Struktur Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010

Tabel 28. PDRB Kota Sabang Tahun 2007 – 2010 Atas Dasar harga Konstan Tahun 2000 dalam juta rupiah No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 1. PERTANIAN 28.662,69 28.842,39 29.162,86 29.587,20 a. Tanaman Pangan Hortikultura 7.560,43 7.626,48 7.685,35 7.770,41 b. Perkebunan 4.624,47 4.677,71 4.741,93 4.815,26 c. Peternakan 10.195,66 10.235,93 10.370,25 10.536,95 d. Kehutanan 406,55 400,93 408,23 405,76 e. Perikanan 5.875,58 5.901,33 5.957,10 6.058,83 2. PERTAMBANGAN PENGGALIAN 2.415,35 2.476,07 2.545,54 2.625,19 a. Migas dan Gas Bumi b. Non Migas c. Penggalian 2.415,35 2.476,07 2.545,54 2.625,19 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 10.814,83 11.074,39 11.306,43 11.395,28 a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 10.814,83 11.074,39 11.306,43 11.395,28 4. LISTRIK, GAS AIR BERSIH 1.326,78 1.421,98 1.505,22 1.612,98 a. Listrik 856,14 941,41 997,96 1.076,66 b. G a s c. Air Bersih 470,64 480,57 507,26 536,32 5. BANGUNAN 31.406,50 34.303,26 37.876,14 42.924,14 6. PERDAGANGAN, HOTEL RESTORAN 38.491,37 41.189,03 43.793,63 45.715,68 a. Perdagangan Besar dan Eceran 33.882,79 36.235,31 38.568,56 40.173,56 b. H o t e l 783,11 833,34 874,08 928,51 c. Restoran 3.825,47 4.120,39 4.350,99 4.613,61 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 9.549,70 9.744,19 10.106,22 10.897,39 a. Angkutan 5.910,97 6.086,24 6.301,44 6.686,59 1. Kereta Api 2. Jalan Raya 1.291,94 1.386,03 1.460,47 1.589,15 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai, Danau Penyebrangan 3.793,51 3.865,00 3.990,49 4.235,33 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan 825,53 835,21 850,48 862,11 b. Komunikasi 3.638,72 3.657,96 3.804,78 4.210,80 8. KEUANGAN, PERSEWAAN JASA PERUSAHAAN 5.032,74 5.218,77 5.404,58 5.617,46 a. Bank 628,31 681,74 740,31 776,83 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank Jasa Penunjang Keuangan 487,88 491,29 515,85 530,53 c. Sewa Bangunan 3.567,59 3.694,49 3.784,68 3.942,08 d. Jasa Perusahaan 348,96 351,25 363,74 368,01 9. JASA-JASA 88.009,59 90.923,48 94.118,64 97.728,17 a. Pemerintahan Umum Pertahanan 83.961,75 86.699,46 89.699,46 93.140,25 b. Swasta 4.047,83 4.224,02 4.419,18 4.587,93 1. Sosial Kemasyarakatan 2.559,32 2.650,18 2.747,22 2.843,87 2. Hiburan dan Rekreasi 803,5 859,1 918,94 959,52 3. Perorangan dan Rumahtangga 685,01 714,74 753,02 784,54 PDRB 215.709,54 225.193,57 235.819,26 248.103,50 Sumber : BPS dan BAPEDDA Kota Sabang 2011 Persentase nilai PDRB sektor-sektor perekonomian di Kota Sabang tahun 2010 yang terdiri dari 25 sektor dapat dilihat pada Tabel 29. Pemecahan sektor perekonomian menjadi 25 sektor ini karena telah diagregasi menyesuaikan Tabel 77 I-O Provinsi Aceh Tahun 2006 sehingga menjadi dasar dalam penyusunan Tabel I-O Kota Sabang Tahun 2010. Tabel 29. Persentase Sumbangan Sektoral Terhadap PDRB Kota Sabang Tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan No. Sektor Perekonomian Nilai Juta Rupiah Persentase Peringkat 1. Tanaman Bahan Makanan 7.770,41 3,13 6 2. Tanaman Perkebunan 4.815,26 1,94 8 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 10.536,95 4,24 5 4. Perikanan 6.058,83 2,44 7 5. Kehutanan 405,76 0,16 24 6. Pertambangan dan Penggalian 2.625,19 1,08 14 7. Industri Pengolahan 11.395,28 4,59 4 8. Listrik 1.076,66 0,43 16 9. Air Bersih 536,32 0,24 22 10. Bangunan 42.924,14 17,32 2 11. Perdagangan Besar dan Eceran 40.173,56 16,19 3 12. H o t e l 928,51 0,37 18 13. Restoran 4.613,61 1,85 9 14. Angkutan Jalan Raya 1.589,15 0,64 15 15. Angkutan Sungai, Danau Penyebrangan 4.235,33 1,73 10 16. Jasa