Strategi Perang Jepang Dalam Menyelesaikan Sengketa Iwo Jima Dengan Pihak Amerika Serikat

(1)

SKRIPSI

STRATEGI PERANG JEPANG DALAM MENYELESAIKAN

SENGKETA

IWO JIMA

DENGAN PIHAK AMERIKA SERIKAT

BEIKOKU TO NO

IWO JIMA

NO ARASOI O KAIKETSU SURU

TAME NO NIHON NO SENRYAKU

 

DISUSUN OLEH

:

AZLINA SARI

110722004

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG EKSTENSI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabiil ‘Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisian skripsi ini. Salawat sarta salam kepada Rasulullah SAW, teladan yang terbaik bagi umat manusia.

Skripsi yang berjudul “STRATEGI PERANG JEPANG DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA IWO JIMA DENGAN PIHAK AMERIKA SERIKAT” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Sarjana pada Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dalam susunan kalimatnya maupun proses analisisnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini agar dapat menjadi skripsi yang lebih bermanfaat dan lebih sempurna.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai


(3)

Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan segala hal yang sangat bermanfaat bagi penulis dan telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak/Ibu para dosen pengajar Departemen Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis.

5. Kepada orang tua penulis, Supranata dan ibunda tercinta, Yusnizar Br. Sagala, yang telah memberikan dukungan serta mendoakan penulis agar selalu sehat, memberikan dukungan moral dan material yang tak terhingga hingga saat ini, yang tidak akan mampu penulis balas sampai kapanpun juga. 6. Kepada abangnda penulis Azwinnata dan Yudi Pranata terima kasih atas

dukungan moral dan materialnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.

7. Kepada sahabat penulis, khususnya Laraiba Nasution yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada teman-teman DIII Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara,

khususnya Rita Khairani, M. Abduh, Iqrami Azzahro yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

9. Kepada abangnda Indra Jaya Siregar yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(4)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman maupun kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukan.

Medan, Oktober 2013

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR………..…...i

DAFTAR ISI………...iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...1

1.2 Perumusan Masalah………...3

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan…………...6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori………...…..6

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian……….……9

1.6 Metode Penelitian………...10

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERANG JEPANG-AMERIKA SERIKAT 2.1 Tentara Jepang………...12

2.1.1 Tentara Jepang Tradisional………....……….13

2.1.2 Tentara Jepang Modern……….….23


(6)

2.3 Keberadaan Pulau Iwo Jima Dengan Peperangan Jepang Dan

Tentara Amerika Serikat………40

BAB III STRATEGI JEPANG DALAM MEMPERTAHANKAN IWO

JIMA

3.1 Semangat Bushido………...44

3.2 Teknologi Perang………….………..49

3.3 Perjalanan Perang Di Iwo Jima………...54

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan………....59

4.2 Saran……….……….60

DAFTAR PUSTAKA………..61


(7)

ABSTRAK

STRATEGI PERANG JEPANG DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA IWO JIMA DENGAN PIHAK AMERIKA SERIKAT

Sengketa Iwo Jima atau yang lebih dikenal dengan peperangan Iwo Jima merupakan peperangan yang terjadi di pulau Iwo Jima. Iwo Jima merupakan pulau vulkanik di Jepang dan merupakan bagian dari kepulauan Ogasawara. Iwo Jima terletak kurang lebih 650 mill laut 1200 km dari selatan kota Tokyo. Dan di bagian selatan pulau Iwo Jima terdapat gunung Suribachi yang sudah tidak aktif dengan tinggi 168 meter. Iwo Jima juga merupakan pangkalan udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dimana ada sebuah pangkalan udara dengan panjang landasan yang mencapai 2.650 meter dan lebarnya sekitar 60 meter.

Peperangan Iwo jima terjadi pada tanggal 19 Februari 1945 dan berakhir pada tanggal 26 Maret 1945. Peperangan Iwo Jima merupakan peperangan yang terjadi antara Negara Jepang dan Amerika Serikat sebagai dampak adanya Perang Dunia II. Pada Perang Dunia I Jepang mampu mengalahkan Rusia di tahun 1904 – 1905 dan Jepang dinyatakan sebagai salah satu pemenang Perang Dunia I. Akan tetapi, kemenangan tersebut tidak membuat Jepang merasa puas sehingga Jepang ikut bergabung kedalam blok poros bersama Jerman dan Italia pada Perang Dunia II. Sedangkan, Amerika Serikat bergabung kedalam blok sekutu.

Jepang secara terang – terangan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat dengan merebut pangkalan udara Amerika Serikat di Filipina dan


(8)

merupakan Negara jajahan Amerika Serikat. Sebagai puncaknya pada tanggal 7 Desember 1941 Jepang mengebom Pearl Harbor yang merupakan pangkalan angkatan laut terbesar Amerika Serikat di Pasifik. Serangan Jepang tersebut membuat Jepang dan Amerika Serikat ikutan di dalam Perang Dunia II.

Pada hari – hari terakhir Perang Dunia II Jepang mulai terdesak atas serangan dari pihak Amerika Serikat. Wilayah jajahan Amerika Serikat yang dimiliki oleh Jepang direbut kembali oleh Amerika Serikat. Jepang yang terdesak atas serangan Amerika Serikat mulai menyusun strategi agar Jepang tidak jatuh dan kalah ketangan Amerika Serikat. Amerika Serikat memilih pulau Iwo Jima yang merupakan pangkalan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang sebagai wilayah Jepang yang akan dikuasai pertama kali. Hal ini disebabkan Iwo Jima merupakan pintu gerbang tercepat menuju Tokyo. Dalam peperangan Iwo Jima Jepang memang kalah dalam perebutan wilayah tersebut dan Amerika Serikat pada akhirnya berhasil menguasai Iwo Jima. Akan tetapi jika ditinjau dari segi korban perang Amerika Serikat kalah telak dalam peperangan tersebut. Dalam peperangan Iwo Jima jumlah korban tewas dari Amerika Serikat adalah 20.000 orang dan 6821 orang tertangkap dengan jumlah awal pasukan sebanyak 100.000 orang. Sedangkan, dipihak jepang korban tewas adalah 20.000 orang dan 216 orang tertangkap dengan jumlah awal pasukan sebanyak 20.700 orang.

Dalam merebut pulau Iwo Jima Amerika Serikat mendapat serangan pertahanan yang dilakukan oleh pasukan Jepang yang berada di Iwo Jima. Serangan pertahanan tersebut merupakan strategi perang yang telah direncanakan secara matang oleh pasukan Jepang selama Sembilan bulan sebelum Amerika Serikat datang untuk merebut pulau Iwo Jima dari Jepang. Strategi perang tersebut


(9)

merupakan strategi perang yang mengkombinasikan strategi perang Jepang secara tradisional dan modern.

