II.5 Pemilihan Kepala Daerah Pilkada
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, atau seringkali disebut Pilkada, adalah sebuah pemilihan pasangan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah di Indonesia secara langsung oleh penduduk setempat yang memenuhi syarat. Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah adalah :
Gubernur dan Wakil Gubernur untuk provinsi
Bupati dan Wakil Bupati untuk kabupaten
Walikota dan Wakil Walikota untuk kota
Pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di usulkan oleh Partai Politik atau Gabungan beberapa Partai Poliltik yang telah memenuhi
persyaratan. Pilkada langsung disebutkan dalam undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan pertama kali diselenggarakan pada
bulan Juni 2005. Sebelumnya, Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Penyelengaraan Pilkada dilaksanakan
oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah. Pilkada langsung merupakan mekanismme demokratis, yaitu perwujudan
pengembalian hak-hak dasar rakyat dalam rangka rekrutmen pemimpin daerah, dimana rakyat secara menyeluruh memiliki hak dan kebebasan untuk memilih
calon-calon yang didukungnya, dan calon-calon bersaing dalam suatu Medan permainan dengan aturan main yang sama Prihatmoko, 2005:109. Asas yang
dipakai dalam pilkada langsung sama persis dengan asas yang dipakai dalam pemilu 2004, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Cara kerja sistem pemilihan kepala daerah langsung terbagi atas lima jenis, pertama sistem First past the post. Sistem ini merupakan sistem yang paling
Universitas Sumatera Utara
sederhana. Calon kepala daerah yang memiliki suara terbanyak secara otomatis sebagai pemenang pemilihan kepala daerah langsung. Kedua, model Prefential
Voting System atau Approval Voting System yaitu, pemilih memberikan peringkat pada calon-calon kepala daerah yang ada saat pemilihan. Pemenang ditentukan
oleh peraih peringkat pertama yang terbesar. Ketiga, Two Round System atau Run Off yaitu dengan menggunakan sistem dua putaran, dengan catatan jika tidak ada
calon yang meraih suara lebih dari 50 persen dari keseluruhan suara saat putaran pertama, selanjutnya dilaksanakan pemilihan kepala daerah putaran kedua yang
diikuti oleh dua pasangan peraih suara terbanyak pada putaran pertama. Keempat, sistem Electoral Colleg yaitu dibuat beberapa daerah pemilihan, setiap daerah
pemilihan diberi alokasi atau bobot suara dewan pemilih sesuai dengan jumlah penduduk. Calon yang memperoleh suara dewan pemilih terbesar akan
memenangkan pemilihan kepala daerah. Kelima, sistem Nigeria yaitu pemenang pemilihan kepala daerah langsung jika calon meraih suara mayoritas sederhana.
Suara terbanyak diantara yang ada minimum 25 persen dari sedikitnya duapertiga daerah pemilihan Prihatmoko, 2005:116-122.
Pilihan terhadap jenis pemilihan kepala daerah biasanya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu legitimasi dan efisiensi. Pilihan untuk mengedepankan legitimasi
akan membutuhkan banyak waktu dan biaya. Sebaliknya, kalau semata-mata mengutamakan efisiensi akan melahirkan hasil pilkada yang legitimasinya sangat
rendah. Maka dibutuhkan cara untuk mensiasati hal tersebut dengan tujuan mencapai legitimasi yang tinggi dengan cara yang efisien. Pelaksanaan pilkada di
Indonesia memakai sistem pemilihan First Past the Post, dengan sitem ini akan
Universitas Sumatera Utara
menghemat biaya dan waktu untuk pelaksanaan pemilihan kepala daerah Prihatmoko, 2005:121-123.
Pelaksanaan pemilihan kepala daerah langsung di Indonesia secara fungsional dilaksanakan oleh tiga institusi, yaitu :
1. DPRD merupakan pemegang otoritas politik, artinya DPRD merupakan
representasi rakyat yang memiliki kedaulatan dan memberi mandat penyelenggaraan pemilihan kepala daerah langsung yang diwujudkan
dengan pemberitahuan berakhirnya masa jabatan kepada kepala daerah dan Komisi Pemilihan Umum Daerah. DPRD adalah representasi dari
rakyat, selanjutnya DPRD menyelenggarakan rapat paripurna untuk mendengarkan penyampaian visi, misi dan program dari psangan calon
kepala daerah. 2.
Komisi Pemilihan Umum Daerah sebagai pelaksana teknis, Komisi Pemilihan Umum Daerah mendapat mandat untuk menyelenggarakan
pemilihan kepala daerah langsung. Selanjutnya, Komisi Pemilihan Umum Daerah bertugas menjalankan tahapan-tahapan pelaksanaan pemilihan
kepala daerah langsung. Komisi Pemilihan Umum Daerah berhak untuk membuat aturan, kebijakan dan keputusan yang diperlukan dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku. 3.
Pemerintah daerah yang menjalankan fungsi fasilitasi, fungsi fasilitasi ini diwujudkan untuk menunjang pelaksanaan tahapan pemilihan kepala
daerah langsung. Misalnya penyediaan anggaran, dan personalia untuk membantu penyelenggaraan pemilihan kepala daerah langsung.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, tahap pelaksanaan pilkada terdiri dari 6 tahapan pelaksanaan meliputi :
a. Penetapan daftar pemilih
b. Pendaftaran dan penetapan calon kepala daerahwakil kepala
daerah c.
Kampanye d.
Pemungutan suara e.
Penghitungan suara dan f.
Penetapan pasangan calon kepala daerahwakil kepala daerah terpilih, pengesahan dan pelantikan.
Paradigma yang digunakan dalam kampanye pilkada langsung adalah paradigma baru, bahwa kampanye dilakukan untuk meyakinkan para pemilih
dengan menawarkan visi, misi dan program pasangan calon. Bentuk-bentuk kampanye monologis cukup dominan dalam pilkada langsung, bentuk kampanye
monologis dapat berupa pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog, penyebaran melalui media cetak dan media elektronik, penyiaran melalui radio danatau
televisi, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat umum, rapat umum, debat publikdebat terbuka antar calon dan atau
kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Bentuk kampanye ini diidentifikasikan sebagai paradigma lama. Sementara dalam
kampanye baru digunakan kampanye dialogis terbuka kemungkinan adanya interaksi antara calon dan rakyat, visi dan misi yang disampaikan pun dapat diuji
dan dikritisi oleh calon pemilih Prihatmoko, 2005:259.
Universitas Sumatera Utara
II.6 Kampanye