Tahap Pelaksanaan Toilet Training Faktor Pendukung Toilet Training

Usaha untuk melatih anak dalam melakukan BAK dan BAB dengan cara memberikan contoh dan meminta anak menirukannya. Selain itu juga dapat dilakukan dengan membiasakan anak BAB atau BAK dengan cara mengajaknya ke toilet dan memberikan pispot. Dalam memberikan contoh orangtua harus melakukannya dengan benar. Selain itu perlu diperhatikan ketepatan waktu saat memberikan contoh toilet training, serta mengkondusifkan suasana dengan memberikan pujian saat anak berhasil dan tidak marah saat anak gagal melakukan BAB atau BAK dengan benar Warga, 2007.

2.1.5. Tahap Pelaksanaan Toilet Training

Tahapan yang akan dilalui anak dalam melakukan toilet training adalah sebagai berikut Mahoney, 1971: 1. Mengenal tanda-tanda urgensi BAB atau BAK. 2. Bergerak dengan kesadaran sendiri menuju toilet. 3. Menanggalkan pakaian secukupnya untuk membebaskan organ kemihnya. 4. Melakukan BAB atau BAK. 5. Membersihkan diri dan menggunakan kembali pakaiannya.

2.1.6. Faktor Pendukung Toilet Training

Seorang anak mungkin akan kesulitan untuk memahami cara menggunakan perkakas toilet pada awal toilet training. Oleh karena itu, apabila dilakukan pengalihan dari penggunaan popok ke penggunaan toilet, terlebih dahulu dilakukan dengan alat bantu berupa toilet mini Gilbert, 2003: 1. Peragakan cara penggunaan toilet. Kemudian anak dibiasakan untuk duduk di toilet dengan menggunakan popok saat akan BAB atau BAK. Sehingga setelah tiba waktunya untuk menggunakan toilet, anak sudah mengenal toilet dan cukup paham mengenai cara penggunaannya. 2. Sesuaikan ukuran toilet. Ukuran toilet yang biasanya ada di rumah dan tempat-tempat lain adalah ukuran yang disesuaikan berdasarkan tinggi dan berat badan orang dewasa. Maka ada kecenderungan bahwa toilet berukuran Universitas Sumatera Utara jauh lebih besar dari yang dibutuhkan anak. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan meletakkan penyangga, kursi toilet, maupun mengganti dudukan toilet menjadi ukuran yang sesuai dengan anak. 3. Gunakan kursi toilet. Kursi atau bangku toilet digunakan sebagai panjatan anak menuju toilet yang tinggi dan sebagai pijakan saat duduk di toilet. Hal ini menjaga keamanan anak jika sedang tidak diawasi dan perasaan mengendalikan diri sendiri yang dimiliki seorang anak. 4. Jaga kebersihan. Untuk menjaga keseimbangannya saat BAB atau BAK, ada kemungkinan seorang anak akan menggunakan tangannya sebagai tumpuan pada toilet. Maka dalam hal ini, toilet harus dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan antikuman. Selain itu anak harus dibiasakan untuk mencuci tangan dan berdiri dengan pijakan bangku. 5. Jangan paksakan pelatihan pada anak jika anak belum siap atau masih ketakutan menghadapi toilet. Hal ini akan berakibat pada tidak optimalnya pelatihan toilet tersebut. Pada keadaan ini, gunakan toilet mini sebagai alternatif pilihan. Dalam rangka memudahkan anak untuk belajar, maka dibutuhkan beberapa intervensi. Untuk pelaksanaan toilet training yang optimal maka diperlukan: 1. Membeli peralatan yang dibutuhkan a. Kursi atau papan toilet yang digunakan untuk tempat naik dan menyangga kaki anak saat sedang BABBAK. Hal ini akan menjaga anak tetap menjejakkan kaki ke lantai sehingga menimbulkan kepercayaan diri anak dan perasaan aman. Selain itu, alat ini juga memungkinkan anak untuk turun sendiri tanpa bantuan. b. Makanan atau cemilan kesukaan anak untuk dijadikan hadiah atas keberhasilannya BAB atau BAK di toilet. c. Diagram atau tabel pelaksanaan toilet training, serta penanda jumlah keberhasilan. 2. Membuat posisi anak pada kursi toilet senyaman mungkin seperti yang diinginkannya Universitas Sumatera Utara Untuk mengoptimalkan keberhasilan toilet training, maka sebaiknya kursi toilet yang digunakan sudah familiar bagi anak. Hal ini akan membantunya beradaptasi saat dihadapkan dengan toilet yang sebenarnya atau aktual. 3. Rangsang anak untuk bergerak cepat menuju toilet Lakukan rangsangan gerakan cepat berupa upaya berlari saat anak menunjukkan tanda-tanda ingin BAK atau BAB. Semangati anak dengan kata- kata ataupun kalimat yang bisa dimengerti olehnya. Biarkan anak bergerak sesuka hatinya saat di toilet dan jangan paksakan anak untuk tetap berada di toilet. Hindari penggunaan tenaga dan kekerasan untuk mempertahankan keberhasilan. Meskipun anak kelihatan menyenangi toiletnya, usahakan agar kegiatan selesai dalam 5 menit dan keluarkan anak dari toilet. 4. Berikan selamat ataupun hadiah jika anak mampu menyelesaikan BAB atau BAK dengan baik Setiap keberhasilan dan pencapaian dalam pelatihan toilet ini sebaiknya diberikan penghargaan ataupun hadiah. Bisa dengan ciuman dan pelukan, maupun dengan memberikan makanan atau cemilan tertentu. Pencapaian- pencapaian besar seperti mampu melaksanakan keseluruhan rangkaian BAB atau BAK di toilet tanpa bantuan dan atas kesadaran sendiri, bisa diberikan hadiah yang lebih bermakna Beaty, 1994. 5. Apabila anak gagal menuntaskan BAB atau BAK dengan baik sehingga celananya basah atau kotor, maka lakukan peringatan secara verbal dengan menggunakan kalimat yang suportif dan persuasif. Hindari penggunaan intervensi kekuatan dan fisik, kata-kata kasar, dan teriakan karena akan membuat anak merasa gagal dan bisa menjadi tidak kooperatif. Jangan berlama-lama membiarkan anak dalam keadaan kotor atau basah. 6. Apabila anak sudah mampu menggunakan toilet dengan baik dan cukup kooperatif dalam pelaksanaannya, penggunan popok bisa diganti dengan celana dalam. Hal ini akan membantu mempercepat kesuksesan pelatihan. Popok hanya digunakan di malam hari atau saat tidur. Pelatihan dianggap sukses dan memadai jika anak telah mampu pergi ke toilet atas inisiatif sendiri dan mampu menyelesaikannya dengan baik. Pelatihan Universitas Sumatera Utara ini dilakukan selama 2 minggu sampai 2 bulan. Semakin lama pelatihan berlangsung, upaya 3 dan 4 dapat dikurangi Schmitt, 1991. Toilet training merupakan suatu peralihan atau perubahan dari penggunaan popok menjadi penggunaan toilet pada seorang anak. Di antara kedua fase ini, ada sebuah cara alternatif yang bisa digunakan untuk memudahkan proses toilet training, yaitu penggunaan toilet mini. Toilet mini adalah peralatan yang disiapkan untuk tempat menampung BAB atau BAK anak dan bersifat portabel bisa dipindahkan. Prinsip penggunaan toilet mini pada toilet training adalah untuk memperpendek jarak yang harus ditempuh seorang anak untuk melakukan BAB atau BAK Gilbert, 2003.

2.1.7. Faktor Penghambat Toilet Training