat dengan adanya komunikasi
publik di radio. Hal ini merupakan medium yang paling ideal dalam kondisi kritis dengan fleksibilitasnya yang mampu mengudara dengan biaya relatif murah,
komunikasi yang dialogis, imajinatif dan memiliki mobilitas yang cukup tinggi. RRI sebagai LPP harus melaksanakan prinsip-prisip LPP , antara lain :
1. LPP adalah lembaga penyiaran semua warga Negara
2. Siaranya harus merefleksikan keberagaman
3. Siarannya harus berbeda dengan lembaga penyiaran lainnya
4. LPP harus menegakan independensi dan netralitas
5. Siarannya harus bervariasi dan berkualitas tinggi
6. Menjadi Flag Carrier dari bangsa Indonesia
7. Mencarminkan Indetitas bangsa
8. Perekat dan pemersatu bangsa.
Selain prinsip-prinsip LPP, RRI juga memiliki tugas pokok sebagai LPP, Memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan
perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang mengjangkau seluruh
wilayah NKRI sesuai dengan Peraturan Pemerintah no.12 Tahun 2005. Tugas LPP RRI dalam melayani seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah NKRI tidak bisa
dilayani dengan satu programa saja, oleh karena itu RRI menyelenggarakan siaran dengan 4 programa:
1. Pro 1 Pusat siaran pemberdayaan masyarakat
2. Pro 2 Pusat siaran kreatifitas anak muda
3. Pro 3 Pusat siaran jaringan berita nasional dan kantor berita radio
4. Pro 4 Pusat siaran budaya dan pendidikan
Sebagai sumber informasi terpercaya sesuai dengan prinsip lembaga penyiaran publik, dalam menyelenggaran siaran RRI berpedoman pada nilai-nilai standar
penyiaran : 1.
Siaran bersifat independet dan netral 2.
Siaran harus memihak pada kebenaran 3.
Siaran memberi pemahaman 4.
Siaran mengurangi ketidakpastian 5.
Siaran berpedoman pada pancasila, UUD 1945 dan kebenaran, serta peraturan yang lainnya.
6. Siaran harus memihak hanya kepada kepentingan NKRI
7. Siaran harus menjaga persatuan, kesatuan dan Kedaulatan NKRI
B. Penelitian Relevan