MANAGEMENT OF CHANGE PADA RADIO REPUBLIK INDONESIA SEJAK BERUBAH MENJADI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK.

(1)

SE PAD JAK BER Diaju u JURUS UNIV MANAG DA RADI RUBAH M ukan kepad untuk Mem guna Memp N SAN ILM FAKUL VERSITA GEMENT O O REPUB MENJADI PUBLI SKRIP da Universit menuhi Seba peroleh Gel Disusun O Christina S NIM 094171 MU ADMIN LTAS ILM AS NEGER 2014 OF CHAN BLIK IND LEMBAG IK PSI

tas Negeri Y agian Persya ar Sarjana Oleh: itorus 144050 NISTRASI MU SOSIA RI YOGYA NGE DONESIA GA PENY Yogyakarta aratan Sosial I NEGAR AL AKARTA YIARAN RA A


(2)

(3)

(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Christina Sitorus

NIM : 09417144050

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial

Judul : “Management of Change pada Radio Republik Indonesia Sejak Berubah Menjadi Lembaga Penyiaran Publik”

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya yang ditulis orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata penulisan karya ilmiah yang lazim.

Tanda tangan penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi dari fakultas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 05 April 2014 Yang menyatakan

Christina Sitorus NIM.09417144050


(5)

v MOTTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah, dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filippi 4: 6-7)

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11 : 28)

Bermimpi, Berlari dan Berdoa


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur penulis kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala curahan anugerah dan pernyertaan yang selalu mengalir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Management of Change pada Radio Republik Indonesia Sejak Berubah Menjadi Lembaga Penyiaran Publik ” . Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Bapakku N. Sitorus dan Mama tercinta M. Sidabalok. Terimakasih untuk curahan cinta dan setiap doa yang selalu kalian panjatkan untukku. Kebanggaan ini milik kalian.

2. Kakak dan Abangku : Evi Lastriani Sitorus dan Midian Sitorus, terimakasih untuk sayang, perhatian dan doa dari kalian.


(7)

vii

MANAGEMENT OF CHANGE PADA RADIO REPUBLIK INDONESIA

SEJAK BERUBAH MENJADI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK

Oleh Christina Sitorus NIM 09417144050

ABSTRAK

Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah untuk menggambarkan Management of Change yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia serta mengidentifikasi hambatan atau kendala yang dialami. Kajian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Perubahan, Konsep Pelayanan Publik,

Management of Change, dan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik.

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Subyek penelitian ini adalah Direktur Utama Radio Republik Indonesia, Direktur Program dan Produksi Radio Republik Indonesia, dan Kepala sub bagian SDM RRI stasiun Yogyakarta. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis interaktif yang memiliki tiga tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa RRI belum mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, hal ini berdasarkan dari hasil yang diperoleh dalam Management of Change yang dilakukan oleh RRI. Management of change

RRI sejak menjadi LPP dapat dilihat dari implementasi strategi dengan melakukan pendekatan langsung dengan masyarakat demi memperbaiki citra RRI yang semula corong pemerintah, perubahan pola komunikasi dari top-down menjadi

top-down dan buttom-up, melakukan pelatihan dan perbaikan secara terus menerus dalam SDM, bertambahnya program penyiaran perluasan jangkauan demi mewujudkan visi RRI yang bertujuan menjadikan RRI mendunia.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga skripsi ini yang berjudul “Management of Change pada Radio Republik Indonesia Sejak Berubah Menjadi Lembaga Penyiaran Publik ” dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna meraih gelar sarjana sosial pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik, apabila tanpa adanya bimbingan, dukungan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab., MA, Rektor UNY yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat., M.Ag, Dekan FIS UNY atas izin diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Lena Satlita, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan Penguji Utama yang telah memberikan izin dan link untuk penelitian dan yang telah memberikan ilmu, kritik dan berbagai masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu F.Winarni, M.Si, Ketua Penguji yang telah memberikan ilmu dan berbagai masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

ix

5. Bapak Yanuardi, M.Si, Dosen pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberikan motivasi, serta meberikan ilmu, waktu dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membekali ilmu pengetahuan sehingga dapat penulis terapkan dalam penulisan skripsi ini.

7. Pak Miko, Admin Jurusan Ilmu Administrasi yang selalu sigap membantu penulis untuk mengurusi keperluan administrasi selama penggarapan skripsi ini dari awal hingga selesai.

8. Ibu Dra. R. Niken Widiastuti, M.Si, Direktur Utama Radio Republik Indonesia, yang telah memberikan ijin penelitian dan telah membantu guna menyelesaikan skripsi.

9. Bapak Adi Suyono, S.Ip, M.M, Kepala sub bagian SDM RRI stasiun Yogyakarta, yang telah memberikan tambahan informasi yang berguna untuk memeperkuat data dalam penelitian ini.

10.Orangtuaku Bapak N. Sitorus dan Mama M. Sidabalok. Terimakasih untuk kata “Selalu Bersyukur” yang selalu kalian ajarkan kepadaku. Terimakasih untuk dukungan doa dan cinta dari kalian. Kebanggan ini milik kalian. 11.Kakakku Evi L Sitorus dan Abangku Midian Sitorus, kalian teladan yang


(10)

x

setiap pembelajaran hidup yang kalian berikan. Kebahagiaan orangtua kita adalah pergumulan kita, namun kebahagiaan mereka hanya sebatas senyuman anak-anaknya.

12.Tante Lina dan Udak Made , serta adek –adek (Asa, Galang, Bintang dan Vasa) Terimakasih untuk setiap dukungan dan pembelajaran lisan yang selalu kalian ajarkan.

13.Keluarga di Lampung dan di Sibolga (Opung, Bapatua, Mamatua, Udak, Tante, Tulang, Nantulang, Amangboru, Namboru, Adek-adek,Sepupu dan Ponakan lainnya) terimakasih untuk setiap dukungan dan doa kalian.

14.Ibu Elia yang menjadi partner melakukan kegilaan dan melewati kebosanan hidup. Terimakasih untuk setiap pembelajaran kedewasaan, dukungan dan celotehnya, yang menjadi semangat untuk tetap fokus mengingat target menyelesaikan Skripsi.

15.Keluarga kecilku Ka.Tina Manik, Ribka, Mba.Meke, Arnis, Efo, Mas Fajar, Ryan, Wulan, Mas Abram, terimakasih untuk tawa dan canda sebagai obat dari kejenuhan dalam mengerjakan skripsi ini.

16.Teman duduk bersama ditiap semester, Maha, Ana, Monik, dan Cicik Kiky. Terimakasi untuk pertemanan ala anak kuliahan tapi rasa SMA, yang pernah kalian suguhkan kepadaku dan terimakasih untuk selalu mendukung dan menemani sehingga skripsi ini cepat terselesaikan.

17.Teman teman autis, Asri, Ein, Tasya, Septa, Bonita dan Riris. Terimakasih untuk kalian, kelulusan dan keberhasilan kalian adalah motor penggerak untuk selalu bersemangat.


(11)

xi

18.Terimakasih untuk segenap Keluarga Gardep 46 (46eng) PT. Aseli Dagadu Djokja, terutama Valent, Clara, dan Ibnuk serta para GABUTERS dan MENDES lainnya. Kegembiraan, tawa dan pengalaman bekerja bersama kalian adalah pelarian dari kejenuhan dan stress dalam mengerjakan skripsi ini.

19.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Harapan penulis adalah apa yang terkandung di dalam skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 05 April 2014 Penulis

Christina Sitorus 09417144050


(12)

xii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Deskripsi Teoritik ... 11

1. Perubahan ... 11

2. Management of Change ... 17

3. Konsep Pelayanan Publik ... 31

4. RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik ... 36

B. Penelitian Relevan ... 41

C. Kerangka Pemikiran ... 43


(13)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Desain Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Subjek Penelitian ... 49

D. Instrumen Penelitian ... 50

E. Sumber Data ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 52

G. Teknik Analisis Data ... ... 54

H. Teknik pemeriksaan Keabsahan Data ... . 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 58

a. Profil Radio Republik Indonesia ... 58

b. Visi dan Misi RRI ... 59

c. Struktur Organisasi LPP RRI ... 61

d. Badan Hukum Instansi ... 62

e. Variasi Siaran ... 58

2. Deskripsi Data Penelitian ... 63

a. Perkembangan Perubahan RRI ... 63

b. Identifikasi Perubahan ... 67

c. Strategi Perubahan ... 74

d. Implementasi Perubahan ... 81


(14)

xiv

f. Kendala Dalam Management Of Change ... 80

B. Pembahasan ... 92

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Implikasi ... 109

C. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111 LAMPIRAN ...


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

1. Skema Tahapan Manajemen Perubahan ... 21

2. Matriks SWOT ... 30

3. Skema Kerangka Pemikiran ... 42

4. Struktur Organisasi RRI ... 57


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara

2. Profil Radio Republik Indonesia

3. Peraturan Pemerintah Reublik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia.


(17)

MANAGEMENT OF CHANGE PADA RADIO REPUBLIK INDONESIA

SEJAK BERUBAH MENJADI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK

Oleh Christina Sitorus NIM 09417144050

ABSTRAK

Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah untuk menggambarkan

Management of Change yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia serta mengidentifikasi

hambatan atau kendala yang dialami. Kajian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Perubahan,

Management of Change, dan RRI sebagai Organisasi Publik.

