Minyak Sawit Merah TINJAUAN PUSTAKA

6 dalam campuran yang diukur pada suhu tertentu. SFC berperan pada banyak karakteristik produk seperti penampilan umum, kemudahan pengemasan, sifat organoleptik, dan kemudahan penyebaran spreading. SMP adalah suhu pada saat lemak dalam pipa kapiler yang berada dalam air menjadi cukup leleh untuk naik dalam pipa kapiler. Karakteristik refined bleached deodorized RBD minyak sawit yang diteliti oleh Gee 2007 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 . Karakteristik RBD minyak sawit dan fraksi-faksinya Parameter Minyak kelapa sawit Olein Stearin Bilangan Iod 50.09-54.91 52.07 55.57-61.87 56.75 27.84-45.13 37.74 Slip melting point 33 . 00-39.00 36.72 19.20-23.60 21.45 46.60-53.80 51.44 Indeks refraksi 1.45-1.45 1.45 1.45-1-1.45 1.45 1.44-1-1.45 1.44 Apparent density gMl 0.88-0.89 0.88 0.89-0.89 0.89 0.88-0.88 0.88 Solid fat content pada 5 46.1-60.8 53.7 23.9-45.5 38.3 49.5-84.1 76.0 15 33.4-50.8 39.1 23.9-45.5 38.3 37.2-79.0 68.9 20 21.6-31.3 26.1 10.7-25.9 19.9 25.2-71.2 60.2 25 12.1-20.7 16.3 0.0-9.0 5.7 15.8-63.5 50.6 30 6.1-14.3 10.5 0.0-4.3 2.1 11.2-55.0 40.4 35 3.5-11.7 7.9 7.2-46.6 34.3 40 0.0-8.3 4.6 6.1-38.0 28.1 45 1.0-32.2 22.4 50 0.0-21.3 12.5 55 0.0-9.1 0.6 Keterangan: Nilai dalam tanda kurung adalah nilai tengah

B. Minyak Sawit Merah

Pengolahan pemurnian lebih lanjut terhadap minyak sawit kasar diperlukan untuk menghasilkan minyak atau lemak yang bermutu tinggi sesuai dengan kegunaannya. Proses pemurnian minyak terdiri dari beberapa tahap 7 yaitu pemisahan gum degumming, netralisasi, pemucatan bleaching, dan deodorisasi Allen, 1997. Minyak sawit merah pada penelitian ini dihasilkan dari pemurnian minyak sawit kasar melalui proses degumming, netralisasi, deodorisasi, dan fraksinasi. Proses bleaching tidak dilakukan karena bleaching earth tanah pemucat yang digunakan pada proses bleaching dapat menyerap karotenoid Ariana et al. 1996. Proses degumming bertujuan untuk memisahkan getah atau lendir-lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, dan resin tanpa mengurangi asam lemak bebas dalam minyak Allen, 1997. Proses degumming cukup penting karena sabun yang terbentuk dari reaksi antara asam lemak bebas dengan soda kaustik yang digunakan pada proses netralisasi dapat menyerap gum getah dan lendir sehingga menghambat proses pemisahaan sabun soap stock dari minyak, dan netralisasi minyak yang masih mengandung lendir mengurangi jumlah trigliserida yang dihasilkan karena terjadi penambahan partikel emulsi dalam minyak Djatmiko dan Ketaren, 1985. Proses netralisasi dilakukan untuk menghilangkan asam lemak bebas dalam minyak atau lemak dengan penambahan alkali sehingga terbentuk sabun soap stock. Sabun yang terbentuk dari proses netralisasi dapat menyerap kotoran-kotoran lain yang terdapat dalam minyak, sehingga minyak yang dihasilkan lebih jernih dari “crude oil”-nya Djatmiko dan Ketaren, 1985. Menurut Johnson 2002, netralisasi harus dilakukan dengan benar atau beberapa trigliserida akan tersaponifikasi sehingga meningkatkan refining loss . Proses deodorisasi dilakukan dengan tujuan menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak. Komponen-komponen yang dapat menimbulkan bau dan rasa dari minyak antara lain aldehida, keton, hidrokarbon dan minyak esensial yang jumlahnya sekitar 0.1 persen dari berat minyak Djatmiko dan Widjaja 1985. Proses fraksinasi adalah proses pemisahan berbagai trigliserida menjadi satu atau lebih fraksi dengan menggunakan perbedaan kelarutan trigliserida, yang tergantung pada berat molekul dan derajat ketidakjenuhan. Fraksinasi 8 dilakukan dengan cara peningkatan suhu sampai 70 o C dan penurunan suhu secara perlahan-lahan hingga tercapai suhu kamar sambil diagitasi. Pada suhu kamar terjadi kristalisasi fraksi stearin sehingga fraksi olein yang masih bersifat cair dapat dipisahkan dengan penyaringan vakum Weiss, 1983. Minyak sawit kasar mengandung karotenoid sekitar 500-700 ppm Gee, 2007. Menurut Choo et al. 1993, minyak sawit merah fraksi olein memiliki kandungan karotenoid sebesar 680-760 ppm dan minyak sawit merah fraksi stearin memiliki kandungan karotenoid sebesar 380-540 ppm. Minyak sawit merah tidak dianjurkan digunakan sebagai minyak goreng, karena karotenoid yang terkandung di dalamnya dapat rusak pada suhu tinggi. Minyak sawit merah biasanya digunakan dalam pembuatan minyak salad, serta dapat digunakan sebagai bahan fortifikan makanan untuk produk pangan berbasis minyaklemak, seperti margarin, selai kacang, dan produk spreads lainnya Andarwulan et al. 2003. Karakteristik minyak sawit merah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 . Karakteristik minyak sawit merah Parameter Jumlah Asam lemak bebas 0.04 Bilangan peroksida 0.10 mekvkg Karoten 513 ppm Tokoferol 707 ppm Sumber: Choo et al.1993 Minyak sawit merah mengalami penurunan mutu selama penyimpanan. Cahaya, oksigen, kelembaban, dan panas adalah faktor lingkungan yang dapat berpengaruh buruk terhadap mutu minyak sawit selama pengolahan dan penyimpanan. Cahaya dapat berperan sebagai pemicu awal terjadinya reaksi yang menyebabkan kerusakan minyak Leo, 1983. Oksigen menyebabkan terbentuknya senyawa hidroperoksida, suatu komponen yang berperan dalam ketengikan minyak Osano dan Arowolo, 1990. Kelembaban berperan dalam timbulnya ketengikan hidrolitik pada minyak, sedangkan panas terutama 9 berperan dalam peningkatan laju reaksi oksidasi dan hidrolisis yang menyebabkan penurunan mutu pada minyak Jatmika et al., 1996. Penyimpanan minyak sawit merah pada ruangan gelap bersuhu sekitar 5 memiliki keunggulan dalam hal meminimumkan peningkatan kadar peroksida dan meminimumkan penurunan kadar karoten. Kadar karoten minyak sawit merah yang disimpan di ruang gelap, bersuhu rendah, dan ruang yang tidak terkena sinar matahari langsung relatif tidak berubah Jatmika dan Guritno, 1997.

C. Karotenoid