Strategi perang Jepang dalam mempertahankan Iwo Jima secara tradisional yaitu dengan membekali setiap pasukan tentara berupa landasan mental spiritual yang disebut dengan etos (nilai – nilai semangat) “bushidou”. Bushi artinya ‘pejuang’, dan Dou artinya ‘cara’. Jadi, bushido dapat diartikan yaitu cara pejuang. Bushidou mengajarkan aspek hidup yang harus dipunyai seseorang dalam hidup yaitu kejujuran, keberanian, kemurahan hati, kesopanan, kesungguhan, kehormatan dan harga diri serta kesetiaan. Dalam peperangan Iwo Jima juga setiap pasukan Jepang diharuskan membunuh musuh sepuluh orang sebelum mati. Dan pasukan Jepang yang tertangkap juga memilih untuk bunuh diri ketimbang harus menanggung malu karena tertangkap oleh musuh. Dalam hal tersebut menggambarkan bahwa pasukan Jepang benar – benar menggunakan semangat bushidou sebagai landasan mental spiritual mereka karena mereka berani mati dalam mempertahankan negaranya.

Sedangkan, strategi perang Jepang dalam mempertahankan Iwo Jima secara modern adalah dengan menggunakan alat–alat teknologi perang modern yang dibuat sendiri oleh Jepang. Alat – alat teknologi perang tersebut berupa senjata senapan mesin baik berupa senapan mesin laras pendek maupun laras panjang yang kecanggihannya berhasil dikembangkan dari pengadopsian senjata bangsa barat. Selain itu, pasukan Jepang juga dilengkapi dengan senjata bayonet. Bayonet merupakan senjata berupa pisau yang di produksi dari tahun 1897 sampai tahun 1945 dengan panjang mata pisau sepanjang 16 inchi. Kemudian, bom dan


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama yang sanggup meniru bangsa-bangsa Eropa dalam perkembangan Industri, hukum bahkan kemiliteran. Majunya perkembangan industri membuat Jepang semakin maju dalam bidang kemiliteran, terutama dalam pengadaan alat-alat canggih peperangan. Sepanjang sejarah, Jepang adalah negara yang terisolasi dari semua negara-negara utama dunia. Untuk dua abad lebih, dari tahun 1638 sampai dengan 1868 Jepang hampir sempurna terasing dari kontak dunia luar.

Selain itu, Jepang juga merupakan bangsa Asia pertama yang mampu mengalahkan bangsa Eropa dalam Perang Dunia I dengan menggunakan senjata teknologi modern yaitu ketika Jepang mengalahkan Rusia dari tahun 1904 sampai dengan tahun 1905. Akan tetapi, usaha-usaha peniruan kepada negara-negara Eropa membuat Jepang menjadi terjerumus kepada kesalahan-kesalahan yang sama, yaitu dengan mengadakan petualangan militer dalam membentuk daerah jajahan. Petualangan-petualangan militer tersebut telah menjerumuskan Jepang ke dalam Perang Dunia II.

Peperangan Iwo jima yang terjadi sekitar 19 Februari 1945 sampai dengan 26 Maret 1945 dan sering juga disebut dengan Operasi Detasemen merupakan buntut pertempuran antara Jepang dan Amerika Serikat. Jepang yang pada saat itu terang -terangan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat dengan menyerang Pearl


(11)

Harbor yang merupakan pangkalan angkatan laut terbesar Amerika Serikat di Pasifik. Jepang yang mabuk kejayaan juga menyerang pangkalan angkatan udara Amerika Serikat di Filipina. Kemudian, Jepang juga menguasai Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma serta Hindia Belanda yang kaya akan minyak yang sebelumnya dikuasai oleh pihak Amerika Serikat. Penyerangan secara terang-terangan ini membuat Jepang dan Amerika Serikat ikut andil dalam Perang Dunia II.

Jepang dan Amerika Serikat yang berseteru masing-masing bergabung kepada blok-blok yang juga ikut andil dalam terjadinya Perang Dunia II. Jepang masuk ke dalam anggota Blok Poros bersama Jerman dan Italia. Sedangkan, Amerika Serikat ikut bergabung dalam keanggotaaan Blok Sekutu.

Amerika Serikat yang secara terang-terangan diserang oleh pihak Jepang tidak tinggal diam saja. Amerika Serikat dengan gencarnya kembali menyerang pihak Jepang. Setelah melewati berbagai pertempuran, pada hari-hari terakhir Perang Dunia II Jepang mulai terdesak atas serangan Amerika Serikat. Tentara Amerika Serikat dalam menaklukan Jepang memilih Pulau Iwo Jima sebagai pulau Jepang pertama yang akan ditaklukkan karena dianggap strategis dalam menjatuhkan korban peperangan dipihak Jepang.

Jepang yang juga merasa terdesak atas penaklukan Iwo Jima melakukan pertahanan-pertahanan agar Jepang tidak dikuasai oleh Amerika Serikat dengan melakukan strategi pertahan dan perjuangan yang begitu luar biasa. Tentara Jepang yang jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan tentara Amerika Serikat mampu menimbulkan korban yang begitu banyak dipihak Amerika Serikat. Jatuhnya jumlah korban besar yang ada dipihak Amerika Serikat tidak terjadi


(12)

begitu saja. Hal ini disebabkan oleh semangat juang tentara Jepang serta strategi-strategi perang yang direncanakan sedemikian rupa oleh tentara dan ketua-ketua perang Jepang. Baik menggunakan strategi perang modern maupun strategi perang tradisional kuno yang merupakan warisan leluhur masyakat Jepang dari zaman Keshogunan Tokugawa.

Oleh karena latar belakang tersebutlah, penulis memlih judul “STRATEGI

PERANG JEPANG DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA IWO JIMA

DENGAN PIHAK AMERIKA SERIKAT” karena sangat menarik untuk diteliti.

1.2 Perumusan Masalah

Di dalam peperangan kemenangan tidak hanya dicapai karena adanya teknologi canggih alat perang, selain banyaknya bala tentara yang cakap juga diperlukan strategi-strategi penyerangan dan pertahanan agar semuanya berjalan lancar. Jepang yang ikut andil dalam Perang Dunia II dan mulai terdesak akibat serangan Amerika Serikat ke Pulau Iwo Jima merencanakan strategi agar dapat bertahan.

Pada bulan Mei 1944, Jenderal Tojo memanggil Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi ke kantor Perdana Menteri Jepang. Hal ini dimaksudkan sebagai pengangkatan Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi sebagai Komandan Pasukan di Iwo Jima.

Letnan Jenderal Kuribayashi merupakan pensiunan seorang samurai dan perwira yang telah lama bertugas dengan pengalaman 30 tahun yang memuaskan, Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi juga telah lama menghabiskan waktu di Amerika


(13)

Serikat sebagai wakil atase. Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi berkata “Amerika Serikat adalah negara terakhir di dunia yang perlu diperangi Jepang”. Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi juga menulis surat kepada istri dan anak-anaknya yang isinya meminta kepada keluarga untuk tidak menunggu kepulangannya. Segenap Jiwa dan raga dilakukannya agar Iwo Jima tidak direbut oleh pihak Amerika Serikat.

