UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.1 Struktur kimia gelatin Grobben et al., 2004
2.2.1 Sifat Fisika Kimia Gelatin
Gelatin komersial yang beredar di pasaran dapat berbentuk lembaran tipis yang transparan atau granul transparan, berwarna kuning terang hingga kuning pucat, tidak
berbau dan tidak berasa Irwandi, et al., 2009. Kelembaban yang dimiliki oleh gelatin berkisar antara 8-13 dengan densitas relatifnya 1,3-1,4 GMIA, 2012. Sifat fisika
dan kimia gelatin dipengaruhi oleh sumber hewan, jenis hewan, umur hewan, tipe kolagen, karakteristik kolagen, metode pembuatan, temperatur, waktu dan pH selama
proses produksi Kolodziejska et al., 2008. Menurut Handbook Of Pharmaceutical Excipent 2009, gelatin praktis tidak
larut dalam aseton, kloroform, etanol 95, eter dan metanol. Namun, larut dalam gliserol, propilen glikol asam dan basa lemah. Penambahan asam dan basa kuat dapat
mengendapkan gelatin. Gelatin larut dalam air panas dan akan membentuk gel pada suhu 35-40
C. Sementara, pada suhu lebih besar dari 40 C sistem berada dalam
keadaan sol yang bersifat reversibel terhadap pemanasan. Dalam air, gelatin akan mengembang dan melunak, secara perlahan akan menyerap air sebanyak 5-10 kali
bobotnya. Larutan gelatin yang steril bila disimpan dalam suhu dingin akan stabil. Tetapi pada suhu tinggi larutan gelatin akan rentan terhadap reaksi hidrolisis.
Menurut Handbook Of Pharmaceutical Excipent 2009, karakteristik gelatin yang umum dimanfaatkan sebagai eksipien adalah kemampuan gelatin mengembang
dan membentuk gel. Kemampuan pembentukan gel dan viskositas gelatin akan menurun dengan pemanasan pada suhu di atas 40
C. Kekakuan atau kekuatan gel
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tergantung pada konsentrasi gelatin, kekuatan intrinsik dari gelatin, pH, suhu, dan adanya zat tambahan. Kekuatan instrinsik gelatin merupakan fungsi dari struktur dan
massa molekul GMIA, 2012.
Gelatin merupakan senyawa amfoter, dimana titik isoelektrik gelatin tipe A berada diantara pH 7-9 dan titik isoelektrik gelatin tipe B berada pada pH 4,7-5,4.
Perubahan pH yang ekstrim dan adanya enzim proteolitik karena kontaminasi mikroorganisme dapat menyebabkan degradasi pada gelatin. Sifat fisika dan kimia
gelatin dapat berubah dengan adanya modifikasi struktur gelatin atau reaksi kimia, meliputi seperti asilasi, esterifikasi, deaminasi, cross-linking dan polimerisasi, serta
reaksi sederhana dengan asam dan basa. Viskositas larutan gelatin akan sebanding
dengan jumlah gelatin yang digunakan GMIA, 2012.
Terdapat 2 tipe gelatin komersial di pasaran, yaitu gelatin tipe A yang diproduksi melalui hidrolisis asam dan gelatin tipe B yang diproduksi melalui hidrolisis
basa. Sifat fisika dan kimia gelatin tipe A dan tipe B tidak banyak berbeda. Perbedaan gelatin tipe A dan tipe B berada pada asam amino penyusunnya. Gelatin tipe A
memiliki kandungan glisin dan prolin yang lebih besar dibandingkan gelatin tipe B. Selain itu, asam amino yang bersifat polar seperti asam aspartat, asam glutamat dan
arginin juga lebih banyak terdapat pada gelatin tipe A Hermanto, et al., 2013.
2.2.2 Klasifikasi Gelatin