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Subyek penelitian ini adalah Direktur Utama Radio Republik Indonesia, Direktur Program dan Produksi Radio Republik Indonesia, dan Kepala sub bagian SDM RRI stasiun Yogyakarta. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis interaktif yang memiliki tiga tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa RRI belum mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, hal ini berdasarkan dari hasil yang diperoleh dalam Management of Change yang dilakukan oleh RRI. Management of change RRI sejak menjadi LPP dapat dilihat dari implementasi strategi dengan melakukan pendekatan langsung dengan masyarakat demi memperbaiki citra RRI yang semula corong pemerintah, perubahan pola komunikasi dari top-down menjadi top-down dan buttom-up, melakukan pelatihan dan perbaikan secara terus menerus dalam SDM, bertambahnya program penyiaran perluasan jangkauan demi mewujudkan visi RRI yang bertujuan menjadikan RRI mendunia.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio yang dimiliki oleh Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI). Radio ini memiliki slogan “sekali mengudara, tetap mengudara “, slogan dari radio ini dapat terwujud hingga saat ini, dimana sekarang RRI masih tetap mengudara. RRI merupakan radio yang mempunyai posisi yang strategis, sebab realitasnya RRI masih merupakan satu-satunya jaringan nasional dan mampu menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Eksistensi RRI berawal pada saat awal kemerdekaan, pada saat itu RRI berfungsi sebagai penghubung pemerintah dengan rakyat dalam menghadapi perjuangan bangsa, serta bekerja sebagai organisasi yang cenderung berfungsi untuk kepentingan pemerintah. Peran RRI sampai saat ini sangat jelas selain membantu menyampaikan program-program pemerintah kepada masyarakat, RRI tentunya sangat berperan membantu menjaga stabilitas NKRI dengan memberikan informasi yang mendidik dan cerdas mengenai tema-tema kebangsaan, nasionalisme, pendidikan, dan kebudayaan.

Reformasi di Indonesia yang memunculkan perubahan pada sistem pemerintahan juga berpengaruh terhadap perubahan status RRI. Tuntutan perubahan untuk pembaharuan organisasi RRI sebagai media massa yang dapat mengakomodir semua pihak, golongan dan kepentingan secara independen, telah membuat sebagian besar pemimpin RRI yang masih memiliki hati dan idealisme untuk bersama-sama berani membuat penetapan diri tentang bagaimana eksistensi RRI di masa mendatang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik


(19)

Indonesia Nomor 37 Tahun 2000, tentang pendirian Perusahaan Jawatan (Perjan) menjadikan status RRI sebagai Perjan. Perjan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang berkarakteristik ; tidak mencari keuntungan, memberikan pelayanan kepada publik, merupakan bagian dari suatu departemen pemerintah, dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri atau Direktur Jenderal departemen yang bersangkutan dan status karyawannya adalah pegawai negeri. Sedangkan maksud dan tujuan Perjan adalah menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan jasa yang bermutu dan menandai bagi pemenuhan hajat orang banyak.

Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, RRI saat ini berstatus Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Pasal 14 Undang Undang Nomor 32/2002 menegaskan bahwa RRI adalah LPP yang bersifat independen, netral, tidak komersil dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat. Perubahan ini menyebabkan pergeseran peran RRI, dari yang semula government oriented menjadi public oriented. RRI sebagai LPP juga dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 Tahun 2005 penjabaran lebih lanjut dari Undang Undang Nomor 32/2002. Perubahan RRI menjadi LPP telah melampaui proses yang cukup panjang, dimulai dari semangat perubahan yang berawal dari internal RRI yang menganggap bahwa sudah tidak masanya lagi sebuah radio sebagai corong pemerintah, sosialisasi perubahan ke pihak eksternal, mengadakan kajian-kajian bersama dengan pakar hukum dan komunikasi, dan dengan pemantapan status RRI agar disahkan dalam Undang-undang, sampai akhirnya RRI saat ini menyandang status sebagai LPP . LPP yang bersifat independen, netral, tidak komersil dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat memberi arti bahwa status LPP yang saat ini disandang RRI diharapkan mampu melakukan perubahan pola berhubungan dengan masyarakat, menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan melayani


(20)

masyarakat melalui siaran-siaran yang diberikan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

RRI resmi menjadi LPP sejak Tahun 2005, repositioning dari Institusi Pemerintah ini juga ditandai dengan adanya komitmen menyeluruh karyawan RRI diseluruh Indonesia, untuk turut aktif berpartisipasi dalam melakukan diskusi-diskusi internal maupun eksternal, termasuk mengikuti berbagai pelatihan tentang Public Service Broadcasting di dalam dan luar negeri. RRI merupakan LPP diantara 4 (empat) bentuk lembaga penyiaran lainnya yang

ada di Indonesia, tiga diantaranya yaitu ; lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas dan lembaga penyiaran berlangganan. Konsep public service pada LPP menjadi posisi baru bagi RRI, hal ini menuntut RRI agar membangun image atau citra korporat di benak publik melalui strategi program komunikasi produk menyeluruh dari kantor pusat hingga kantor cabang.

Pembangan image periode pertama RRI sebagai LPP dirasakan belum secara fokus menyentuh core business RRI, tapi lebih pada transformasi nilai untuk mengubah mindset internal atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang sebagian besar masih Pegawai Negeri Sipil (PNS) di era RRI sebagai Radio Pemerintah. Perubahan mindset pada internal RRI yang belum sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, dikarenakan sudah sejak lama RRI menjadi corong pemerintah, yang segala kegiatan dan siaran harus mengikuti apa yang diminta oleh pemerintah, hal ini membuat kalangan internal RRI tidak terbiasa untuk kreatif dan belum bisa menolong dirinya sendiri. Sedangkan LPP adalah lembaga yang tidak hanya menlayani pemerintah melainkan melayani masyarakat juga, secara tidak langsung menuntut internal RRI untuk bergerak lebih kreatif dan inisiatif dalam melayani masyarakat.Pergeseran pola komunikasi juga terjadi dalam RRI dari yang semula top-down


(21)

kini menjadi dua arah top-down dan bottom-up, dimana pada awalnya semua informasi berasal dari pusat yang di siarkan keseluruh wilayah Indonesia, kini pola itu menjadi dua arah informasi dari daerah juga akan disiarkan melalui pusat. Perubahan status RRI tentunya berdampak terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas siaran, peningkatan siaran informasi yang aktual, tepat dan terpercaya, selain itu RRI juga memberikan nilai-nilai edukatif, memberikan porsi pada siaran pendidikan dan seni budaya. Hiburan musik dari manca Negara juga tersaji dalam siaran Voice of Indonesia (siaran Luar Negeri RRI).

Dalam suatu organisasi/perusahaan tentunya memiliki keinginan yang kuat untuk maju dan berkembang lebih baik lagi, untuk itu dalam mempersiapkan menuju organisasi yang lebih maju, maka dibutuhkan strategi untuk melakukan perubahan. Organisasi dalam melakukan perubahan tentunya memperhatikan berbagai aspek yang mendorong mereka untuk melakukan perubahan, mulai dari aspek permodalan yang mereka miliki, aspek penguasaan teknologi informasi, aspek globalisasi ekonomi, aspek persaingan usaha hingga aspek kebijakan pemerintah ditempat mereka beroperasi. Strategi perubahan yang dibuat oleh suatu organisasi tentunya memperhatikan berbagai faktor-faktor yang menjadi alasan bagi suatu organisasi dalam melakukan perubahan, baik dari segi eksternal maupun internal, hal tersebut bisa berupa peluang, kekuatan, kelemahan dan ancaman. Perubahan yang dilakukan oleh manajemen RRI, adalah perubahan yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, dimana reformasi menuntut RRI untuk menjadi radio yang melayani kebutuhan masyarakat, bukan lagi sebagai kaki tangan pemerintah. Kemauan dari pihak internal juga merupakan hal yang paling bepengaruh dalam perubahan RRI, kembalinya semangat Tri Prasetya dalam internal RRI menyebabkan para pemimpin RRI, mulai memikirkan apa yang akan mereka lakukan agar RRI tetap bertahan bahkan menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.


(22)

Perjalanannya perubahan RRI dalam status maupun peran sudah beberapa kali berubah, tidak dapat dipugkiri bahwa hal ini terjadi karena imbas dari perubahan sistem pemerintahan yang terjadi di Negara Indonesia. Pada awal kemerdekaan hingga jaman Presiden Soeharto RRI adalah radio yang dipakai sebagai alat pemerintah, yang menyiarkan hal-hal positif dari pemerintah, setelah itu RRI berubah menjadi Perjan dibawah Kementerian Penerangan, dan saat ini RRI menjadi LPP yang merupakan lembaga independen dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Perubahan status kedudukan inilah yang merupakan fenomena menarik untuk diteliti mengingat RRI yang sebelumnya merupakan radio pemerintah yang menggunakan manajemen versi pemerintah harus berubah menjadi radio publik yang independen, netral dan mandiri. Untuk mengetahui proses perubahan yang dilakukan RRI dalam menyesuaikan diri dengan statusnya sebagai LPP, maka peneliti akan menganalisis dengan Manajemen Perubahan (Management of Change), yang merupakan sebuah proses peyejajaran berkelanjutan sebuah organisasi dengan pasarnya.

Management of Change adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat

yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi, artinya memahami dan menerapkan strategi yang diperlukan dalam menghadapi perubahan dan perkembangan kehidupan baik dari sisi kultur, sosial maupun lingkungan sebagai tempat sebuah organisasi hidup dan berinteraksi. Peran Management of Change sangat diperlukan sebagai titik awal untuk menyesuaikan diri menghadapi transformasi yang ada di RRI, supaya organisasi penyiaran itu dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

Management of Change dalam meyesuaikan diri dengan perubahan, akan sangat bermanfaat

untuk RRI, karena dalam teori Management of Change lebih mendalami faktor internal organisasi dan pemimpin dituntut sebagai pionir yang harus berfikir secara matang akan


(23)

hal-hal yang harus segera diubah dalam organisasinya termasuk juga struktur organisasi dan pembagian tugas pegawai. Proses Management of Change dalam organisasi itu meliputi serangkaian kegiatan yang cukup kompleks, secara garis besar terdiri dari kegiatan fase pencarian (unfreezing), fase mengubah (changing), dan fase pembekuan kembali

(refreezing). Ketiga fase ini akan selalu dialami tiap tiap organisasi yang akan

bertransformasi. Mengingat bahwa kinerja organisasi sangat dipenuhi oleh internal dan proses-proses manajemen dalam organisasi, maka upaya meningkatkan kinerja organisasi tentunya terkait erat dengan peningkatan faktor internal serta proses manajemen. Penggunaan Management of Change dimaksudkan agar arus kebijakan dan berbagai bentuk keputusan serta tindakan yang akan dilaksanakan dalam suatu organisasi dapat dikelolah dengan baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah yaitu sebagai berikut :

1. Perubahan status RRI yang merupakan dampak dari perubahan sistem pemerintahan dan tuntutan reformasi.

2. Perbaikan citra positif RRI, dari radio corong pemerintah menjadi radio Negara. 3. Terbatasnya ruang gerak dalam berinteraksi dengan masyarakat umum, sistem dua

arah yang belum optimal.