Amerika Serikat memilih Iwo Jima sebagai tempat penaklukan pertama yang diserang dikarenakan posisi tentara Jepang yang strategis di pulau Iwo Jima, bunker yang saling terhubung, dan artileri yang tersembunyi, dan terowongan bawah tanah sejauh 18 km(11 mil). Selain itu, sebelumnya Amerika Serikat dibantu dengan tembakan meriam kapal-kapal perang dan Marinir Angkatan Udara yang sudah menembakai Iwo Jima sejak penyerangan dimulai.

Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi mengatur pertahan kuno yang sudah ada ketika dia tiba di pulau Iwo Jima. Penduduk sipil dikirim ke daratan utama Jepang agar tidak ikut menghabiskan perbekalan makanan dan air yang terbatas. Kemudian, Pada saat pertempuran, tentara Jepang yang dikomandoi Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi mengharuskan tentara Jepang untuk membunuh 10 tentara pasukan Amerika Serikat sebelum mati. Dalam keadaan seperti itu, Jepang memegang strategi rela mati demi nusa dan bangsa sehingga menimbulkan kematian korban yang banyak di pasukan Amerika Serikat. Jepang dengan bala tentara berjumlah 20.700 orang dengan jumlah korban mati 20.000 dan tertangkap 216 orang berbanding terbalik dengan Amerika Serikat yang bala tentara sebanyak 100.000 orang dengan korban 20.000 orang tewas dan 6.821 orang tertangkap. Sedikitnya jumlah pasukan tentara Jepang tidak membuat Jepang


(14)

menerima kekalahan begitu saja, melainkan balik menyerang musuh dengan kewajiban membunuh 10 orang pasukan Amerika Serikat sebelum mati.

Hal tersebut dikarenakan Jepang yang notabene dengan sebutan bangsa yang masyarakatnya terkenal dengan disiplin tinggi dan memegang teguh budaya leluhur mereka. Budaya leluhur yang diwariskan adalah falsafah “bushidou” yang secara harfiah berasal dari kata jepang Bu berarti “senjata”, Shi berarti “orang” (Bushi : Orang yang dipersenjatai atau dikenal sebagai prajurit), Dou yang artinya “jalan”. Sehingga makna bushidou dapat diartikan sebagai Jalan Prajurit dan bushidou yang menjadi karakter asal rakyat Jepang diterapkan di kalangan pasukan tentara yang bertempur di Iwo Jima tersebut. Dalam hal ini bushidou merupakan dasar terbentuknya semangat juang tentara Jepang yang bertempur di pulau Iwo Jima pada saat akhir Perang Dunia II. Semangat juang bushidou tersebut merupakan salah satu strategi pertahanan Jepang dalam melawan Amerika Serikat.

Berikut adalah rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yang dapat menjawab masalah yang dimunculkan penulis:

1. Strategi apa yang digunakan Jepang hingga mampu menimbulkan korban yang banyak di pihak Amerika Serikat?

2. Bagaimana realitas semangat bushidou yang direalisasikan pada peperangan di pulau Iwo Jima?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam pembahasan skripsi ini dianggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup pembahasan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang


(15)

jauh sehingga masalah yang akan dikemukakan lebih terarah dalam penulisannya nanti.

Dalam penulisan skripsi ini, ruang lingkup pembahasan di fokuskan pada strategi Perang Jepang baik berupa strategi perang tradisional kuno maupun strategi perang Jepang modern yang digunakan pada saat melawan Amerika Serikat dalam peperangan di Iwo Jima.

Supaya pembahasan penulis dalam skripsi ini lebih jelas dan akurat maka penulis dalam BAB II menjelaskan juga tentang sejarah perang Jepang-Amerika serikat. Selain itu, di dalam BAB III akan diperdalam lagi strategi perang Jepang berdasarkan semangat bushidou, teknologi alat peperangan dan hari-hari peperangan di Iwo Jima.

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Pada tahun isolasi negara Jepang diremehkan atas teknologi canggih alat perangnya. Akan tetapi, setelah diadakannya Restorasi Meiji Jepang mampu mengungguli negara-negara Eropa dan hadir sebagai bangsa Asia pertama yang mampu mengalahkan Eropa.

Masuknya Jepang sebagai pelaku negara yang ikut dalam Perang Dunia II, membuat Jepang berperang dengan pihak Amerika Serikat dan dihari-hari akhir Perang Dunia II membuat Jepang terdesak dalam melawan Amerika Serikat. Dalam perlawanan, Jepang melakukan strategi-strategi militer pertahanan. Menurut Scott Sigmund Gartner (1999) Strategi Militer adalah sebuah kebijaksanaan yang dilaksanakan oleh organisasi militer untuk mengejar


(16)

sasaran-sasaran strategis militer yang diinginkan. Carl Von Clausewithz menyatakan bahwa strategi militer adalah tujuan yang ditentukan oleh politik dan perang adalah kesinambungan politik dengan cara militer.

Strategi militer Jepang pada saat terjadinya peperangan Iwo Jima menggunakan strategi Perang modern yang dikombinasikan dengan strategi perang Jepang tradisional kuno yaitu falsafah bushidou dalam pembinaan pasukannya. Strategi perang adalah seni pengaturan pasukan (Maurice Matloff, 1996:1).

2. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan landasan atau kejelasan berfikir dalam memecahkan masalah atau mensorotinya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti menurut Nawawi dalam Sangidu (2007:4).

Kerangka teori menurut Koentjaraningrat (1976:11), berfungsi sebagai pendorong proses berpikir dedukatif yang bergerak dari alam abstrak kealam kongkrit. Perlunya kerangka teori dalam penelitian agar dapat membuat sipeneliti menggunakan kerangka berpikir sehingga dalam penulisannya dapat terarah dan hal yang dibahas dapat dibatasi sehingga tidak meluas.

Bangkitnya kemiliteran masyarakat Jepang dan bertambahnya teknologi Jepang yang mampu membuatnya keluar sebagai pemenang Perang Dunia ke II dalam melawan Rusia membuat Jepang semakin bersemangat dalam mencapai kemenangan dalam Perang Dunia ke II. Dalam berperang, tentara Jepang dengan pasukan armadanya yang kuat serta dengan peralatan perang dengan teknologi yang canggih tidak cukup untuk mencapai kemenangan, perlu juga mempunyai


(17)

strategi perlawanan dan pertahanan. Oleh karena itu, pembahasan mengenai strategi perang Jepang dalam peperangan Iwo Jima memerlukan pendekatan historis.