Penunjang Angkutan 862,11 0,34 19 17. Komunikasi 4.210,80 1,69 11 18. Bank 776,83 0,31 21 19. Lembaga Keuangan Tanpa Bank Jasa Penunjang Keuangan 530,53 0,21 23 20. Sewa Bangunan 3.942,08 1,58 12 21. Jasa Perusahaan 368,01 0,14 25 22. Pemerintahan Umum Pertahanan 93.140,25 37,54 1 23. Sosial Kemasyarakatan 2.843,87 1,14 13 24. Hiburan dan Rekreasi 959,52 0,38 17 25. Perorangan dan Rumahtangga 784,54 0,32 20 Jumlah 248.103,50 100,00 Sumber : BPS dan BAPEDDA Kota Sabang 2011 PDRB merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Oleh karenanya jumlah output nilai produksi yang dihasilkan berpengaruh dalam menentukan besarnya nilai tambah di masing- masing sektor, selain ditentukan pula oleh banyaknya biaya yang diperlukan dalam proses produksi. Suatu sektor ekonomi yang memiliki output yang besar belum tentu menghasilkan nilai tambah yang besar juga, tetapi tergantung pula dengan besarnya biaya produksi dalam proses produksinya. Berdasarkan Tabel 29 lima sektor yang memberikan sumbangan paling tinggi terhadap PDRB Kota Sabang Tahun 2010 berturut-turut adalah : sektor pemerintahan umum dan pertahanan 37,54 , sektor bangunan 17,32 , sektor perdagangan besar dan eceran 16,19 , sektor industri pengolahan 4,59 dan sektor peternakan dan hasil-hasilnya 4,24 . Peranan sektor-sektor perekonomian dapat juga dilihat melalui analisis Tabel Input-Output. Tabel Input-Output Kota Sabang Tahun 2010 terdiri atas 25 sektor yaitu : 1 tanaman bahan makanan, 2 tanaman perkebunan, 3 peternakan dan hasil-hasilnya, 4 perikanan, 5 kehutanan, 6 pertambangan dan penggalian, 7 industri pengolahan, 8 listrik, 9 air bersih, 10 bangunan, 11 perdagangan besar dan eceran, 12 hotel, 13 restoran, 14 angkutan jalan raya, 15 angkutan sungai, danau dan penyebrangan, 16 jasa penunjang angkutan, 17 komunikasi, 18 bank, 19 lembaga keuangan tanpa bank dan jasa penunjangkeuangan, 20 sewa bangunan, 21 jasa perusahaan, 22 pemerintahan umum dan pertahanan, 23 sosial kemasyarakatan, 24 hiburan dan rekreasi dan 25 perorangan dan rumah tangga. Untuk struktur perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 yang berdasarkan Tabel Input Output dengan klasifikasi 25x25 sektor disajikan pada Tabel 30. Bila ditinjau dari struktur output Tabel I-O Kota Sabang, menunjukkan total output sebesar Rp 366.186,263 juta, sebanyak 32,22 Rp 118.002,398 juta merupakan permintaan antara dan sisanya 67,78 Rp 248.183,870 juta adalah permintaan akhir. Hal ini menunjukkan bahwa di Kota Sabang masih perlu adanya peningkatan investasi usaha untuk menggalakkan perekonomian wilayah. Karena semakin kecilnya permintaan antara dibandingkan permintaan akhir menggambarkan kecilnya permintaan yang terjadi antar sektor ekonomi. Semakin kecil persentase permintaan antara suatu wilayah, maka semakin kecil keterkaitan antar ekonomi domestik. Dengan demikian, semakin besar kemungkinan kebocoran wilayah yang terjadi. 79 Struktur Tabel I-O dengan nilai output total yang ada lebih banyak dialokasikan sebagai permintaan antara daripada permintaan akhir sehingga menunjukkan bahwa output yang ada cenderung ditransaksikan antar sektor dalam proses produksi daripada digunakan untuk konsumsi secara langsung baik masyarakat maupun belanja pemerintah. Berdasarkan struktur input primer atau NTB, sebanyak 49,95 merupakan upah dan gaji Rp 123.922,551 juta, 41,82 merupakan surplus usaha Rp 103.771,311 juta, 5,45 merupakan penyusutan Rp 13.517,075 juta dan 2,78 adalah pajak tak langsung Rp 6.892,562 juta. Tabel 30. Struktur Perekonomian Kota Sabang Berdasarkan Tabel I-O Tahun 2010 25 x 25 sektor No. Uraian Jumlah Juta rupiah Persentase Struktur Input 