4. Strategi yang dilakukan belum optimal, SDM belum mampu menyesuaikan dengan perubahan.


(24)

5. Sulitnya merubah mindset internal RRI, yang terbiasa bergantung pada konsep penyiaran yang sudah disiapkan pemerintah.

6. Perubahan status RRI dan kedudukannya dalam Lembaga Penyiaran Publik. 7. Proses Management of Change dalam menyesuaikan diri dengan status LPP.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan idenfikasi masalah diatas, penelitian ini membatasi masalah dan menfokuskan pada Management of Change pada Radio Republik Indonesia sejak berubah menjadi Lembaga Penyiran Publik. Pembatasan masalah dalam penelitian dimaksudkan agar penelitian ini bisa lebih fokus, selain itu adanya keterbatasan peneliti untuk meneliti beberapa masalah yang dihadapi Radio Republik Indonesia.

D. Rumusan Masalah

Setelah kita mengetahui latar belakang masalah yang teridentifikasi maka dapat dirumuskan masalah yang ada sebagai berikut :

1. Bagaiman proses Management of Change yang dilakukan Radio Republik Indonesia, dalam merespon perubahan status menjadi Lembaga Penyiaran Publik?

2. Apa kendala-kendala dalam melakukan Management of Change yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan statusnya menjadi Lembaga Penyiaran Publik?


(25)

1. Mendapatkan gambaran yang jelas berkaitan dengan proses Management of Change yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia.

2. Mengetahui kendala-kendala dan cara menghadapi kendala yang terjadi pada Radio Republik Indonesia dalam melakukan Management of Change.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Ditinjau dari sudut pandang keilmuan administrasi publik, pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam mengembangkan konsep Management of

Change dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam sebuah organisasi publik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya Management

of Change dalam kehidupan berorganisasi, dalam menghadapi perubahan.

Penelitian ini juga merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

b. Bagi Radio Republik Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan tambahan dan referensi lingkup internal dalam meperbaiki hal yang dirasa kurang dalam penyesuaian dengan perubahan pada Radio Republik Indonesia sebagai Lembaga Penyiaran Publik.


(26)

Dapat dijadikan tambahan bahan referensi bagi penelitian yang akan datang yang mengangkat tema penelitian yang sama.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Perubahan

Menurut Pasmore (1994 ; 3) dalam Wibowo (2011 : 104), memyatakan bahwa perubahan dapat terjadi pada diri kita maupun disekeliling kita, bahkan kadang-kadang kita tidak sadari bahwa hal tersebut berlangsung. Perubahan berarti bahwa kita harus berubah dalam cara mengerjakan atau berfikir tentang sesuatu, yang dapat menjadi mahal dan sulit. Perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari karena dorongan eksternal dan karena adanya kebutuhan internal. Semua organisasi menghadapi lingkungan yang dinamis dan berubah, lingkungan eksternal organisasi cenderung merukapan kekuatan yang mendorong untuk terjadinya perubahan, ada banyak faktor yang bisa membuat dibutuhkannya tindakan perubahan. Disisi lain bagi oganisasi secara internal merasakan adanya kebutuhan akan perubahan. Oleh karena itu, setiap organisasi menghadapi pilhan antara berubah atau mati tertekan oleh kekuatan perubahan. Pakar perilaku di dalam perusahaan, Kreitner dan Kinicki (2001 : 659) dalam Wibowo (2005 : 82) menyatakan bahwa ada dua kekuatan yang dapat mendorong munculnya kebutuhan untuk melakukan perubahan di dalam perusahaan yaitu:

1. Kekuatan eksternal, yaitu kekuatan yang muncul dari luar perusahaan, seperti: karakteristik demografis (usia, pendidikan, tingkat keterampilan, jenis kelamin, imigrasi, dan sebagainya), perkembangan teknologi, perubahan-perubahan di pasar, tekanan-tekanan sosial dan politik.

2. Kekuatan internal, yaitu kekuatan yang muncul dari dalam perusahaan, seperti: masalah-masalah/prospek Sumber Daya Manusia (kebutuhan yang tidak


(28)

terpenuhi, ketidak-puasan kerja. Produktifitas, motivasi kerja, dan sebagainya), perilaku dan keputusan menajemen.

Perubahan juga berpeluang menghadapi resistensi (penolakan), baik individual maupun organisasional, karena merupakan hal yang paling sulit untuk dapat meninggalkan kebiasaan lama yang sudah melekat dengan kuat. Istilah untuk hal ini dalam manajemen dikenal dengan resistensi perubahan (resistance of change). Sikap menolak atas perubahan bisa terjadi karena informasi mengenai perlunya dan dampak bila tidak melakukan perubahan sangat kurang. Bentuk dari penolakan atas perubahan tidak selalu tampak secara langsung dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa dengan jelas terlihat (eksplisit) dan segera misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya, atau bisa juga tersirat (implisit) dan lambat laun misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, dan tingkat absensi meningkat. Hal yang lain juga bisa menjadi masalah seperti tidak tersedianya informasi konfigurasi pada infrakstruktur yang up to date.

Resistensi sering terjadi karena eksekutif dan pekerjaan, karena eksekutif dan pekerja melihat perubahan dari sudut pandang yang berbeda. Bagi manajer senior, perubahan berarti peluang, baik untuk bisnis maupun dirinya sendiri. Akan tetapi banyak pekerja yang memandang perubahan sebagai kekacauan dan gangguan.

Peter Scholres berpandangan bahwa pada dasarnya karyawan tidak menolak berubahan, tetapi mereka menolak di ubah (Stettner, 2003:61) dalam (Wibowo 2005 : 152). Sementara itu, Robbins (2001 : 545) dalam Wibowo (2005: 157), Menyebutkan ada dua kategori penolakan, yaitu resistensi individual dan resistensi organisasi. Resistensi individu dan resistensi kelompok memiliki beberapa faktor, yaitu :


(29)

1. Resistensi Individual

a. Habits (kebiasaan)

b. Security (keamanan)

c. Economic Factors (faktor ekonomi)

d. Fear of the Unknown (ketakutan atas ketidaktahuan)

e. Selective Information Processing (proses informasi selektif)

2. Resistensi Organisasi :

a. Structural Inertia (kelebaman struktural)

b. Limited Focus of Change ( fokus terbatas atas perubahan)

c. Group Inertia (kelebaman kelompok)

d. Threat to Expertise (ancaman terhadap keahlian)

e. Threat to Established Power Relationships (ancaman terhadap hubungan

kekuasaan yang sudah ada)

f. Threat to Established Resources Allocations (ancaman terhadap alokasi

sumberdaya yang sudah ada)

Kurt Lewin menggambarkan ada Tiga tahap model perubahan terencana yang menjelaskan bagaimana mengambil inisiatif, mengelolah dan menstabilisasi proses perubahan. Ketiga tahapan tersebut oleh Robbins (2001 : 551) dalam Wibowo (2005 : 199) dinyatakan dalam unfreezing, movement, dan refreezing yang menjelaskan bagaimana cara mengabil inisiatif, mengelolah dan menstabilisasi proses perubahan. Tiga tahapan model perubahan itu adalah :

a. Unfreezing

Unfreezing atau pencarian merupakan tahapan yang memfokus pada

penciptaan motivasi untuk berubah. Individu didorong untuk mengganti prilaku dan sikap yang lama degan yang diinginkan manajemen. Unfreezing


(30)

merupakan usaha organisasi untuk mengatasi resistensi individual dan kesesuaian kelompok. Proses pencarian tersebut merupakan adu kekuatan antara faktor pendorong dan faktor penghambat bagi perubahan dari status quo. Untuk dapat menerima adanya suatu perubahan, diperlukan adanya kesiapan readiness individu. pencarian ini dimaksudkan agar seseorang tidak terbelenggu oleh keinginan mempertahankan diri dari status quo, dan bersedia membuka diri.

b. Movement atau Changing

Changing merupakan tahapan pembelajaran dimana pekerja diberi

informasi baru, model prilaku baru, atau cara baru dalam melihat sesuatu. Maksudnya adalah membantu pekerja belajar konsep atau titik pandang baru. Para pakar merekomendasikan bahwa yang terbaik adalah untuk menyampaikan gagasan kepada para pekerja bahwa perubahan adalah suatu proses pembelajaran berkelanjutan dan bukannya kejadian sesaat. Dengan demikian, perlu dibangun kesadaran bahwa pada dasarnya kehidupan adalah suatu proses terus menerus.

c. Refreezing

Refreezing adalah pembekuan kembali merupakan tahapan dimana

perubahan yang terjadi distabilisasi dengan membantu pekerja mengintegrasikan perilaku dan sikap yang telah berubah kedalam cara yang normal untuk melakukan sesuatu. Hal ini dilakukan dengan memberi pekerja kesempatan untuk menunjukan prilaku dan sikap yang baru. Sikap dan prilaku yang sudah mapan kembali tersebut perlu dibekukan, sehingga menjadi norma-norma baru yang diakui kebenarannya. Dengan terbentuknya prilaku dan sikap yang baru, perlu diperhatikan apakah masih sesuai dengan perkembangan lingkungan yang terus berlangsung. Apabila ternyata diperlukan perubahan kembali, makan proses Unfreezing akan dimulai kembali.

Setelah memahami tahapan-tahapan dalam perubahan, maka hal yang tidak kalah penting adalah mengenai kekuatan perubahan. Green dan Baron (1997 : 550) dalam Wibowo (2005 : 118), berpendapat bahwa terdapat beberapa fakor yang merupakan kekuatan dibelakang kebutuhan akan perubahan, mereka memisahkan antara perubahan yang terencana dan tidak terencana :

1. Perubahan Terencana

Perubahan terencana adalah aktivitas yang dimaksudkan dan diarahkan dalam sifat dan desainya untuk memenuhi beberapa tujuan organisasi. Antara lain dalam bidang perubahan dalam bidang produk atau jasa, perubahan dalam


(31)

ukuran dan struktur organisasi, perubahan dalam sistem administrasi, dan introduksi teknologi baru.

