Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pertanian di Indonesia yang selama ini telah berjalan ternyata tidak serta merta berjalan sebagaimana mestinya. Karena secara teoritis melalui industrialisasi sector pertanian akan menciut dimana tenaga kerja akan terserap oleh kota-kota besar namun demikian sector pertanian yang menciut tetap menghasilkan pangan yang cukup dengan kualitas yang tinggi Wisnusaputra,2006. kondisi pertanian yang katanya berkelanjutan di Indonesia, sampai saat ini jusrtu boleh di bilang pertanian kita boleh di bilang berjalan di tempat tidak ada perubahan yang berarti tidak seperti pada saat BIMAS gencar di laksanakan. Lalu bagaimana fakta yang terbentuk pada tahun 2009 bahwa Negara Kita Indonesia berhasil melakukan swasemabada. Benar atau tidaknya kita sebagai masyarakat Indonesia dapat menilai sendiri http:turindraatp.blogspot.com201001sejarah-bimas.html di akses pada tanggal 09 juni 2013 pada pukul 21.41 WIB. Tahun 1965 masa Orde Baru terjadi adaptasi yang baru dan ini merupakan tonggak berdirinya BIMAS dan INMAS di Indonesia. Dengan hasil 2,5 pertahun menjadi 6 pertahun dalam kurun waktu hanya 6 tahun yaitu pada tahun 1965 – 1971. Tahun 1973 areal lahan intensifikasi pertanian mencapai 4,2 juta Ha 56 dari areal persawahan di Indonesia atau 73 areal pesawahan di pulau jawa. Kondisi ini berdapak kepada penentu kebijakan pada saat itu Presiden Soeharto di mana pada tanggal 10 April 1972 memberi peringatan kepada departemen pertanian agar target pada repelita I sebanyak 15,7 juta ton di tinjau kembali. Presiden Soeharto memperringatkan agar penogkatan produksi beras tidak menimbulkan over supply. Sehingga kejadian ini segera di tindak lanjuti oleh departem pertanian yang pada Universitas Sumatera Utara akhirnya tanggal 4 mei 1972 target produksi pertanian dalam hal ini beras di pandang perlu untuk dikurangi. Sehingga puncak dari program kejayaan BIMAS yang berkelanjutan sejak tahun 1965 menimbulkan efek yang luar biasa dimana pada tahun 1984 Bangsa Indonesia mengalami swasembada pangan khususnya beras dan mendapat pengakuan dari dunia internasional melalui FAO. Hingga tahun 1993 selama 25 tahun kenaikan produksi beras di Indonesia mencapai 240 hingga menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa pengekspor beras dari sebelumnya bangsa pengimpor beras terbesar. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang meliputi 5 lima sasaran pokok yaitu: pengurangan kemiskinan dan pengangguran, pengurangan kesenjangan antar wilayah, peningkatan kualitas manusia, perbaikan mutu lingkungan hidup, dan pengelolaan sumberdaya alam, serta peningkatan infrastruktur. Dalam implementasinya, prioritas utama pembangunan nasional diberikan kepada pemeliharaan kesejahteraan rakyat, penataan kelembagaan dan pelaksanaan Sistem Perlindungan Sosial. Sasaran yang hendak dicapai melalui prioritas ini antara lain adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat miskin, sehingga angka kemiskinan dapat diturunkan menjadi 10,5 – 11,5 pada tahun 2012 Pedoman Umum Penyaluran RASKIN 2012. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang 11,96 persen, berkurang 0,89 juta orang 0,53 persen dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang 12,49 persen. Selama periode Maret 2011-Maret 2012, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 399,5 ribu orang dari 11,05 juta orang pada Maret 2011 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2012, sementara di daerah perdesaan berkurang 487 Universitas Sumatera Utara ribu orang dari 18,97 juta orang pada Maret 2011 menjadi 18,48 juta orang pada Maret 2012. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2011 sebesar 9,23 persen, menurun menjadi 8,78 persen pada Maret 2012. Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 15,72 persen pada Maret 2011 menjadi 15,12 persen pada Maret 2012 http:www.bps.go.id?news=940 di akses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 14.04 WIB. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Pada Maret 2012, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,50 persen, tidak jauh berbeda dengan Maret 2011 yang sebesar 73,52 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, gula pasir, daging ayam ras, tempe, tahu, mie instan, bawang merah, dan cabe merah. Sedangkan, komoditi yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, bawang merah, tahu, dengan tambahan kopi dan cabe rawit. Komoditi bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan adalah biaya perumahan, pendidikan, angkutan, listrik, dan bensin, sedangkan di perdesaan sendiri adalah biaya perumahan, listrik, kayu bakar, bensin, dan pendidikan. Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan internasional, yaitu Universal Declaration of Human Right 1948, Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996, Millennium Development Goals MDGs. Bahkan dalam kesepakatan MDGs dunia Universitas Sumatera Utara internasional telah mentargetkan pada tahun 2015 setiap negara termasuk Indonesia telah sepakat menurunkan kemiskinan dan kelaparan sampai separuhnya. Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam memerangi kemiskinan dan kelaparan antara lain angka kemiskinan baru berhasil diturunkan dari 16,66 pada tahun 2004 menjadi 12,5 pada tahun 2011, jumlah orang miskin sebesar 31,02 juta jiwa pada tahun 2010 masih cukup tinggi, tingkat pengangguran dipandang masih cukup tinggi, meskipun telah berhasil diturunkan dari 11,24 pada tahun 2005 menjadi 6,56 pada bulan Agustus 2011, jumlah daerah tertinggal yang tersebar di berbagai wilayah masih cukup tinggi. Untuk menghadapi permasalahan tersebut maka Rencana Kerja Pemerintah RKP tahun 2012 mengusung tema Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Indonesia, 95 dari jumlah penduduknya mengkonsumsi beras sebagai pangan utama, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 113,7 kgjiwatahun BPS, 2011, bahkan sebelumnya mencapai 139,15 Kgjiwatahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh diatas rata-rata konsumsi dunia yang hanya sebesar 60 Kgkapitatahun. Juga diatas rata-rata konsumsi beras negara tetangga seperti Malaysia sebesar 80 Kgkapitatahun, Thailand 70 Kgkapitatahun, dan Jepang 58 Kgkapitatahun. Dengan demikian Indonesia menjadi negara konsumen beras terbesar di dunia. Beras menjadi komoditas nasional yang sangat strategis. Instabilitas perberasan nasional akan mengakibatkan gejolak dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial, politik maupun ekonomi. Kemiskinan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index HDI , Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas Universitas Sumatera Utara manusia di Negara negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data tahun 2002, angka HDI Indonesia adalah 0,692. Angka indeks tersebut merupakan komposit dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 66,6 tahun, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 persen, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65 persen, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli purchasing power parity sebesar US 3.230. HDI Indonesia hanya menempati urutan ke-111 dari 177 negara www.ekonomirakyat.org diakses pada tanggal 20 mei 2013 puku 19.45 WIB. Indonesia sudah melaksanakan banyak kebijakan dan program untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan capaian Tujuan Pembangunan Milenium-nya MDGs. Tantangan pertamanya untuk mencapai sasaran itu adalah memilih kebijakan dan program yang tepat diantara banyak pilihan yang ada. Memilih kebijakan dan program baru, diantara faktor-faktor lain tergantung pada pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan program-program pengentasan kemiskinan sebelumnya atau yang sedang berjalan. Pada gilirannya, hal ini memerlukan sistem pengawasan monitoring yang kuat dan evaluasi berkualitas tinggi. Pada saat yang sama, sistem pengawasan dan evaluasi yang dapat diandalkan hanya berguna jika keluaran output, hasilmanfaat outcome dan dampak impact yang diharapkan itu jelas, dapat tercapai dan terukur, dan indikator-indikator pengentasan kemiskinan ditentukan dari awal. Menentukan hal-hal tersebut adalah pekerjaan yang menantang. Hal ini memerlukan antara lain peningkatan pemahaman dan keterampilan pada para analis kebijakan dan program di lingkungan pemerintah tentang pengawasan dan evaluasi yang efektif, ditambah kemampuan dan keinginan untuk memanfaatkan evaluasi guna memperkuat program-program yang ada. Universitas Sumatera Utara Melihat masih tingginya angka kemiskinan, penanggulangan kemiskinan adalah sebuah kebijakan strategis yang mau tidak mau diambil oleh pemerintah selaku agen pembangunan yang bertanggung jawab atas terselenggaranya perbaikan sosial pada segenap lapisan