Pendekatan historis adalah kajian logika terhadap peristiwa-peristiwa setelah peristiwa itu terjadi. Menurut Sumadi Suryabrata (1983:16) tujuan penelitian ini adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverivikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui secara jelas bagaimana hari-hari terakhir Perang Dunia ke II dimana Jepang termasuk ikut ambil andil dalam peperangan yang terjadi.

2. Untuk mengetahui perbandingan strategi yang dilakukan oleh pihak Jepang dan Amerika Serikat dalam peperangan Detasemen atau yang disebut juga dengan peperangan Iwo Jima.


(18)

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat dan berguna bagi pihak-pihak tertentu, yaitu:

a. Bagi peneliti sendiri dapat menambah wawasan mengenai hari-hari peperangan di Iwo Jima dalam Perang Dunia ke II.

b. Bagi para pembaca diharapkan dapat menambah wawasan mengenai perihal terjadinya peperangan di Pulau Iwo Jima antara Jepang dan Amerika Serikat dalam mempertahankan negaranya, sehingga diharapkan mampu memberikan dorongan dan semangat dalam membela negara.

1.6 Metode Dan Teknik Penelitian

Metode adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode Deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30), bahwa penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Metode deskriptif juga merupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji, dan menginterpretasikan data.

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan menyelusuri sumber-sumber kepustakaan dengan buku-buku dan referensi yang


(19)

berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Menurut Nasution (1996:14), beberapa aspek perlu dicari dan diteliti meliputi; masalah, teori, konsep dan penarikan kesimpulan. Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini. Data yang diperoleh dari referensi tersebut kemudian dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

2. Teknik Penelitian

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka digunakan metode kepustakaan (Library Research) yang terbagi atas:

a. Documentary Research

Menghimpun data dari internet yang berhubungan dengan judul skripsi ini. b. Survey Book

Menghimpun data dari berbagai macam literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data juga diambil dari buku-buku yang terdapat di Perpustakaan Umum Universitas Sumatera Utara, pemanfaatan buku-buku pribadi penulis dan Perpustakaan Daerah Medan, Sumatera Utara.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG PERANG

JEPANG- AMERIKA SERIKAT

2.1 Tentara Jepang

Masing-masing sebuah negara memiliki pasukan tentara perang sebagai alat negara yang bertugas mempertahankan negara dari serangan musuh. Jepang yang notabene merupakan negara yang sempat menutup diri dari pengaruh dunia lain selama lebih dari dua abad yaitu sekitar tahun 1638 sampai dengan 1853. Pada tahun-tahun pengisolasian negara tersebut Jepang sukses menutup diri dari pengaruh dunia luar dari segala aspek hidup. Sistem negara pada saat itu merupakan sistem negara kekaisaran Jepang yaitu dimana bahwa kekuasaan tertinggi terdapat ditangan kaisar. Kaisar dalam memerintah tidak sendirian dalam mengambil dan menetapkan segala keputusannya. Kaisar dibantu oleh Shogun yang juga merupakan tangan kanan dan orang kepercayaan kaisar. Keberadaan Kaisar dan Shogun ditandai dengan adanya sistem feodal militerisme yang diberlakukan pada saat tersebut.

Pada masa kepemimpinan kaisar dan sebelum terjadinya Restorasi Meiji Jepang juga memiliki pasukan tentara perang yang sangat luar biasa kehebatan dan ketangkasan kerjanya. Shogun merupakan panglima tertinggi dari pasukan tentara tradisional kekaisaran Jepang. Shogun dan pasukan tentara Jepang seringkali dikenal dan disebut sebagai samurai.

Kemudian, setelah diberlakukannya Restorasi Meiji dimana Jepang membuka diri dan menghapuskan kasta-kasta yang ada dimasyarakat Jepang. Kaisar juga melakukan perintah dan peraturan dimana diberlakukannya


(21)

pertukaran pelajar dimana pemuda-pemudi Jepang dikirim keluar negeri untuk mempelajari segala bidang ilmu pengetahuan termasuk kedalam bidang hukum dan tekhnik peperangan. Kemudian, setelah pemuda-pemudi dinilai cakap dalam mengemban tugasnya sebagai pelajar, pemuda-pemudi tersebut dipanggil pulang untuk mengajarkan kembali kepada masyarakat Jepang tentang segala hal yang mereka pelajari di luar negeri. Pemuda-pemudi yang telah mempelajari bidang hukum dan tekhnik peperangan diperintahkan kaisar untuk mengambil andil sebagai pasukan peperangan negara. Restorasi Meiji atau lebih dikenal dengan zaman modern Jepang lebih canggih dalam pengadaan peralatan perang serta taktik peperangan juga lebih canggih karena itu disebut dengan tentara modern Jepang. Tentara modern jepang terbagi atas dua bagian yaitu Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.

Pada bab 2.1.1 akan dibahas lebih detail mengenai tentara tradisional Jepang dan pada bab 2.1.2 juga akan dibahas secara mendetail mengenai tentara modern Jepang yaitu terbagi atas dua kelompok yang merupakan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.

2.1.1 Tentara Tradisional Jepang

Tentara tradisional Jepang merupakan tentara pada masa feodal Jepang (zaman Kamakura-zaman Edo). Pada abad ke-10 Jepang dimana berakhirnya zaman Heian terjadi perkembangan sejarah Jepang yaitu terbentuknya sistem feodal yang menghasilkan kaum samurai ataupun bushi yang mempunyai peranan penting dalam sejarah Jepang. Samurai merupakan tentara tradisional Jepang yang


(22)

kiprahnya terkenal pada zaman sebelum restorasi meiji akan kesetiaan pengabdian, loyalitas dan pengorbanan jiwa dan raga terhadap kaisar.

Samurai adalah istilah untuk perwira militer kelas elit sebelum zaman industrialisasi di Jepang. Dikatakan perwira militer kelas elit dikarenakan samurai memiliki hak istimewa dimana hanya samurai yang berhak memiliki nama keluarga (nama marga), sedangkan golongan lain seperti golongan petani tidak diperbolehkan menggunakan nama keluarga. Selain itu, hanya golongan samurai yang diperbolehkan membawa dan menggunakan senjata.

“Samurai” berasal dari kata kerja “Samorau” yang merupakan bahasa Jepang kuno. Kemudian, “Samorau” berubah menjadi “Saburau” yang artinya adalah “melayani” dimana saburau digunakan pada zaman Heian. Kemudian “Saburau” berubah menjadi “Samurai” yang artinya “yang bekerja sebagai pelayan bagi sang “majikan” pada saat memasuki zaman Kamakura. Selain itu, samurai juga diistilahkan dengan beberapa kata lainnya yaitu:

1. Buke (武家) yang artinya adalah ahli bela diri.

2. Kabukimono () yang artinya adalah samurai yang berwarna-warni. 3. Mono nofu (もののふ ) istilah silam yang artinya panglima. 4. Musha (武者) secara harfiah dapat diartikan pakar bela diri. 5. Si (士) huruf kanji pengganti “orang” samurai.