2. Perubahan Tidak Terencana

Perubahan tidak terencana adalah pergeseran dala aktivitas organisasi karena adanya kekuatan yang sifatnya eksternal, diluar kontrol organisasi. Antara lain adalah pergeseran demografis pekerja, kesenjangan kinerja,peraturan pemerintah, kompetisi global, perubahan kondisi ekonomi, dan kemajuan dalam teknologi.

Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut berpindah dari keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk meningkatkan efektifitas organisasinya. Tujuan perubahan adalah untuk mencari cara baru atau memperbaiki dalam menggunakan resources dan capabilities dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam menciptakan nilai dan meningkatkan hasil yang diinginkan kepada stakeholders.

Semua organisasi merupakan bagian dari sistem sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, masyarakat itu sendiri memiliki sifat dinamis, selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Karakteristik masyarakat seperti itu menuntut organisasi untuk juga memiliki sifat dinamis. Tanpa dinamika yang sejalan dengan dinamika masyarakat, organisasi tidak akan dapat bertahan apalagi berkembang. Ini berarti bahwa perubahan dalam suatu organisasi merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Secara terus menerus organisasi harus menyesuaikan diri dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Proses penyesuaian dengan


(32)

lingkungan merupakan salah satu permasalahan besar yang dihadapi organisasi modern.

Perubahan akan menimbulkan kejadian yang harus dihadapi oleh semua warga organisasi. Meskipun perubahan organisasi tidak langsung memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan organisasi, namun beberapa praktisi tetap meyakini tentang pentingnya suatu organisasi untuk melakukan perubahan.

Perubahan adalahtransformasi dari keadaan yang sekarang menuju keadaan yang

diharapkan di masa yang akan datang. Winardi (2005: 2) menyatakan, bahwa perubahan organisasi adalah tindakan beralihnya sesuatu organisasi dari kondisi yang berlaku kini menuju ke kondisi masa yang akan datang menurut yang di inginkan guna meningkatkan efektivitasnya. Mengingat begitu pentingnya perubahan dalam lingkungan yang bergerak cepat sudah saatnya organisasi tidak menunda perubahan, penundaan berarti akan menghadapkan organisasi pada proses kemunduran.

2. Management of Change

Manajemen perubahan (Management of Change) adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan sarana dan sumberdaya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang terkena dampak proses tersebut (Potts dan LaMarsh 2004 : 16) dalam (Wibowo 2005 : 241). Management of Change adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut. Management of Change adalah suatu proses yang sistematis dengan menerapkan pengetahuan, sarana dan


(33)

sumber daya yang diperlukan organisasi untuk bergeser dari kondisi sekarang menuju kondisi yang diinginkan, yaitu menuju ke arah kinerja yang lebih baik dan untuk mengelola individu yang akan terkena dampak dari proses perubahan tersebut. Manajemen perubahan ditunjuukan untuk memberikan solusi bisnis yang diperlukan dengan sukses dengan cara yang terorganisasi dan denga metode melalui pengelolaan dampak perubahan pada orang yang terlibat didalamnya. Sementara itu perubahan selalu dimulai dengan inisiatif pandangan pada hasil positif. Hambatan paling umum untuk keberhasilan perubahan adalah resistensi manusia.

Menurut Wibowo (2005 : 242) pendekatan dalam management of change adalah, pertama : mengidentifikasi siapa, di antara mereka yang terkrna dampak perubahan, yang mungkin menolak perubahan; kedua, menelusuri sumber, tipe dan tingkat resistensi perubahan yang mungkin ditemukan; ketiga, mendesain strategi yang efektif untuk mengurangi resistensi tersebut. Dengan manajemen perubahan, dapat memperkirakan jumlah resistensi yang mungkin terjadi dan waktu serta uang yang diperlukan berkaitan dengan resistensi. Hal ini memungkinkan orang yang harus melakukan perubahan mengukur faktor penting, sperti apakah perubahan berharga utuk dilakukan dan seberapa kemungkinan keberhasilan yang diperoleh. Memahami mengapa orang menolak perubahan dan bagaimana mengatasi resistensi itu merupakan inti dari manajemen perubahan.

Terdapat dua pedekatan utama untuk manajemen perubahan, yang dinamakan

planned change (perubahan terncana) dan emergent change (perubahan darurat).

Pendekatan yang dipergunakan tergantung pada kondisi lingkungan yang dihadapi. Pada situasi tertentu planned change lebih tepat dan pada kondisi lainnya, mungkin


(34)

emergent change lebih cocok. Bullock dan Butten (2000: 271) dalam Wibowo (2005 : 246), mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan terencana perlu dilakukan empat fase tindakan, yaitu sebagai berikut :

1. Exploration phase (fase eksplorasi)

Dalam tahap ini organisasi menggali dan memutuskan apakah ingin membuat perubahan spesifik dalam operasi, dan jika demikian, mempunyai komitmen terhadap sumber daya untuk merencanakan perubahan.

2. Planning phase (fase perencanaan)

Sekali konsultan dan organisasi membuat kontrak, tahap brikutnya adalah pemahaman masalah dan kepentingan organisasi. Proses perubahan menyangkut pengumpulan informasi dengan maksud menciptakan diagnosis yang tepat tentang masalahnya ; menciptakan tujuan perubahan dan mendesain tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Action phase (fase tindakan)

Organisasi mengimplementasikan perubahan yang ditarik dari perencanaan.

4. Integration phase (fase integrasi)

Tahapan ini dimulai begitu perubahan telah sukses diimplementasikan. Hal ini berkaitan dengan mengonsolidasi dan menstabilisasi perubahan sehingga mereka menjadi bagian yang normal, operasi sehari-hari berjalan dan tidak memerlukan aturan khusus atau mendorong memelihara mereka.

Selain manajemen terencana, terdapat pula pendekatan manjemen darurat


(35)

lima gambaran organisasi yang dapat mengembangkan atau menghalangi keberhasilan perubahan, yaitu sebagai berikut.

1. Struktur Organisasi 2. Budaya Organisasi 3. Organisasi Pembelajar 4. Perilaku manajerial 5. Kekuatan dan politik

Pada dasarnya, perubahan darurat tidak menginginkan kelima faktor tersebut berjalan sendiri-sendiri, tetapi memerlukan kerjasama secara sinergis dari semuanya.

Management of Change dalam organisasi publik merupakan suatu proses untuk

mengubah proses dan prosedur birokrasi publik, dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan pembangunan nasional atau bisa dikatakan pengelolaan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan kinerja yang lebih baik. Dengan demikian Management of Change akan menjadi panduan dasar bagi organisasi dalam menjalani masa transisi dari kondisi saat ini menjadi kondisi yang diharapkan. Management of Change ini juga akan mengenali persoalan yang berpotensi muncul dalam setiap proses perubahan tersebut, serta akan menyediakan alternatif penyelesaiannya.

Perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi biasanya seringkali direncanakan oleh para stakeholder yang terdapat dalam organisasi tersebut yang bertujuan untuk mengembangkan organisasi seperti yang dikemukakan oleh J. Winardi (2005:82) bahwa suatu organisasi yang menginginkan keberhasilan harus terus-menerus melakukan perubahan sabagai bentuk reaksi dari perkembangan-perkembangan yang


(36)

sifatnya penting, seperti kebutuhan para pelanggan, penemuan teknologikal baru dan peraturan-peraturan pemerintah. Selain itu masih menurut J.Winardi (2005:93) yang mengutip pernyataan Sweeney, McFarlin bahwa terdapat tipe perubahan yang berguna bagi perkembangan suatu organaisasi, yaitu berupa perubahan strategik yang mencakup pada postur pertumbuhan, pendekatan berbalik arah, penarikan diri dan stabilisasi.

Dalam rangka proses perubahan tersebut, maka disusunlah strategi perubahan yang memuat rencana dan alokasi sumber daya berdasarkan kebutuhan untuk setiap proses perubahan. Program Management of Change menjadi salah satu faktor suksesnya pelaksanaan reformasi birokrasi, dan dimaksudkan untuk membantu meningkatkan capaian keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi secara efektif dan efisien. Menurut Wibowo (2005 :36) manajemen perubahan merupakan suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari perubahan tesebut.

Dapat disimpulkan bahwa Management of Change adalah proses penyejajaran dengan perubahan, adapun tiga kondisi yang diperlukan dalam mewujudkan perubahan yang efektif adalah :

1. Kesadaran : para stakeholders memahami dan meyakini visi, strategi dan rencana implementasi.

2. Kapabilitas : para stakeholders meyakini bahwa mereka mampu meraih ketrampilan yang dibutuhkan serta mampu menangani dan mengambil keuntungan dari perubahan tersebut.


(37)

3. Keikutsertaan : para stakeholders bisa menghargai tugas dan pekerjaan baru serta peluang untuk berperilaku dengan cara-cara baru ( sikap, ketrampilan, dan cara kerja baru).

Pada masa awal perubahan suatu organisasi tentunya dibarengi dengan adanya perubahan budaya yang dilakukan oleh manajemen atau bentuk pimpinan yang baru dalam mengambil langkah-langkah untuk melembagakan budaya baru dengan menciptakan pola-pola baru dengan berupa simbol-simbol, keyakinan-keyakinan dan struktur-struktur. Menurut Moh. Pabundu Tika (2010 : 77) diperlukan peran pemimpin dalam proses perubahan budaya organisasi yang ada karena mampu menciptakan sebuah tim yang melahirkan suatu visi baru dan strategi dalam mengikat individu-individu yang ada serta memberikan energi yang positif untuk mencapai visi yang ditetapkan meskipun terdapat banyak tantangan dan rintangan yang akan dihadapi.