1. Jumlah Input Antara 118.002,398 2. Jumlah Input Primer Nilai Tambah Bruto 248.103,500 100,00 - Upah dan gaji 123.922,551 49,95 - Surplus Usaha 103.771,311 41,82 - Penyusutan 13.517,075 5,45 - Pajak Tidak langsung 6.892,562 2,78 Struktur Output 3. Jumlah Permintaan Antara 118.002,398 32,22 4. Jumlah Permintaan Akhir 248.183,870 67,78 5. Total Output 366.186,263 100,00 Berdasarkan struktur input primer tersebut, porsi upah dan gaji lebih tinggi apabila dibandingkan dengan surplus usaha. Hal ini menunjukkan kondisi yang cukup baik, karena upah dan gaji merupakan komponen nilai tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja sedangkan surplus usaha merupakan penerimaan bagi pengusaha dan belum tentu dapat dinikmati langsung oleh masyarakat, dalam hal ini khususnya tenaga kerja. Surplus usaha termasuk bagian yang disimpan atau ditanam diperusahaan sebagai laba yang ditahan. Besarnya permintaan dari input antara menggambarkan permintaan yang terjadi antar sektor ekonomi. Secara umum komponen permintaan akhir seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok menggambarkan transaksi domestik, sedangkan ekspor menggambarkan kegiatan transaksi antar wilayah. Adapun struktur Tabel I-O Kota Sabang Tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 3 . Tabel 31. Total Output Tiap Sektor Berdasarkan Tabel I-O Kota Sabang Tahun 2010 No Sektor Perekonomian Total Output Jutaan Rupiah Persentase Peringkat 1. Tanaman Bahan Makanan 8.566,26 2,34 7 2. Tanaman Perkebunan 5.882,58 1,61 10 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 15.075,32 4,12 5 4. Perikanan 7.059,22 1,93 9 5. Kehutanan 491,89 0,13 24 6. Pertambangan dan Penggalian 2.905,26 0,79 16 7. Industri Pengolahan 36.482,86 9,96 4 8. Listrik 3.349,69 0,91 14 9. Air Bersih 1.039,30 0,28 21 10. Bangunan 74.328,03 20,30 2 11. Perdagangan Besar dan Eceran 51.054,26 13,94 3 12. Hotel 1.626,92 0,44 17 13. Restoran 8.959,61 2,45 6 14. Angkutan Jalan Raya 2.724,47 0,74 15 15. Angkutan Sungai, Danau Penyebrangan 7.917,53 2,16 8 16. Jasa Penunjang Angkutan 1.311,86 0,36 18 17. Komunikasi 5.238,00 1,43 11 18. Bank 842,47 0,23 22 19. Lembaga Keuangan Tanpa Bank Jasa Penunjang Keuangan 594,37 0,16 23 20. Sewa Bangunan 4.771,69 1,30 12 21. Jasa Perusahaan 442,85 0,12 25 22. Pemerintahan Umum Pertahanan 119.255,65 32,57 1 23. Sosial Kemasyarakatan 4.016,45 1,10 13 24. Hiburan dan Rekreasi 1.172,11 0,32 19 25. Perorangan Rumah Tangga 1.077,61 0,29 20 Jumlah 366.186,26 100,00 Pada Tabel 31 ditampilkan total output tiap sektor berdasarkan Tabel I-O Kota Sabang tahun 2010. Berdasarkan tabel tersebut, lima sektor yang memiliki kontribusi terbesar berturut-turut adalah sebagai berikut : pemerintahan umum dan pertahanan memberikan kontribusi sebesar Rp 119.255,65 atau sebesar 32,57 dari pembentukan total output seluruh sektor perekonomian. Sektor bangunan memberikan kontribusi sebesar Rp 74.328,03 atau sebesar 20,30 berada 81 diperingkat ke-2, sektor perdagangan besar dan eceran memberikan kontribusi sebesar Rp 51.054,26 atau sebesar 13,94 berada diperingkat ke-3, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar Rp 36.482,86 atau sebesar 9,96 berada diperingkat ke-4 sedangkan sektor peternakan dan hasil-hasilnya memberikan kontribusi sebesar Rp 15.075,32 atau sebesar 4,12 berada diperingkat ke-5. Berdasarkan struktur PDRB dan total output, sektor pemerintahan umum dan pertahanan dan bangunan memiliki peranan yang cukup besar dalam perekonomian wilayah Kota Sabang di Tahun 2010. Peran tersebut akan menjadi lebih baik jika pemerintah Kota Sabang mengalokasikan dana yang cukup untuk membangun Kota Sabang kembali.