6. Tsumomono (兵) istilah silam bagi tentara yang ditonjolkan oleh Matsuo Basho dalam haiku terkenalnya yang secara harfiah arti dari Tsumomono adalah orang kuat (http//id.google.com/samurai).

Kemudian saat memasuki zaman Edo yang berkisar antara tahun 1603 sampai dengan 1868 istilah penggunaan kata samurai dibagi atas beberapa jenis yang


(23)

lebih tepat yaitu bushi ( 武士 ). Bushi secara harfiah artinya “orang bersenjata” yang digunakan dimasa zaman feodal Jepang. Di zaman feodal Jepang atau sering juga disebut dengan era Tokugawa samurai secara umumnya merupakan kaki tangan umum bagi seorang daimyo (tuan tanah). Akan tetapi, ada juga samurai yang tidak terikat dengan klan atau bekerja untuk daimyo (tuan tanah) disebut dengan ronin. Ronin secara harfiah diartikan sebagai “orang ombak” yaitu tentara yang hidupnya seperti ombak kesana-kemari sesuai takdir dan keinginan hatinya tanpa ada yang memerintah. Selanjutnya, samurai yang bertugas di wilayah han disebut dengan hanshi.

Bushi merupakan samurai yang memiliki pedoman hidup yang disebut dengan bushidou (武士道).Bushidou secara harfiah berasal dari kata Bu berarti “senjata”, Shi berarti “orang”, jadi bushi adalah orang yang dipersenjatai. Sedangkan, Dou artinya “jalan”, jadi dapat diartikan bahwa bushidou adalah jalan prajurit atau jalan orang yang dipersenjatai. Bushidou merupakan penyatuan prinsip kesetiaan dan keberanian seorang militer dengan sikap moral tinggi yang diajarkan oleh konfusianisme.

Di dalam bushidou diajarkan bahwa seorang samurai wajib memegang senjata ataupun pedang yang disebut dengan Ken ((剣 ). Ken dibagi dalam banyak jenis dimana pembagiannya dibagi berdasarkan ukurannya. Setiap pedang diukur dengan ukuran “shaku” dimana 1 shaku artinya sekitar 30 cm. Meskipun samurai menggunakan beberapa macam jenis pedang, tetapi katana merupakan senjata yang identik dengan keberadaan samurai (http/id.google.com/jenis pedang samurai).


(24)

Dalam bushidou diajarkan bahwa katana adalah roh dari seorang samurai dan digambarkan bahwa seorang samurai sangat tergantung pada katana dalam setiap pertempuran. Samurai percaya bahwa katana sangat penting dalam memberi kehormatan dan merupakan bagian dalam hidupnya meskipun katana bukan menjadi senjata utama samurai. Selain katana berikut akan dijelaskan jenis ken lainnya yang menjadi senjata para bushi yaitu:

1. Tanto

Tanto merupakan pedang samurai yang ukurannya sekitar 25 cm. Karena ukurannya yang kecil pedang ini termasuk kategori pisau. Tanto digunakan untuk menusuk musuh yang dating secara tiba-tiba. Selain samurai wanita zaman Jepang dahulu juga sering membawa tanto yang diselipkan dibalik obi (ikat pinggang kimono) sebagai pelindung diri ataupun untuk membuat serangan secara mendadak.


(25)

2. Wakizashi

Wakizashi merupakan jenis pedang samurai yang panjangnya 30-60 cm dan digunakan sebagai pedang cadangan. Wakizashi diikatkan dipinggang dan dapat membelah benda apa saja. Wakizashi merupakan tipe pedang dengan ketajaman disatu sisi dan dipegang dengan sebelah tangan.

Gambar pedang Wakizashi 3. Kodachi

Kodachi ukurannya lebih panjang dari Wakizashi tetapi lebih pendek dari katana. Biasa digunakan sebagai perisai dalam serangan tangan. Karena tidak sepanjang katana yaitu sekitar 2 shaku atau 60-75 cm maka kodachi boleh dibawa oleh orang biasa. Wakizashi bentuknnya lebih melengkung daripada wakizashi dan cukup ringan. Sehingga kodachi mudah digerakkan dengan lincah oleh penggunanya. Kodachi memiliki sudut kemiringan sebesar 1,5 inchi dengan ujung bilah yang sedikit lebar. Dengan ketajaman disatu sisi dan dipegang dengan satu tangan.


(26)

4. Katana

Katana merupakan pedang khas seorang samurai. Dengan ukuran panjang pedang 60-70 cm dengan bentuk yang melengkung dan sisi kemiringan sekitar 20 inchi sekaligus gagang pedang yang lebarnya sekitar 30 cm dan bilah pedang yang rata. Katana wajib dimiliki oleh samurai fungsinya selain untuk mempertahankan diri namun juga untuk menunujukkan status sosialnya. Biasanya katana dibawa berpasangan dengan wakizashi. Katana merupakan pedangan dengan ketajaman disatu sisi dan dipegang dengan satu atau dua genggaman tangan. Katana merupakan pedang yang memiliki berbagai macam model dan jenis pedang katana yang terkenal adalah kunasagi, masamune, muramasha, osafune, nihon, dan sakabutou. Keenam pedang tersebut sangat legendaris dan khusus pedang kunasagi hanya dibuat 1 di dunia dan hanya kaisar yang boleh menggunakan dan melihatnya dalam ritual keagamaan.

Gambar Pedang Katana

5. Tsurugi

Tsurugi merupakan pedang dengan panjang sekitar 70 cm dan gagang pedang dengan bilah yang lurus. Tsurugi lebih berat ketimbang pedang samurai lainnya. Tsurugi cocok untuk digunakan untuk menghadapi musuh yang berperisai tebal. Akan tetapi, karena tsurugi terlalu berat pedang jenis ini tidak terlalu populer dan


(27)

jarang digunakan oleh samurai. Tsurugi merupakan pedang dengan ketajaman dari kedua sisi dan dipegang dengan kedua tangan.

Gambar Pedang Tsurugi

6. Chokuto

Chokuto merupakan pedang dengan panjang sekitar 60 cm dan lebar gagang sekitar 30 cm. Bentuk gagang memiliki bilah pedang yang lurus. Chokuto ditemukan sebelum zaman Heian (abad 9) dimana dizaman tersebut masyarakat Jepang belum menemukan tekhnik melengkungkan pedang. Jadi, dikarenakan bentuk pedangnya yang lurus sulit digunakan sehingga jarang dipakai dalam pertempuran. Dan setelah ditemukannya katana dizaman Edo Chokuto tetap diproduksi tetap diproduksi tetapi fungsinya hanya sebagai pedang pusaka upacara sacral. Pedang chokuto merupakan pedang dengan ketajaman disatu sisi dan digenggam oleh kedua tangan.