Dalam Management of Change terdapat pula tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut, pada awalnya organisasi harus mampu mengidentifikasikan perubahan yang terjadi, setelah itu membuat perencanaan strategis dalam menghadapi perubahan yang selanjutanya dari perencanaan strategis yang ada dimplementasikan oleh organisasi perusahaan, setelah itu organisasi harus melakukan evaluasi dari strategi yang telah diimplementasikan dan melakukan perbaikan untuk menjalankan langkah selanjutnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar skema tahapan manajemen perubahan berikut :


(38)

Identifikasi  Perubahan

Melakukan identifikasi faktor‐faktor ataupun sumber‐sumber  perubahan

Perencanaan  Perubahan

Melakukan atau membuat perencanaan strategis dalam  menghadapi Perubahan

Implementasi  Perubahan

Menjalankan perencanaan strategis dalam menghadapi  perubahan

Evaluasi dan  Umpan Balik

Melakukan tahap evaluasi terhadap strategi yang telah dilakukanMenjalankan strategi perbaikan dalam menghadapi perubahan

Gambar 1. Skema Tahapan Manajemen Perubahan

Berdasarkan skema yang ada dalam tahapan manajemen perubahan diatas, dikatakan bahwa ada 4 proses penting dalam perubahan, yaitu :

1. Identifikasi Perubahan

Pada awalnya suatu organisasi harus mampu mengidentifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan suatu organisasi melakukan sebuah perubahan. Seperti kita ketahui sebelumnya dalam pembahasan pengertian perubahan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi organisasi dalam melakukan perubahan seperti masalah teknologi, konsumen, persaingan global dan kebijakan pemerintah. Untuk itu dalam tahapan ini stakeholder dalam suatu organisasi harus mampu melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang ada.


(39)

2. Perencanaan Stratejik Dalam Menghadapi Perubahan

Sebuah organisasi baik organisasi profit maupun organisasi non profit untuk mencapai suatu yang menjadi tujuan yang diinginkan organisasi maka perlu untuk dibentuk adanya suatu strategi. Adanya strategi sangat penting, mengingat makin pesatnya kemajuan teknologi informasi dan tingginya persaingan dan ancaman baik dari internal maupun eksternal organisasi. Adanya persaingan menuntut organisasi untuk memiliki strategi yang tepat yang dapat diandalkan untuk mengatasi ancaman yang ada. Ancaman yang ada tersebut dapat berupa sumber daya organisasi yang terbatas, ketidakpastian dari daya saing yang dimiliki organisasi, keputusan-keputusan yang dibuat dan tidak adanya kepastian mengenai pengendalian inisiatif. Dari ancaman-ancaman tersebut itulah (baik dari internal maupun eksternal organisasi) nantinya akan dapat dirumuskan suatu strategi untuk mengatasi ancaman yag dihadapi.

Dalam studi kepustakaan ada beberapa pakar yang mengemukakan konsep tentang strategi. Menurut Kuncoro (2006:1) yang mengutip pernyataan Chandler , strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal senada juga dikemukakan oleh Kuncoro (2006: 1) yang mengutip pendapat Andrews, bahwa strategi adalah pola, sasaran, tujuan, dan kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan atau yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan. Berdasarkan definisi diatas maka dapat


(40)

disimpulkan bahwa strategi adalah suatu cara atau teknik yang digunakan dan diterapkan pada sebuah organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka panjang yang telah ditetapkan menjadi visi dan misi dari organisasi tersebut. Strategi dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan organisasi dan perluasan dari misi yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi maupun perusahaan. Strategi dapat dilakukan dengan menyesuaikan apa yang menjadi tujuan atau mandat dari suatu organisasi dengan lingkungan dimana strategi itu akan diterapkan atau diimplementasikan. Penyesuaian dengan lingkungan yang ada disekitar tersebut sekaligus untuk mengetahui ancaman maupun peluang dari faktor-faktor lingkungan baik faktor-faktor internal maupun eksternal dari organisasi.

Analisis SWOT adalah analisis yang dirasa cocok untuk menganalisis strategi perubanah, dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki organisasi. Menurut Freddy Rangkuti (1997:18) analisis SWOT adalah indentifikasi dari berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat juga

meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Merujuk pada pendapat Freddy Rangkuti (1997:19) yang menyatakanbahwa proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang danancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.


(41)

Analisis SWOT menurut Pearce dan Robinson (2009: 201) terdiri dari empat faktor, yaitu:

a. Strengths (kekuatan)

Merupakan sumber daya atau kapabilitas yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat perusahaan lebih unggul dibandingkan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang dilayaninya.

b. Weakness (kelemahan)

Merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumberdaya atau kapabilitas suatu perusahaan terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif.

c. Opportunities (peluang)

Merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan.

d. Threats (ancaman)

Merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.

Analisis SWOT pada organisasi dapat digunakan untuk memetakan keunggulan yang dimiliki dengan kelemahan yang ada dan untuk mengetahui apa yang menjadi peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar organisasi, baik dari lingkungan eksternal maupun internal organisasi maka dengan begitu akan lebih mudah untuk melakukan suatu perumusan suatu strategi yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Proses dalam pembuatan strategi dengan menggunakan analisis SWOT yaitu setelah dibuat pemetaan analisis SWOT organisasi, maka selanjutnya adalah dibuatlah tabel matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength (Kekuatan)

dan Weakness (Kelemahan) dengan faktor luar Opportunity (Peluang) dan Threat


(42)

Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.

Selain pemilihan alternative analisis SWOT juga bisa digunakan untuk melakukan perbaikan dan improvisasi, dengan mengetahui kelebihan (Strength dan opportunity) dan kelemahan (weakness dan threat), maka perusahaan atau organisasi melakukan strategi untuk melakukan perbaikan diri. Salah satu strateginya adalah dengan meningkatkan kekuatan dan peluang dan mengurangi kekurangan serta ancaman yang ada. Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

IFAS EFAS

STRENGTHS (S)

• Tentukan 5-10 faktor faktor kekuatan internal WEAKNESS (W) • 0,30 tentukan 5-10 kelemahan internal OPPORTUNITIE S (O)

• Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memenfaatkan peluang TREATHS (T)

• Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang Menggunakan kekuatanuntuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Gambar 2. Matriks SWOT (Freddy Rangkuti: 1997: 31)


(43)

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman

3. Implementasi Strategi Perubahan

Dalam sebuah organisasi setelah mampu mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab perubahan dan membuat perencanaan stratejik dalam menghadapi perubahan tentunya tahapan selanjutnya adalah menjalankan atau mengimplementasikan perencanaan stratejik yang ada dalam menghadapi perubahan. Dalam proses implementasi strategi perubahan semua stakeholder menjalankan strategi yang telah dibuat secara terstruktur agar strategi perubahan yang telah dirancang oleh sebuah organisasi dapat tepat sasaran. Pada tahapan ini menurut J.Winardi (2005:97) agen perubahan harus mampu mengidentifikasikan tingkatan dimaana mereka akan diarahkan, sehingga mereka mamapu memberikan target tingkatan agar mampu mengubah individu-individu, kelompok-keleompok dan atau seluruh organisasi.

4. Evaluasi dan Umpan balik Strategi Perubahan

Suatu evaluasi dan umpan balik strategi perubahan sangatlah penting untuk dianalisis, hal ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian


(44)

capai visi dan misi atau tujuan dari sebuah organsisasi. Evaluasi merupakan tindakan akhir dari sebuah strategi, namun evaluasi adalah tahap awal dari strategi selanjutnya. Dengan menganalisis kesesuaian antara penyebab perubahan, strategi perubahan dan implementasi perubahan , maka penulis menarik kesimpulan bahwa dalam sebuah evaluasi dapat menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. Tujuan dan sasaran perubahan, tujuan merupakan keinginan yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang akan datang dan relatif panjang serta tidak terbatas waktu. Sedangkan sasaran lebih menekankan pada kegiatan untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu yang relatif singkat dan dapat diukur atau dihitung.

b. Lingkungan, suatu organisasi pasti berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya dan menjadikan organisasi tidak dapat tertutup dari lingkungan. Sehingga penyesuaian perlu dilakukan.

c. Kemampuan internal, berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi untuk menghadapi lingkungannya.

d. Kompetisi, dalam pembuatan strategi tentu tidak terlepas dari adanya kompetisi.

3. Konsep Pelayanan Publik

Administrasi adalah kegiatan pelayanan, salah satu fungsinya dalam pembangunan adalah menyelenggarakan pelayanan publik. Sondan P Siagian mengatakan, teori klasik administrasi Negara mengajarkan bahwa pemerintah Negara pada hakikatnya menyelenggarakn dua jenis fungsi utama yaitu fungsi pengaturan


(45)

dan fungsi pelayanan. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat Negara modern sebagai suatu Negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan hakikat Negara sebagai suatu Negara kesatuan (welfare state), baik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pelaksanaannya dipercayakan kepada aparatur pemerintah tertentu yang secara fungsional bertanggung jawab atas bidang tertentu kedua fungsi tersebut (Siagian 1992 : 128).

Pelayanan merupakan suatu kinerja tidak berwujud dan dapat cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta penguna layanan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam mengkonsumsi pelayanan tersebut. Istilah lain yang sama artinya dengan pelayanan yaitu pengabdian atau pengayoman dari seorang administrator diharapkan akan tercermin dari sifat-sifat memberikan pelayanan publik. Pengabdian kepada kepentingan umum dan memberikan pengayoman kepada masyarakat yang lemah dan kecil, administrator lebih mendahulukan kepentingan masyarakat ketimbang kepentingan sendiri. Mifta thoha menyebutkan pelayanan publik sebagai pelayanan sosial, meurutnya pelayanan sosial meruapakan suatu usaha yang dilakukan seseorang atau kelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan kemudahan dan bantuan pada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Thoha, 1991 : 176-177).

Pelaksanaan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial warga Negara. Siagian (1972, 45) mengatakan bahwa salah satu fungsi pemerintah dalam pembangunan adalah sebagai innovator terutama dalam administrasi Negara itu sendiri, yang bererti bahwa


(46)

produktifitas aparat pemerintah sendiri meningkat dan pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih baik dan lebih cepat.