masyarakat. Namun demikian, upaya penanggulangan kemiskinan penduduk itubersegi banyak. Analisis masalahnya tidak hanya layak ditujukan pada perspektif masyarakat yang menerima program perbaikan sosial ekonomi. Tidak kurang pentingnya adalah perlunya memberi perhatian khusus pada dinamika aparat pelaksana program itu sendiri Sarman, 2000:1. Program Beras untuk Keluarga Miskin adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Pada 2008, Raskin menargetkan penyediaan 2,77 juta ton beras bagi 19,1 juta rumah tangga miskin dengan total biaya subsidi Rp 7,8 triliun. Setiap rumah tangga menerima 145 kg beras selama 10 bulan dengan harga tebus Rp1.600 per kilogram di titik distribusi. Penyaluran raskin hingga titik distribusi menjadi tanggung jawab Bulog, sementara penyaluran dari titik distribusi kepada rumah tangga sasaran menjadi tanggung jawab pemerintah daerah Kemenkokesra, Pedoman Umum Raskin 2008, 2007. Program Beras Untuk Keluarga Miskin yang sebelum tahun 2002 bernama Operasi Pasar Khusus OPK. Sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan, dalam rangka perlindungan sosial melalui pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin dan merupakan pendukung program lainnya seperti perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, pendidikan dan peningkatan produktivitas. Tujuan program Beras Untuk Kelurga Miskin menurut Bulog 2010 adalah untuk memenuhi sebagian kebutuhan pangan beras keluarga miskin dan sekaligus Universitas Sumatera Utara diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin, selain itu juga untuk meningkatkanmembuka akses pangan keluarga miskin dalam rangka meningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui enjualan beras kepada keluarga penerima manfaat pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan. Sasaran Program Beras Untuk Keluarga Miskin Tahun 2012, adalah: berkurangnya beban pengeluaran 17,5 juta RTS dalammencukupi kebutuhan pangan beras, melaluipendistribusian beras bersubsidi sebanyak 180kgRTStahun atau setara dengan 15 kgRTSbulandengan harga tebus Rp 1.600 per kg netto di TD. Ternyata dalam pelaksanaan program Beras Untuk Rakyat Miskin ini justru terjadi banyak persoalan. Diantaranya adalah masalah dalam hal tidak tepat sasaran, tidak tepat jumlah, tidak tepat kualitas, dan tidak tepat harga. Selain itu dari sisi administratif juga ditemukan masalah bahwa munculnya keterlambatan penyetoran uang hasil pembelian beras kepada bulog. Jika dilihat sepintas seolah-olah masalah tersebut adalah masalah distribusi. Namun jika dilhat secara mendalam masalah telah muncul sejak sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan tidak optimal telah menimbulkan cara pandang yang salah tentang program Raskin. Pada tahap yang lain, yaitu pendataan, ada bukti yang cukup kuat bahwa cara dan hasil indentifikasi penerima manfaat kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Demikian juga halnya dengan masalah distribusi, khususnya dari titik distribusi terakhir kepada penerima manfaat, terjadi banyak masalah. Akibatnya muncul berbagai penyimpangan di satu sisi dan protes dari masyarakat luas di sisi lain. Memandang hal diatas dimana program beras untuk keluarga miskin yang diharapkan agar masyarakat miskin tidak mengalami kekurangan pangan dan membuat kesejahteraan mereka bisa sedikit terjamin. Tetapi ternyata di dalam Universitas Sumatera Utara pengimplementasiannya justru program Raskin banyak terjadi persoalan dan penyimpangan. Kendati demikian, bila dicermati program Beras Untuk Keluarga Miskin merupakan program yang paling efektif dibanding program-program lain dalam penanggulangan kemiskinan. Sementara dalam program raskin, sumber masalah utama terletak pada sosialisasi, pendataan dan distribusi serta tidak adanya institusi lokal khusus yang menangani raskin tersebut. Hal tersebut membuat program tersebut tidak berjalan dengan layak. Realisasi Beras Untuk Keluarga Miskin selama 2005 - 2009 berkisar antara 1,6 juta ton - 3,2 juta ton. Dengan harga tebus Rp.1.000kg sampai dengan 2007 dan Rp.1.600kg sejak tahun 2008, Program Beras Untuk Rakyat Miskin bukan hanya telah membantu rumah tangga miskin dalam memperkuat ketahanan pangannya, namun juga sekaligus menjaga stabilitas harga. Program Beras Untuk Rakyat Miskin telah mengurangi permintaan beras ke pasar sekitar 18,5 juta pada tahun 2009. Selain itu, perubahan harga