(28)

7. Nodachi dan Odachi

Nodachi dan Odachi bentuk dan desain bilahnya hamper sama dengan katana dan dengan panjang hamper mencapai 125 cm. Pedang ini digunakan oleh prajurit untuk membelah pasukan berkuda beserta kudanya (dimana samurai saling bertempur dengan menunggangi kuda). Pembuatan pedang Nodachi dan Odachi sangat sulit sehingga pedang ini termasuk pedang yang sangat langka. Pedang monohoshizao merupakan salah satu dari jenis pedang Nodachi dengan ukuran panjang hamper mencapaai 145 cm dan sering disebut dengan pedang tiang jemuran karena ukurannya yang sangat panjang. Nodachi dan Odachi merupakan pedang jenis ketajaman disatu sisi dan digunakan dengan digenggam oleh sebelah tangan.

Gambar Pedang Nodachi dan Odachi

8. Nagamaki

Nagamaki termasuk kedalam kategori belati karena panjang mata pedang dan gagangnya sama. Penggunaan nagamaki tidak seefisien tanto tetapi pedang ini dinilai memiliki bentuk dengan keindahan yang lebih. Pedang ini panjangnya bervariasi yaitu antara 40-80 cm.


(29)

Gambar Pedang Nagamaki 9. Naginata

Naginata merupakan tombak dengan mata pisau katana. Digunakan prajurit wanita dalam pertarungan jarak menengah. Gagangnya dibuat dari kayu dan mata tombak katana yang melengkung, jarang digunakan oleh samurai.

Gambar Pedang Naginata

10. Yari

Yari merupakan tipe tombak yang berbeda dengan katana karena mata tombaknya dibuat lurus. Bentuk lurus ini efektif digunakan untuk menusuk musuh yang dating dari depan. Dan biasanya digunakan pria untuk menghadang laju pasukan musuh.


(30)

Di dalam ajaran bushidou hubungan hidup dan mati bukan merupakan dua keadaan yang berbeda secara fundamental. Dalam kehidupannya jika seorang samurai tidak dapat mencapai tujuan hidup dalam ajaran bushidou ataupun melanggar segala janji dan ketentuan bushidou maka seorang samurai lebih baik memilih mati daripada hidup dalam keadaan tidak terhormat. Kemudian juga apabila kehormatan seorang samurai merasa terganggu dan terpukul maka tidak ragu-ragu samurai tersebut untuk mengakhiri hidupnya sendiri yang dinamakan seppuku. Seppuku merupakan satu kelembagaan yang legal dan seremonial dan bukan merupakan peristiwa bunuh diri yang kosong dan tidak memiliki arti. Istilah hara-kiri (artinya “memotong perut) yang digunakan untuk bunuh diri oleh seorang samurai tidak tepat karena hara-kiri hanya menggambarkan perbuatan bunuh diri tersebut tanpa menggambarkan arti dari perbuatan tersebut (Id.wikipedia.org/wiki/samurai).

Samurai merupakan tentara tradisional Jepang yang kemudian menjadi cikal bakal tentara modern Jepang. Dimana di dalam kemiliteran yang memasuki era restorasi meiji pensiunan samurai dijadikan tentara modern Jepang. Dalam pengajaran militer modern pun bushidou tetap dijadikan landasan spiritual dan etos kerja para pasukan tentara modern Jepang.


(31)

2.1.2 Tentara Modern Jepang

Tentara modern Jepang terbagi atas dua bagian yaitu:

1. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang

Bendera di atas merupakan bendera dan simbol dari Angkatan Darat Kekaisaran Jepang (Dai-Nippon Teikoku Rikugun) yang didirikan pada tahun 1867-1945 yang dikendalikan oleh Staff Gabungan Angkatan Darat (Sanbo Honbu) dan Kementrian Angkatan Darat (Rikugunsho) dengan panglima tertinggi Kaisar Jepang. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang diawasi oleh Inspektorat Jenderal Penerbang Angkatan Darat sebagai institusi ketiga. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang bermarkas besar dipusat Markas Besar Kekaisaran (Daihonei) yang terdiri atas Kepala Staf Wakil Gabungan Angkatan Darat dan Staf Angkatan Laut serta Menteri Peperangan dan Inspektur Jenderal Militer.

Berdirinya Angkatan Darat Kekaisaran Jepang ditahun 1867 anggota tentara pelatihan yang setia terhadap kaisar Meiji adalah pensiunan samurai dari wilayah Satsuma dan Chosu. Kemudian, diberdirikannya pemerintahan Meiji dan oknum militer yang setia terhadap pemerintahan pusat dianggap sesuatu yang dibutuhkan untuk menjamin kemerdekaan Jepang atas adanya imperialisme barat.

Pada masa rezim Tokugawa hanya golongan samurai yang diperbolehkan dan berhak untuk memegang senjata. Akan tetapi, pada tahun 1871 setelah


(32)

diberlakukannya penghapusan wilayah feodal atau disebut dengan han. Maka pemerintah mewajibkan terhadap seluruh penduduk Jepang terutama untuk semua laki-laki diatas 20 tahun wajib untuk mengikuti militer selama tiga tahun atau yang lebih dikenal dengan program wajib militer.

Pada tahun 1873 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dibuka secara resmi. Peraturannya pun diubah menjadi laki-laki yang usianya dari 17 tahun sampai dengan 40 tahun yang dianggap mampu secara fisik wajib melakukan tugas militer dan mengikuti program wajib militer. Selain itu, untuk memodernisasi tekhnik tempur pasukan Jepang maka banyak perwira militer asing didatangkan dari luar negeri sebagai penasehat ataupun instruktur perang oleh pemerintah Jepang. Kemudian, para calon perwira Jepang yang telah lulus akademi militer dikirim untuk melanjutkan pendidikan militernya di negara Eropa sebagai atase militer. Setelah melanjutkan pendidikan di luar negeri perwira Jepang tersebut dipanggil kembali ke Jepang untuk menerapkan dan mengajarkan kembali pelajaran yang diterima selama di luar negeri yang telah dipelajari terhadap pasukan tentara lainnya.

Dalam merekrut anggota pasukan tentara yang baru di Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dibagi atas dua kelas yaitu:

1. Kelas A yang terdiri dari tentara dengan tinggi badan minimal 152 cm dan memiliki kemampuan fisik yang bagus.

2. Kelas B1 yang terdiri dari tentara yang tinggi badannya 150 cm dan memiliki sedikit kekurangan terhadap panca indera penglihatan dan pendengaran sesuai dengan kualisifikasi yang ditentukan.