Ratminto, (2000 : 6) mengartikan pelayanan publik sebagai penyedia barang-barang dan jasa-jasa publik yang pada hakekatnya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi pelaksanaannya dapat dilakukan oleh sektor swasta. Pelayanan publik dibedakan menjadi tiga macam :

a. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh privat, yaitu semua penyedia barang dan jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta seperti, Rumah Sakit swasta, PTS, perusahaan angkutan milik swasta.

b. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh publik dan bersifat primer, yaitu semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang didalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan konsumen mau tidak mau harus memanfaatkannya, misalnya pelayanan dikantor migrasi, pelayanan panjara dan perizinan.

c. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh publik yang bersifat sekunder, yaitu segala bentuk penyediaan barang atau jasa publik yang diiselenggarakan oleh publik, tetapi yang didalamnya konsumen tidak harus menggunakannya karenaa adanya beberapa penyelenggaan pelayanan, misalnya program asuransi tenaga kerja, program pendidikan dan pelayanan yang diberika oleh BUMN.

Mifta Thoha (1991 : 39) mengatakan pelayanan publik atau pelayanan sosial menjadi penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat menyangkut kepentingan orang banyak oleh karena itu maka pelayanan sosial


(47)

menjadi sangat rentan apabila kurang sedikit saja pemberian pelayanan, maka akan dapat menyiggung komentar orang yang merasakan pelayanan sosial tersebut.

Melihat pengertian dan tujuan dari pelayanan publik dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat lebih-lebih pada masa sekarang ini dengan bergulirnya reformasi telah membawa suatu perubahan di segala bidang seiring dengan pertumbuhan IPTEK, yang diikuti dengan tuntutan peningkatan kesejahteraan secara umum, telah mengikuti kesadaran manusia atas martabat dan makna kehidupan. Kesadaran ini kemudian telah menghadirkan berbagai tuntutan yang semakin tinggi lagi akan peran organisasi terutama pemerintah untuk mewujudkan kehidupam masa depan dengan lebih baik. Pelayanan publik mendapat tuntutan dari masyarakat seiring dengan semakin banyaknya kebutuhan di samping keinginan masyarakat untuk mendapatkan suatu pelayanan publik yang baik menjadi dambaan.

Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Pelayanan dibidang komunikasi merupaka salah satu pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebab dalam kehidupan sehari-hari komunikasi memegang peranan yang penting. Komunikasi


(48)

bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran atau pesan dari seseorang kepada yang lain. Komunikasi merupakan segala upaya untuk mempengaruhi orang lain, yaitu mekanisme yang menimbulkan dan mengembangkan hubungan manusia, dengan menggunakan lambang dan pikiran bersama melalui sarana-sarana dan alat-alat untuk menyiarkan lambang dalam ruang dan waktu.

Media massa berfungsi sebagai alat yang memungkinkan komunikasi berlangsung jarak jauh. Media tersebut adalah alat-alat yang terdapat didalam proses komunikasi guna melipatgandakan tulisan (surat kabar) atau menerjemahkan pemandangan dan pendengaran ( TV dan film) atau pendengaran saja (radio). Saluran media masa adalah semua alat penyampaian pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai sasaran yang luas dan tak dikenal. Radio merupakan sarana yang memungkinkan sumber informasi sampai ke audience yang banyak dan tersebar. Setiap program radio dibuat tentunya untuk memenuhi selera khalayak agar tujuan tercapai dengan baik secara efektif dan efisien maka diperlukan mekanisme penyelenggaraan siaran melalui mekanisme yang telah ditetapkan. Diharapkan proses siaran dapat bekerja secara optimal, mendukung dan mengarah pada tercapainya tujuan siaran tersebut. Mekanisme penyelengaraan penyiaran dapat dikatakan baik apabila semua sumber daya yang ada dapat bekerja secara optimal sehingga proses siaran dapat berjalan dengan lancar dan baik agar tujuan program siaran dapat tercapai. Tujuan diadakannya program siaran, adalah untuk memenuhi kebutuhan khalayak pendengar, jika mekanisme kerja dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat diharapkan tujuan siaran dapat tercapai, dengan demikian dapat diharapkan pula perhatian dari khalayak terhadap penyiaran tersebut.


(49)

4. RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik

Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Radio Republik Indonesia (RRI) adalah stasiun radio milik Negara Indonesia. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, RRI terdiri dari Dewan Pengawas dan Dewan Direksi. Dewan Pengawas yang berjumlah 5 orang terdiri dari unsur publik, pemerintah dan RRI. Dewan Pengawas yang merupakan wujud representasi dan supervisi publik memilih Dewan Direksi yang berjumlah 5 orang yang bertugas melaksanakan kebijakan penyiaran dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan penyiaran. Status sebagai Lembaga Penyiaran Publik juga ditegaskan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 tahun 2005 yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Nomor 32/2002.

Radio Republik Indonesia, secara resmi didirikan pada tanggal 11 September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, Jalan Menteng Dalam Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. Rapat tersebut juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI. Butir Tri Prasetya yang ketiga merefleksikan komitmen RRI untuk bersikap netral tidak memihak kepada salah satu


(50)

aliran/keyakinan partai atau golongan. Hal ini memberikan dorongan serta semangat kepada penyiar RRI pada era Reformasi untuk menjadikan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan mandiri serta senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

Sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik selama hampir 5 tahun sejak tahun 2000, RRI berstatus sebagai Perusahaan Jawatan(Perjan) yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tidak mencari untung. Dalam status Perusahaan Jawatan, RRI telah menjalankan prinsip-prinsip radio publik yang independen. Perusahaan Jawatan dapat dikatakan sebagai status transisi dari Lembaga Penyiaran Pemerintah menuju Lembaga Penyiaran Publik pada masa reformasi.

Likuidasi Departemen Penerangan oleh Pemerintah Presiden Abdurahman Wahid dijadikan momentum dari sebuah proses perubahan Government Owned

Radio ke arah Public Service Broadcasting dengan didasari Peraturan

Pemerintah Nomor 37 tahun 2000 yang ditandatangani Presiden RI tanggal 7 Juni 2000. Kedudukan Status Radio Republik Indonesia yang semula sebagai Perusahaan Jawatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2000 secara dinamis dengan proses yang cukup panjang berganti status sejak tahun 2005 berdasarkan Peraturan Pemerintahnomor 11 Tahun 2005 sebagai Lembaga Penyiaran Publik. Dewasa ini RRI mempunyai 67 stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran khusus yang ditujukan ke Luar Negeri, "Suara Indonesia". Konsep penyiaran RRI yang sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik lebih banyak prosentasenya pada produk tergolong “broadcasting”, namun sejak tahun 2005 menjadi lebih cenderung bervariatif karena RRI juga mampu membuat program siarannya dalam kategori


(51)

“narrow-casting” seperti program siaran pendidikan untuk memperkuat pembentukan karakter bangsa (nation building) dan mendorong persatuan dan kesatuan bangsa. Lembaga penyiaran publik yang memiliki cakupan luas secara nasional dan berbentuk badan hukum yang dibuat oleh negara yang memiliki sifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi untuk memberikan layanan bagi kepentingan masyarakat, sehingga tolak ukur keberhasilannya dinilai dari kepuasan publik dan dibiayai oleh APBN ditingkat nasional dan APBD ditingkat lokal.

Sebagai stasiun radio nasional milik negara RRI tentunya diharapkan mampu memberikan pendidikan politik yang lebih bagi rakyat dalam era demokrasi saat ini, karena wacana yang muncul dipublik akan semakin cepat dengan adanya komunikasi publik di radio. Hal ini merupakan medium yang paling ideal dalam kondisi kritis dengan fleksibilitasnya yang mampu mengudara dengan biaya relatif murah, komunikasi yang dialogis, imajinatif dan memiliki mobilitas yang cukup tinggi. RRI sebagai LPP harus melaksanakan prinsip-prisip LPP , antara lain :

1. LPP adalah lembaga penyiaran semua warga Negara 2. Siaranya harus merefleksikan keberagaman

3. Siarannya harus berbeda dengan lembaga penyiaran lainnya 4. LPP harus menegakan independensi dan netralitas

5. Siarannya harus bervariasi dan berkualitas tinggi 6. Menjadi Flag Carrier dari bangsa Indonesia 7. Mencarminkan Indetitas bangsa


(52)

Selain prinsip-prinsip LPP, RRI juga memiliki tugas pokok sebagai LPP, Memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang mengjangkau seluruh wilayah NKRI sesuai dengan Peraturan Pemerintah no.12 Tahun 2005. Tugas LPP RRI dalam melayani seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah NKRI tidak bisa dilayani dengan satu programa saja, oleh karena itu RRI menyelenggarakan siaran dengan 4 programa:

1. Pro 1 Pusat siaran pemberdayaan masyarakat 2. Pro 2 Pusat siaran kreatifitas anak muda

3. Pro 3 Pusat siaran jaringan berita nasional dan kantor berita radio 4. Pro 4 Pusat siaran budaya dan pendidikan

Sebagai sumber informasi terpercaya sesuai dengan prinsip lembaga penyiaran publik, dalam menyelenggaran siaran RRI berpedoman pada nilai-nilai standar penyiaran :

1. Siaran bersifat independet dan netral 2. Siaran harus memihak pada kebenaran 3. Siaran memberi pemahaman

4. Siaran mengurangi ketidakpastian

5. Siaran berpedoman pada pancasila, UUD 1945 dan kebenaran, serta peraturan yang lainnya.

6. Siaran harus memihak hanya kepada kepentingan NKRI


(53)

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian Dra. Rosarita Niken Widiastuti tahun 2005 dalam Tesis yang berjudul “ Perubahan status Radio Republik Indonesia :: Dari Radio Pemerintah menjadi Lembaga Penyiaran Publik “. Dari penelitian tentang perubahan fungsi RRI menjadi lembaga Penyiaran Publik sesuai UU No. 32 tahun 2002, menunjukkan peningkatan kuantitas maupun kualitas siaran. Sedangkan dari aspek pendapatan RRI juga mengalami peningkatan, lebih lanjut diharapkan RRI dapat menjadi lembaga yang dinamis, kreatif dan sejahtera (wealth creating institution). Dengan adanya perubahan kelembagaan ini, RRI tidak lagi menjadi alat (corong) pemerintah melainkan mempunyai tugas melayani masyarakat, namun perubahan mindset sumber daya manusia di lingkungan RRI belum sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Relevansi penelitian yang dilakukann oleh Dra. Rosarita Niken Widiastuti dengan peneliti adalah ingin mengetahui mengenai perubahan status RRI dari radio pemerintah yang beralih menjadi LPP.