5.1.3 Keterkaitan Antar Sektor

Keunggulan suatu sektor dapat dilihat dari tingkat keterkaitan antar sektor tersebut dengan sektor lainnya dalam aktivitas perekonomian Daryanto dan Hafizrianda, 2010. Keterkaitan antar sektor merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh growth pole dalam perkembangan ekonomi. Growth pole tersebut harusnya lebih mengacu pada suatu sektor yang bisa menyebar dalam berbagai aktivitas sektor produksi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar sektor adalah analisis Input-Output I-O. Dari analisis I-O dapat diketahui sektor-sektor mana yang bisa dijadikan leading sector atau sektor pemimpin dalam pembangunan ekonomi sehingga dapat memfokuskan pembangungan pada sektor-sektor yang menjadi pemimpin sehingga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Keterkaitan yang kuat dari suatu sektor ditandai dengan nilai-nilai parameter keterkaitan yang tinggi. Sektor dengan angka keterkaitan ke belakang yang tinggi menunjukkan bahwa peningkatan output sektor tersebut dapat menarik aktivitas sektor-sektor di belakangnya hulu. Sektor yang mempunyai keterkaitan ke depan yang kuat berarti mampu mendorong aktivitas sektor-sektor perekonomian yang ada di hilirnya. Beberapa parameter teknis yang dapat diketahui dari analisis I-O adalah keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, indeks penyebaran dan indeks kepekaan. Pengukuran keterkaitan antar sektor dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode Chenery-Watanabe dan metode Rasmussen. Pada metode Chenery- Watanabe, keterkaitan antar sektor dibagi dalam dua bagian yaitu keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan. Ukuran keterkaitan ke belakang pada suatu sektor beranjak dari model Leontief dengan melihat sisi permintaan demand- driven , sedangkan untuk keterkaitan ke depan dilihat dari sisi penawaran supply- driven . Pada metode Rasmussen, keterkaitan antar sektor dibagi dalam dua bagian yaitu keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan pada suatu sektor dianalisis dengan menggunakan matriks invers Leontief I-A -1 . Ukuran keterkaitan antar sektor ini merupakan ukuran keterkaitan yang menghitung dampak total dari suatu sektor dalam perekonomian Daryanto dan Hafizrianda, 2010.

5.1.3.1 Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke belakang atau Direct Backward Linkage DBL menunjukkan efek permintaan suatu sektor terhadap perubahan tingkat produksi sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung. Keterkaitan langsung ke belakang sektor-sektor perekonomian di tampilkan pada Gambar 18. Nilai DBL diatas rata-rata adalah yang memiliki nilai indeks ≥ 1. Berdasarkan Gambar 18 diketahui bahwa semua sektor memiliki nilai DBL 1. Hal ini menunjukkan bahwa semua sektor memiliki nilai di bawah rata-rata. Urutan lima sektor yang memiliki nilai DBL tertinggi adalah : 1 industri pengolahan nilai DBL sebesar 0,6877. Lima sektor utama sebagai penyedia input bagi sektor industri pengolahan meliputi: sektor tanaman bahan makanan, sektor industri pengolahan, sektor tanaman perkebunan, sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor pertambangan dan penggalian. 2 listrik nilai DBL sebesar 0,6786, dengan lima sektor utama sebagai penyedia input bagi sektor listrik adalah: sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor perorangan dan 83