(33)

3. Kelas B2 dan B3 terdiri dari tentara yang dibentuk sebagai pasukan cadangan.

Pada masa pelatihan dan pendidikan kepangkatan ditubuh Angkatan Darat Jepang pangkat pangkat tertinggi adalah perwira. Pangkat di bawah perwira yaitu bintara tinggi (Jun-i) tugasnya memegang administrasi diunit headquarter. Di bawah bintara terdiri dari tiga kepangkatan secara berurutan yang pertama sersan mayor (So-cho) , yang kedua sersan (Gun-sho) dan selanjutnya bintara dengan pangkat terendah adalah kopral (Go-cho). Pangkat prajurit tertinggi adalah assisten kopral (Hei-cho). Disusul dengan prajurit biasa yaitu Jotto-hei, Itto-hei dan Mitto-hei. Di bawah ini akan digambarkan struktur kepangkatan Angkatan Darat.

Pasukan Angkatan Darat Jepang menjadi 3 unit bagian yaitu infantri, kavaleri dan artileri serta beberapa detasemen yang terpisah yang namanya disesuaikan dengan nama kommando yang ditugaskan dalam operasi-operasi tertentu.

Infantri merupakan kekuatan yang menjadi tulang punggung dan ujung tombak Angkatan Darat Jepang dipertempuran. Unsur persenjataan menjadi titk penting yang harus diperhatikan baik dalamhal senapan, bayonet, granat, pistol, dan pelontar granat. Pada tahun 1930-an Jepang merupakan negara yang organisasi


(34)

infantrinya memiliki persenjataan terbaik. Akan tetapi, sejak tahun 1943 Jepang mengalami kemunduran dan tertinggal di belakang infantri sekutu.

Selain infantri Angkatan Darat Kekaisaran Jepang juga memiliki kavaleri meliputi tank-tank perang yang dioperasikan selama pertempuran. Dalam pertempuran Asia-Pasifik (termasuk di dalamnya pertempuran Iwo Jima) tank-tank yang dioperasikan oleh Jepang sangat rentan dalam menghadapi Amerika Serikat. Pertama yaitu permasalahan mengenai pembangunan kemampuan tempur mekanis Jepang tergolong ketinggalam dalam pengembangannya. Dalam sejarah Jepang tercatat baru mampu menghasilkan sendiri tank kendaraan berlapis baja beroda lantai tahun 1929. Jenis yang dihasilkan adalah tank ringan berbobot 9,8 ton. Basis ilmu yang diambil adalah rancangan bangunan tank-tank ringan dari Inggris dan Perancis. Permasalahan yang kedua adalah lemahnya lapis baja tank-tank Jepang dikarenakan konsep pertempuran yang dianut. Konsep tersebut adalah Jepang menganggap tank tidak lebih dari sekedar elemen pendukung gerak infantri. Dalam periode 1931-1938 Jepang memproduksi 1700 tank baru dan jumlahnya tidak bertambah secara signifikan ditahun-tahun berikutnya karena prioritas pertama adalah memproduksi pesawat tempur sebagai kekuatan udara (id.wikipedia.org/angkatan_darat_kekaisaran_jepang).

Selanjutnya, artileri kekaisaran Jepang yang dipakai Angkatan Darat selama periode perang Pasifik tergolong cukup baik dan tidak terlalu ketinggalan zaman. Artileri yang dilengkapi dengan berbagai kaliber yang tergolong cukup banyak.

Banyaknya persenjataan yang dimiliki Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pantas membuat militer Jepang percaya diri untuk menguasai Pasifik. Landasan


(35)

spiritual warisan nenek moyang masyarakat Jepang dan pengajaran semangat bushidou serta loyalitas pengabdian diri terhadap kaisar dan negara menjadikan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang semakin percaya diri dalam menyatakan perang terhadap Amerika Serikat serta kehausan Jepang dalam menguasai Asia-Pasifik.

2. Angkatan Laut Kekaisaran Jepang

Angkatan laut Kekaisaran Jepang resmi dibuka pada bulan Mei 1920. Terjadinya perang dunia kedua membuat Jepang melakukan perekrutan terhadap keanggotaan baru ALKJ. Program awalnya dengan merekrut anggota bintara dan tantama pada bulan Juni 1930 dengan nama Hiko Jutsu Renshu Sei (Program Latihan Teknik Penerbangan) yang kemudian namanya diganti menjadi Soh-ju Renshu Sei (Kadet Pilot) atau disingkat dengan Sohren. Selain Sohren ada juga perekrutan lain program non-perwira yang disebut dengan Hiko Yoka Reshu Sei (Program pelatihan Cadangan Penerbangan) atau yang disebut juga dengan Yokaren. Yokaren merupakan perekrutan ALKJ terhadap laki-laki sipil berumur 15-17 yang telah menyelesaikan sekolah dasar tingkat tinggi.

Yokaren awalnya bermarkas di Yokosuka yang merupakan pangkalan udara tertua di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, akan tetapi pada Maret 1939 markas Angkatan laut Kekaisaran Jepang dipindahkan ke tepian danau Kasumigaura. Yokaren merupakan penerus program Sohren. Pada tahun 1941-1942 anggota Angkatan Laut Kekaisaran Jepang bertambah pesat. Pada musim semi 1943 program Yokaren digantikan dengan program Toku (spesial) Otsu Yokaren yaitu pada awal April 1943. Dari program Toku Otsu Yokaren anggota ALKJ yang telah terlatih sekitar lima sampai tujuh bulan dipilih untuk ditugaskan sebagai tentara


(36)

Angkatan laut Kekaisaran Jepang yang sesungguhnya. Pada awal Oktober 1944 anggota Yokaren dialihkan tugasnya dari awak penerbangan akibat kekurangan bahan bakar dan pesawat. Anggota Yokaren yang dialihkan tugasnya tersebut menjadi montir pesawat atau juga menjadi staff komunikasi. Pada awal September 1944, para alumni anggota Yokaren pertama kalinya di tugaskan untuk melakukan misi-misi bunuh diri. Anggota Yokaren yang melakukan misi bunuh diri tersebut diberi sebutan misi Kamikaze dimana Kamikaze merupakan nama tim dari Angkatan Laut Kekisaran Jepang.

Pasukan Kamikaze terkenal dengan kekejaman dan keberaniannya disegala medan tempur. Pasukan Kamikaze sangat terlatih, mereka sangat loyal terhadap negara karena merela rela mati mengorbankan nyawa demi membela Jepang dari ancaman negara luar.

Angkatan Laut Kekaisaran Jepang terkenal dengan anggota kelompok kecil dan elit, sangat terlatih sempurna dan berpengalaman dalam pertempuran, karena hal tersebut Angkatan Laut Kekaisaran Jepang untuk sekejap dalam sejarah mampu menguasai langit Asia dan Pasifik sebagai penerbang angkatan laut paling andal di dunia (Id.wikipedia.org/angkatan_laut_kekaisaran_jepang).