2. Penelitian Ayu Fibri Winarti tahun 2009 dalam Skripsi yang berjudul “ Manajemen Penyiaran TVRI Daerah Pasca Transformasi Menjadi Televisi Publik “ Hasil dari penelitian ini dilihat dari manajemen penyiaran sebelum dan sesudah transformasi TVRI Stasiun DIY menjadi televisi publik, sebagian telah mengalami perubahan dan sebagian lagi belum mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain, pada manajemen penyiarannya yang meliputi organizing dan actuating, sumber daya manusia serta program-program acara yang diproduksi. Sedangkan perubahan yang


(54)

belum terjadi pada manajemen penyiarannya, yaitu terdapat pada proses perencanaan siarannya dan pengawasannya. Selain itu, TVRI Stasiun DIY pun memiliki beberapa kendala manajerial. Relevansi penelitian yang dilakukan Ayu Fibri Winarti dengan peneliti adalah ingin mengetahui manajemen perubahan media publik dalam menghadapi transformasi dengan perubahan.

3. Penelitian Hermin Susanti tahun 2009 , dengan skripsi berjudul “ Implementasi UU No. 32 Tahun 2002 Pada TVRI (Studi Pada TVRI Stasiun Jawa Timur) “ Perubahan status TVRI dari Persero menjadi TV publik sebagaimana amanah Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Secara efektif baru diimplementasikan pada tahun 2006 tepatnya pada tanggal 24 Agustus. Dengan demikian jajaran direksi dan karyawan TVRI memiliki waktu kurang 3 tahun untuk menghadapi perubahan status dan pengelolaan TVRI dari Persero Menjadi TV Publik. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan : (1). Manajemen berupaya menjaga eksistensi TVRI dengan segala keterbatasannya terutama masalah dana serta lemahnya daya saing TVRI dengan televisi swasta dalam penyajian program dan kualitas tayangan. TVRI belum mampu secara optimal mengimplementasikan UU No. 32 tahun 2002 menjadi lembaga penyiaran publik karena kompleksitas permasalahan baik internal maupun eksternal yang harus diselesaikan. Relevansi penelitian yang dilakukan Hermin Susanti dengan peneliti adalah ingin mengetahui implementasi UU No. 32 tahun 2002 tentang LPP di media publik.

C. Kerangka Pemikiran

Perubahan adalah proses yang tidak akan pernah berhenti, begitu pula dengan Radio Republik Indonesia, RRI mengalami perubahan status kelembagaan, peralihan dari


(55)

Perusahaan Jawatan menjadi Lembaga Penyiaran Publik. Perubahan tentunya memerlukan penyesuaian, dimana penyesuaian itu dapat diatasi dengan Management of Change. penelitian ini terdapat arah kerangka berpikir yang akan menjadi arah penelitian, yaitu bebagai berikut :

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

RRI Sebelum Menjadi LPP 

RRI Sebagai  LPP 

Managemen of Change 

Identifikasi 

 Perubahan 

Strategi 

Menghadapi 

Perubahan 

Implementasi 

Perubahan 

Evaluasi 

Perubahan 


(56)

Dalam peneilitan ini memiliki kerangka berpikir yang tertuang dalam suatu skema berpikir yang terbagi dalam beberapa tahapan. Pada tahapan pertama dapat ditarik sedikit kebelakang mengenai RRI sebelum menjadi Lembaga penyiaran publik, dengan seperti itu selanjutnya dapat diidentifikasi mengenai perubahan RRI, kenapa RRI harus berubah dan apa maksud dan tujuan RRI berubah menjadi LPP. Menurut J. Winardi (2005:2), perubahan dalam organisasi adalah sesuatu yang diinginkan oleh organisasi yang menginginkan perbaikan dari kondisi yang ada pada saat ini menjadi kondisi yang lebih baik dimasa yang akan datang. RRI sebagai organisasi dalam melakukan perubahan tentunya menginginkan sebuah pertumbuhan yang nyata bagi mereka dimasa mendatang. Untuk itu bentuk perubahan yang dilakukan adalah dengan melakukan perubahan stratejik yang menurut J.Winardi (2005:92) melalui cakupan postur pertumbuhan, pendekatan berbalik arah, penarikan diri dan stabilisasi. Sehingga dibutuhkan perencanaan strategis dalam jangka panjang yang memiliki target yang jelas sehingga perubahan yang dilakukan akan tepat sasaran, dalam penelitian ini strategi akan dianalisis menggunakan analisa SWOT yang merupakan cakupan dari faktor-faktor kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang yang dimiliki oleh organisasi. Dalam menjalankan strategi perubahan yang ada tentunya organisasi akan membuat Key Performance Indicator yang menjadi tolak ukur apakah strategi perubahan sudah dijalankan sebagaimana mestinya agar dapat mencapai hasil perubahan sesuai yang dinginkan oleh manajemen RRI.

Setelah mendapatkan gambaran yang jelas mengenai strategi yang akan dipakai RRI dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, maka saatnya RRI


(57)

mengimplementasikan apa yang menjadi rencana mereka, dan tahapan terakhir adalah tahapan evaluasi, dari tahap evaluasi ini akan terlihat sejauh mana RRI berhasil menyesuaikan diri dengan perubahan dan apasaja yang perlu untuk diperbaiki dimasa mendatang dengan membuat strategi yang baru lagi.

D. Pertanyaan penelitian

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini meliputi : 1. Mengapa perlu adanya perubahan status dalam Radio Republik Indonesia? 2. Apakah perubahan tersebut benar-benar dilaksanakan?

3. Apakah kelemahan Radio Republik Indonesia ketika hanya untuk kepentingan pemerintah sehingga perlu diubah? Dan apa kelebihan RRI ketika menjadi lebih Go

Public?

4. Strategi apa sajakan yang digunakan dalam menghadapi perubahan tersebut? 5. Apa sajakah yang akan dilaksanakan organisasi ketika merespon perubahan?

6. Perubahan apa sajakah yang telah dilakukan organisasi dalam menyesuikan diri dengan perubahan tersebut?

7. Seberapa jauh hasil yang telah dicapai RRI setelah berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik?


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelian

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif. Sugiyono (2010:11), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Jenis penelitian deskriptif akan menghasilkan data yang berupa kata-kata dan bukan angka-angka sehingga data ini termasuk dalam data kualitatif., metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini lembaga yang menjadi tempat penelitian adalah Radio Republik Indonesia, yang terletak di Jalan Merdeka Barat No. 4-5 Jakarta pusat. Alasan mengapa Radio Republik Indonesia menjadi objek penelitian, karena Radio Republik Indonesia adalah instansi yang melakukan Management of Change untuk merespon perubahan status menjadi Lembaga Penyiaran Publik. Waktu penelitian yaitu 12 Desember – 12 Februari 2014.


(59)

Subjek dalam penelitian ini adalah para pemimpin RRI. Pemimpin RRI atau pihak internal yang dimaksud disini adalah pihak-pihak yang dapat memberikan informasi mengenai Management of Change dan keadaan yang sebenarnya dari objek penelitian sehingga data yang dihasilkan lebih akurat. Adapun Pihak-pihak yang dipilih menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Informan I : Dra. R. Niken Widiastuti, M.Si sebagai Direktur Utama Radio Republik Indonesia, wawancara dilakukan untuk mendapatkan data bagaimana Radio Republik Indonesia menyiapkan perubahan dan melakukan Management of

Change dalam menghadapi perubahan menjadi Lembaga Penyiaran Publik

2. Informan II : M. Kabul Budiono, S.Pd sebagai Direktur Program dan Produksi Radio Republik Indonesia, wawancara dilakukan untuk memperoleh data apa saja perbaikan pada Radio Republik Indonesia dalam mewujudkan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik

3. Informan III : Bapak Adi Suyono, S.Ip, M.M sebagai Kepala Sub. Bagian SDM Radio Republik Indonesia satasiun Yogyakarta, wawancara dilakukan untuk memperoleh data bagaimana perubahan yang terjadi di Radio Republik Indonesia.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2010:8), dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci. Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen penelitian yaitu


(1)

dianalisis menggunakan analisa SWOT yang kemudian perencanaan strategis yang ada dimplementasikan oleh organisasi , setelah itu organisasi harus melakukan evaluasi yang dapat digunakan untuk melakukan perbaikan selanjutnya. Maka Management of Change pada RRI sejak berubah menjadi LPP adalah sebagai berikut:

1. Analisa Perubahan

RRI adalah lembaga yang mengalami perubahan, perubahan tersebut adalah peralihan dari Perusahaan Jawatan menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang merupakan salah satu badan hukum yang didirikan oleh negara dan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 tahun 2005, dan berkedudukan langsung di bawah Presiden Republik Indonesia, dengan begitu dapat disimpulkan pula bahwa RRI bertanggung jawab langsung kepada Presiden atas segala aktivitasnya. Perubahan status RRI dari Perjan menjadi LPP dikarenakan tuntutan reformasi, keinginan internal dan tuntutan eksternal

2. Analisis Visi dan Misi

RRI sebagai LPP Indonesia telah memiliki visi, misi dalam menjalankan fungsinya sesuai dengan yang dijabarkan diatas. Visi dan misi yang ditetapkan oleh RRI menunjukan satu arah atau tujuan yang ingin dicapai secara jelas. Visi RRI adalah menjadikan LPP RRI radio berjaringan terluas, pembangunan karakter bangsa, berkelas dunia, dapat memberi makna bahwa RRI berupaya untuk menjadi salah satu media massa dalam bidang penyiaran yang memiliki jaringan terluas hingga mencapai pelosok negeri, sehingga informasi yang diberikan dapat sampai keseluruh masyarakat Indonesia bahkan diluar negeri, karena RRI memiliki siaran yang juga dapat didengarkan diluar negeri. RRI adalah radio yang berusaha untuk membangun karater bangsa, hal ini diwujudkan lewat siaran RRI yang berisi informasi pendidikan, siaran kebudayaan dan hiburan yang sehat. Dari visi tersebut kemudian dirumuskan misi yang akan dituju agar terwujud peningkatan pelayanan, dan merupakan upaya yang dilakukan oleh RRI untuk mewujudkan visi yang menjadi tujuan besar organisasi yang ingin dicapai.