tebus dari Rp.1.000kg menjadi Rp.1.600kg juga dengan mempertimbangkan anggaran dan semakin banyaknya rumah tangga sasaran yang dapat dijangkau. Harga ini juga masih lebih rendah dari harga pasar yang saat itu rata-rata sekitar Rp.5.000 – 5.500kg. Dampak Raskin terhadap stabilisasi harga terlihat pada saat Program Beras Untuk Rakyat Miskin hanya diberikan kurang dari 12 bulan seperti pada tahun 2006 = 11 bulan dan tahun 2007 = 10 bulan. Harga beras akhir tahun 2006 dan awal 2007 serta akhir tahun 2007 dan awal 2008 meningkat tajam. Pada saat itulah, pemerintah melakukan Operasi Pasar Murni OPM dan Operasi Pasar Khusus dari Cadangan Beras Pemerintah OPK -CBP www.bulog.co.id diakses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 19.58 WIB. Keberhasilan Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator enam Tepat 6 T, yaitu Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Waktu, Tepat Universitas Sumatera Utara Administrasi, dan Tepat Kualitas. Pedoman Umum Pedum Penyaluran Raskin merupakan panduan pelaksanaan Raskin untuk mencapai 6 Tepat, yang mencakup Pengelolaan dan Pengorganisasian, Perencanaan dan Penganggaran, Mekanisme Pelaksanaan, Pengendalian dan Pelaporan serta Sosialisasi. Pedum ini juga mengakomodasi inisiatif dan kebijakan operasional lokal yang bertujuan memperlancar pelaksanaan distribusi Raskin di daerah yang disesuaikan dengan kondisi dan keterbatasan masing-masing daerah. Pelaksanaan selanjutnya diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan di tingkat Provinsi dan Petunjuk Teknis Juknis di tingkat KabupatenKota. Jumlah penduduk miskin di bawah Garis Kemiskinan di Sumatera Utara Sumut Maret 2010 sebesar 1.490.900 orang 11,31 persen. Demikian Kepala BPS Sumut Drs Alimuddin Sidabalok kepada wartawan dalam jumpa pers di kantornya. Dikatakannya, bila dibandingkan dengan penduduk miskin Maret 2009 berjumlah 1.499.700 orang 11,51 persen, berarti jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumut berkurang sebanyak 8.800 orang atau persentasenya berkurang sebesar 0,20 poin. Sedangkan selama periode Maret 2009–Maret 2010, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 9.800 orang 0,27 persen, sementara di daerah perkotaan bertambah sekitar 1.000 orang namun persentasenya berkurang sebesar 0,11 poin. Lebih lanjut diutarakannya, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berbeda. Pada Maret 2010, penduduk miskin berada di daerah perdesaan sebesar 11,29 persen dan di daerah perkotaan sebesar 11,34 persen. Menurutnya, penurunan jumlah penduduk miskin di Sumut mengindikasikan dampak dari program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah ini. Dalam kesempatan itu juga dipaparkannya, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi garis Universitas Sumatera Utara kemiskinan, karena penduduk miskin memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan www.indonesia.go.id di akses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 19.35 WIB. Salah satu yang sering terjadi dalam suatu kebijakkan adalah karena tidak dipahaminya atau adanya kesalahan persepsi daripada aktor. Aktor tingkat pemda terbagi atas level atau layer lapisan pemerintahan. Contohnya seperti kurang layaknya beras yang diberikan kepada keluarga miskin tersebut. Berasnya bisa dikatakan tidak layak untuk dimakan karena beras juga mengandung kutu dan bau. Ada lagi permasalahan yang sering terjadi yaitu, bantuan tersebut kurang sasarannya. Seharusnya kelurga miskin tersebut ia tidak dapat dikarenakan banyak hal ada berasnya sudah di jual oleh kepala kelurahan atau pejabat yang berwenang dan ada juga yang ia nya tidak terdata. Keterlambatan-keterlambatan datangnya bantuan tersebut bisa juga memicu permasalahan yang ada. Keterlaterlambatan datang di karenakan banyak pihak yang ingin mendapatkan upah-upah oleh bantuan tersebut yang bisa dikatakan sebagai uang capek. Banyak lagi permasalahan yang terjadi yang membuat penulis tertarik untuk menelitinya. Masyarakat juga tahu apa yang selama ini menjadi hak nya dan kewajibannya. Ini salah satu contoh masalah yang terjadi di Kabupaten Asahan adalah penyaluran beras miskin di Kabupaten Asahan belum berjalan. Tertundanya penyaluran beras bagi rumah tangga sasaran RTS itu karena Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang belum menandatangani surat permintaan ke Badan Urusan Logistik Bulog. Hal itu disampaikan