3. Management of Change

Peningkatan konten RRI terlihat jelas dengan pembagian 4 segmen yang berbeda-beda. Pro 1 yang bergerak pada pemberdayaan masyarakat, yang


(2)

melingkupi masyarakat secara umum. Isi dari siaran Pro 1 adalah membantu masyarakat memecahkan atau mencari solusi dari masalah yang dihadapi, agar masyarakat bisa mengatasinya sendiri, lebih mandiri dan bisa lebih menolong dirinya sendiri. Pro 2 atau biasa disebut pusat kreatifitas anak muda, yang bisa memacu kreatifitas remaja dengan semboyan dari, untuk dan oleh anak muda. Kegiatan kegiatan yang biasa dilakukan dalam Pro 2 adalah, Pekan kreatif remaja, festival band, lomba desain, cipta lagu, band indi , lomba handy craft, segala macam lomba untuk memacu kreatifitas anak muda. Jaringan berita nasional atau Pro 3, siaran pemberitaan yang menganut sistem top down dan bottom up. Adanya dialog tentang ideology, politik, hankam, dan mencari solusi dari berbagai permasalahan.

Pro 4 yang merupakan pusat siaran budaya dan pendidikan. Beraneka ragam budaya yang ada di Indonesia dan disiarkan di pro 4, dimaksudkan sebagai jembatan gap budaya (kesenjangan/jurang pemisah). Tidak semua RRI di Indonesia mempunyai 4 programa, RRI yang terletak didaerah perbatasan hanya satu programa, yang sifatnya hanya untuk information safety belt. Perubahan yang sangat menonjol dalam bidang SDM berupa perubahan sikap dan mental. Dapat dilihat dari PRO 3 sebagai bagian terpenting dari pusat pemberitaan, PRO 3 lebih berani berkreasi, walau belum seluruhnya melakukan tindakan yang mungkin dulu ditabukan. Perubahan pola pikir dan kinerja juga menghasilkan bobot siaran yang berbeda, reporter dan penyiar RRI tidak lagi takut untuk menyampaikan kritik yang dating dari masyarakat dan juga analisa-analisanya. Keberanian tampil beda, tapi tidak gegabah.

Dalam melakukan perbaikan SDM, dimana dalam melakukan hal ini RRI menjalin kerjasama dengan radio Swedia, RRI melakukan beberapa cara diantaranya yaitu memberikan pelatihan kepada pegawai terkait dengan penyiaran, manajemen perubahan, kultur organisasi serta memberikan motivasi tentang pentingnya perubahan bagi RRI dimasa depan. Pelatihan dalam bidang penyiaran, penguasaan teknologi, serta budaya organisasi yang layak untuk LPP, dilakukan dalam perbaikan SDM di RRI sampai saat ini masih dalam tahapan proses, hal ini karena begitu melekatnya pola pikir pegawai yang masih


(3)

menggunakan pola pikir lama. Perubahan dalam cara berhubungan dengan masyarakat ditempuh oleh RRI dengan berbagai cara yaitu diantaranya adalah dengan program interaktif untuk komunikasi langsung dengan masyarakat, melakukan seminar dikampus agar lebih dekat dengan generasi muda. Mendekatkan diri dengan komunitas-komunitas kebudayaan mengingat RRI memiliki programa yang menyiarkan kebudayaan Indonesia, selain itu RRI juga sering melakukan pertunjukan rakyat yang masih digandrungi oleh masyarakat ataupun menyediakan program khusus siaran pertunjukan masyarakat. Perluasan jangkauan yang dilakukan oleh RRI terkait dengan perubahan yang dilakukan adalah sebagai bagian dari tujuan diadakannya perubahan bagi RRI. Dengan menjangkau masyarakat secara luas, diharapkan akan berdampak pada tujuan dari RRI sebagai LPP.

4. Evaluasi Perubahan

Penyesuaian RRI dengan lingkungan adalah dengan cara mengubah pola interaksi dengan masyarakat. Keterbukaan RRI dalam menjangkau masyarakat dan sebagai tempat aspirasi adalah cerminan dari penyesuaian dengan lingkungan. RRI dapat dikatakan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dimiliki. Kekuatan internal RRI adalah, RRI memiliki asset dan teknologi yang mendukung untuk melakukan perubahan, namun saayangnya hal ini tidak sejalan dengan SDM yang dimiliki RRI. Teknologi yang canggih membutuhkan SDM yang canggih pula. Selain bermasalah dengan teknologi RRI memiliki SDM yang kurang inisiatif dan kreatif, maka perlu adanya pelatihan dan penyesuaian dengan kebutuhan RRI dengan cara perekrutan pegawai yang berkompeten.

V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian yang telah diuaraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses Management of Change pada RRI sejak berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik dengan cara merubah pola hubungan dengan masyarakat, Perubahan dalam berhubungan langsung dengan masyarakat yang dilakukan RRI adalah dengan


(4)

menjadi sarana kreatifitas anak muda dengan mengadakan lomba-lomba yang memacu kreatifitas anak muda. Perubahan lainnya adalah melalui siaran budaya dan pendidikan dalam pro 4, membagun kerjasama dengan komunitas-komuitas kebudayaan.

2. Perubahan Pola top down menjadi bottom up. Sekarang RRI tidak hanya mengangkat berita yang ada di pusat, tetapi juga menyiarkan berbagai peristiwa dari daerah yang juga disiarkan oleh RRI atau biasa disebut dengan berita dari daerah yang dinasionalkan. Dialog interaktif tentang ideology, politis, hankam juga dilakukan RRI, guna mencari solusi dari berbagai permasalahan.

3. Perubahan konten penyiaran merupakan proses dalam menyesuaikan perubahan, perluasan jangkauan dan penambahan program siaran dilakukan RRI untuk menjangkau seluruh masyarakat adalah perubahan yang ditunjukkan RRI sebagai perwujudan LPP yang benar-benar mejangkau masyarakat, bukan hanya perkotaan saja melaikan sampai pelosok negeri.

4. Dalam melakukan perubahan, setiap lembaga tentu saja mengalami hambatan atau kendala, begitu juga dengan RRI. Hambatan bidang SDM dalam tubuh RRI adalah masalah mainset, pola pikir adalah hambatan yang sangat sulit untuk diubah, karena pola pikir merupakan dasar dari sikap untuk melaksanakan perubahan. Penyesuaian pola pikir RRI dilakukan dengan cara bekerjasama dengan radio penyiaran publik di Swedia.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa RRI belum cukup mampu menyesuaikan diri dengan perubahan status sebagai Lembaga Penyiaran Publik dengan strategi yang dibuat dan implementasi yang sesuai dengan apa yang dicita-citakan RRI, meskipun dalam pelaksanaan belum semua strategi sesuai dengan lingkungan internal dan eksternal. Hal ini mengandung implikasi bahwa Management of Change RRI dalam meyesuaikan diri dengan perubahan belum secara menyeluruh dapat terlaksana, ada beberapa kendala yang harus tetap diperbaiki, sehingga penting untuk dilakukan perbaikan dengan melakukan pembenahan secara terus-menerus sampai tercapainya visi dari RRI sebagai Lembaga Penyiaran publik.


(5)

C. Saran

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki kekurangan, begitupula dengan penelitian yang dilakukan dalam rangka mendeskripsikan perubahan RRI menjadi LPP. Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka saran dari penulis untuk perbaikan Management of Change dalam menyesuaikan diri sebagai Lembaga Penyiaran Publik, yaitu:

1. RRI dalam melakukan perubahan status perlu memperhitungkan kondisi lingkungan internal, Salah satunya perlu untuk memperbaiki manajemen Sumber Daya Manusia yang ada pada RRI.

2. Lingkungan eksternal juga pelu diperbaiki , kalangan pendengar yang relative sedikit, memang sepertintya jumlah pendengar RRI tidak begitu memberikan efek yang begitu besar mengingat dana RRI berasal dari APBN dan APBD, tetapi RRI harus berjuang ekstra agar siaran yang mereka suguhkan diminati masyarakat. Dengan cara membangun citra positif dimata masyarakat. Hal ini ditunjukan sebagai wujud nyata dari apa yang telah disumbangkan masyarakat (APBN dan APBD). 3. Siaran yang ditampilkan dikemas lebih menarik, mengikuti tren yang ada, bukan

berubah melainkan meyesuaikan diri dengan apa yang diinginkan masyarakat dan kalangan umum.

Daftar pustaka

Hunger, J David & Thomas L Wheelen (2003), “Manajemen Strategis”, Yogyakarta : Andi. Moelong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mudrajad Kuncoro. (2006). Strategi : Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta :

Erlangga.

Mufid, Muhamad. (2007). Komunikasi & Regulasi Penyiaran. Jakarta : Prenada Media Group. Pearce II, John A. & Richard B. Robinson. (2009). Manajemen Strategis : Formulasi,

Impementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba empat.

Radio Republik Indonesia (1995). 50 Tahun RRI Yogyakarta mengudara. Yogyakarta : Aditya Media Yogyakarta.


(6)

Rangkuti, Freddy. (1997). Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

RRI Story. (2012). Pengembangan wawasan RRI bagi staf Direktorat Program dan Produksi LPP RRI. Jakarta : Radio Republik Indonesia.

Ratminto & Winarsih, Atik Septi. (2006). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Siagian P, Sondang. (1992), Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta : Rieneka Cipta. Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV.Alfabeta

_______. (2010). Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R&D. Bandung : CV.Alfabeta

Suara Publik. (2013). Mendukung LPP. Kompilasi Road Show, diskusi publik RUU penyiaran 2013. Jakarta : Radio Republik Indonesia.

Thoha, Miftah, (1991), Prespektif perilaku Birokrasi. Jakarta : CV. Rajawali.

Tika, Moh. Pabundu. (2010), Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta : Bumi Aksara.

Wibowo. (2005). Manajemen Perubahan Edisi Ketiga. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Winardi, J. (2005). Manajemen perubahan (management of change). Jakarta : Kencana Prenada

Media Group.