Kabag Ekonomi Kabupaten Asahan Fahmi Almadani saat dikonfirmasi METRO, Senin 112. Menurut Fahmi, permintaan alokasi raskin bagi RTS di Kabupaten Asahan tinggal menunggu tanda tangan Bupati Universitas Sumatera Utara yang kemudian di diteruskan ke Bulog dan penyalurannya akan dilakukan untuk dua bulan alokasi Januari dan Februari, red. Fahmi meminta kepada masyarakat untuk bersabar dan penyaluran raskin akan segera dilaksanakan bila surat permintaan itu sudah ditanda tangani bupati. “Alokasi disesuaikan dengan jumlah RTS yang ada dan itu sudah ada ketentuannya,” kata Fahmi. Terpisah Kepala Bulog Sub Divre III Kisaran melalui Bagian Pelayanan Publik Sutrisman ketika dikonfirmasi mengatakan, Bulog pada prinsifnya siap untuk menyalurkan raskin, karena stok cukup tinggal lagi hingga hari ini pihaknya belum menerima permintaan dari pemerintah termasuk Asahan http:www.metrosiantar.com2013penyaluran-raskin-terganjal-tanda-tangan- bupati di akses pada tanggal 09 juni 2013 pada pukul 22.04 WIB. Salah satu pemerintah daerah di Indonesia, lebih tepatnya salah satu pemerintah daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan. Menurut data demografis Kabupaten Asahan berdasarkan dari sumber BPS Kabupaten Asahan 2010 pada tahun 2009 setelah terpisah dengan Kabupaten Batu Bara, jumlah penduduknya diperkirakan 700.606 jiwa yang tersebar pada 25 kecamatan dengan 177 desa dan 27 kelurahan dengan luas wilayah daratan 3.719,45 Km² 371.945 Ha dengan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Asahan 188,36 jiwa per Km2. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan sebesar 70,58 persen dan sisanya 29,42 persen tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 168.019 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata- rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2009 sebesar 1,71 persen. Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 35,17 persen, persentase penduduk usia 15-64 tahun sebesar 60,74 persen dan Universitas Sumatera Utara persentase penduduk usia 64 tahun ke atas sebesar 4,09 persen yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 64,64 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 65 orang penduduk usia non produktif. Total penduduk keluarga miskin di Kabupaten Asahan diperkirakan sebanyak 36.737 keluarga di tahun 2008 Berita Sore, 2009 atau diperkirakan 14,92 persen di tahun 2008 dari total jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Asahan Kabar Indonesia, 2008. Pengeluaran rata-rata per kapita bulan penduduk Asahan tahun 2009, pada golongan pengeluaran kurang dari Rp. 200.000 sebanyak 5,11 persen, golongan pengeluaran Rp. 200.000 sampai Rp. 299.999 sebanyak 26,66 persen. Kemudian pada golongan pengeluaran Rp. 300.000 sampai Rp. 399.999 sebanyak 25,39 persen, golongan pengeluaran Rp. 400.000 sampai Rp. 499.999 sebanyak 15,99 persen dan sebesar 26,85 persen golongan pengeluaran rumah tangga diatas Rp. 500.000. Pola konsumsi rumah tangga berupa pengeluaran untuk makanan sebesar Rp. 274.630 dan pengeluaran untuk bukan makanan sebesar Rp. 187.974 per kapita bulan BPS, Kab. Asahan,2009. Kecamatan Kisaran Barat menurut sumber resmi Pemerintah Kabupaten Asahan Pemkab Asahan, 2013 merupakan salah satu kecamatan dari 25 kecamatan di Kabupaten Asahan dengan jumlah penduduk sekitar 64.021 jiwa atau dengan jumlah rumah tangga sekitar 13.847 Rumah Tangga yang tersebar di 13 Kelurahan dengan luas wilayah 32,96 Km2. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh pihak kecamatan dan BPS Kabupaten Asahan menunjukkan bahwa penduduk yang dikategorikan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Kisaran Barat diperkirakan sebanyak 2.740 RTM Kabar Indonesia, 2008. Universitas Sumatera Utara Kelurahan Kisaran Baru menurut sumber resmi Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan BPS. Kab. Asahan, 2013 merupakan salah satu kelurahan dari 13 kelurahan di Kecamatan Kisaran Barat dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sekitar 5393 jiwa atau dengan jumlah rumah tangga sekitar 2074 Rumah Tangga yang tersebar di 7 Lingkungan dengan luas wilayah ± 69 Ha. Program Raskin juga dilaksanakan di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat sebanyak 146 Kepala Keluarga yang tersebar di 7 Lingkungan, dengan melihat kondisi yang ada maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan“.

1.2. Perumusan Masalah