Tahun-tahun modernisasi sebelumnya yaitu pada tanggal 4 Januari 1882 Kaisar Meiji bertitah kepada prajurit dan pelaut perang Jepang yaitu “Tugas lebih berat daripada gunung, sedangkan kematian lebih ringan daripada sehelai bulu”. Dalam titah tersebut tercermin upaya negara Jepang dalam menanamkan nilai keprajuritan terhadap setiap pasukannya. Titah tersebut menjadi dasar prilaku yang menekankan kesetiaan mutlak, disiplin, keberanian, harga diri dan


(37)

kesederhanaan terhadap kaisar dalam mencapai kebangkitan dari masa lalu feodal menjadi negara yang berjaya di dunia imperial.

Berdasarkan tradisi Jepang seperti konfusionisme dan nilai-nilai budaya samurai, titah tersebut menjalin etos prajurit yang menginspirasikan para pasukan untuk melakukan tindakan-tindakan menakjubkan yang menunjukkan keberanian, pengorbanan diri, dan kesetiaan pada tugas. Hal tersebut merupakan warisan budaya Bushidou sebagai bentuk dasar filosofis angkatan bersenjata kekaisaran Jepang.

Kualitas dan kekuatan setiap anggota Angkatan Laut Kekaisaran Jepang bersumber dari semangat keprajuritan yang ditanamkan ke para prajuritnya. Sejak kecil orang Jepang diajari bahwa Jepang tidak pernah kalah perang dari musuh asing, dan bahwa pantainya diberkahi dengan perlindungan dari para dewa, sehingga prajurit-prajurit yang bertempur yakin dengan mutlak bahwa mereka akan menang. Dalam melawan musuh yang jauh lebih banyak, dan bahkan pada saat-saat paling kelam pun mayoritas prajurit masih percaya bahwa mereka pada akhirnya pasti menang. Selain itu, mereka juga berlindung dalam keyakinan bahwa siapapun yang tewas dalam pertempuran terjamin bahwa tempat peristirahatan terakhirnya akan beristirahat dan dihormati selamanya di kuil Yasukuni yang merupakan kuil Shinto resmi untuk para korban perang.

Dalam peperangan banyak tentara Jepang yang secara naluriah melompat dari pesawat yang terbakar dan posisinya dekat dengan keberadaan musuh lalu secara sukarela memilih tewas dengan membuang parasut mereka dari udara daripada menghadapi rasa malu karena tertangkap musuh. Sejak dari awal, dasar psikologis serangan bunuh diri Korps Serbu Spesial (Toku Otsu Yokaren) sudah ada karena


(38)

diajari pada saat masa pendidikan. Banyak pasukan yang tetap percaya bahwa nilai spritual dan kesediaan untuk mengorbankan diri sendiri membuat prajurit Jepang memiliki kekuatan yang unik sehingga memungkinkan mereka untuk mengalahkan musuh dengan sumberdaya materi dan manusia yang lebih banyak. Pada akhirnya, dasar psikologis tersebut membuat semua prajurit berbakti terhadap kaisar dan negara dan bersatu dalam melawan musuh bersama.

Dalam sejarah Angkatan Laut Kekaisaran Jepang lambang dan keahlian berbeda dengan anggota dinas lainnya. Akan tetapi, seragamnya sama dengan anggota dinas lainnya. Ciri khas dari kadet Yokaren adalah seragam dengan jaket lengan pendek dengan kerah tinggi yang memiliki tujuh kancing dan menggunakan topi pet. Para bintara tinggi mengenakan jaket lengan pendek dengan kerah tinggi berkancing lima dan topi pet sesuai dengan pangkatnya. Seragam tersebut digunakan sebagai pakaian saat berada di kantor dan tidak dalam masa terbang saat bertempur. Sedangkan, pada saat terbang menggunakan baju terbang apapun pangkatnya pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menggunakan baju terbang dari bahan gabardine berwarna coklat tua dengan kantong dada yang besar di sebelah kiri serta dengan celana yang mempunyai kantong-kantong dikedua kaki dan menggunakan syal sutra berwarna putih atau juga yang berwarna-warni. Pada saat musim dingin, para pasukan sering menambahkan kerah tambahan dari bulu kelinci untuk menambah rasa hangat untuk tubuh. Kemudian, pada saat musim panas pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menggunakan baju terbang dua lapis dengan ciri kancing depan. Menggunakan helm kulit sebagai penutup kepala serta juga memakai sepatu bot kulit dalam melengkapi pakaian seragam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.


(39)

Dalam terbang Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menggunakan cawat sebagai celana dalam dan digunakan oleh seluruh penerbang apapun pangkatnya. Cawat merupakan sehelai kain katun dengan benang tali di ujungnya yang di ikatkan di depan sebagai sabuk untuk melindungi area vital.

Semua pasukan angkatan kekaisaran Jepang baik pelaut maupun prajurit dari yang paling rendah sampai laksamana tertinggi wajib mencukur habis rambut. Akan tetapi, terkecuali penerbang Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dengan kadet dan tantama penerbang yang harus mencukur habis rambut pengecualian pangkat bintara dan pangkat tertinggi lainnya yang diizinkan untuk menumbuhkan rambut yang dianggap sebagai pelindung kepala tambahan. Hal ini dilakukan sesuai dengan pilihan bintara atau perwira penerbang Angkatan Laut Kekaisaran Jepang diizinkan untuk memiliki atau tidak memiliki rambut. Hal yang sangat berbeda dengan penerbang Angkatan Darat Kekaisaran Jepang yang harus mencukur habis rambut. Segala peraturan yang dibuat di dalam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang diikuti oleh semua pasukan sehingga tidak ada terjadi perlawanan antara senior dan junior keanggotaan.

Selain itu, hierarki (sikap saling menghargai dan menghormati antara junior ke seniornya) dalam masyarakat Jepang di dalam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang juga muncul dalam konsep mutlak etos kerja dalam keberadaan aktivitas kelompok. “Kepercayaan” dan “semangat kelompok” adalah hal yang sama bagi semua prajurit Jepang dan dianggap banyak prajurit sebagai dasar keberadaan yang bersikap mutlak.

Kisama to ore wa Doh-ki no sakura


(40)

Onaji yokaren no Niwa ni saku

Bait lagu di atas adalah lirik lagu pembuka Doh-ki no Sakura (“Bunga Sakura Seangkatan”), lagu ngina yang dinyanyikan oleh penerbang non-perwira Angkatan Laut Kekaisaran Jepang selama perang dunia II.

Bait lagu tersebut menggambarkan ikatan rasa persaudaraan yang terbentuk dalam latihan dan pertempuran antara pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang Hiko Yoka Renshu Sei (Pelatihan Cadangan Penerbangan) atau Yokaren.

Berbeda dengan Angkatan darat Kekaisaran Jepang yang ngina

benderanya bintang bersudut lima, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menggunakan bunga sakura sebagai ngina bendera. Bunga sakura merupakan metafora untuk berkembangnya anak muda (pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang). Dimana bunga sakura itu cantik namun sangat singkat masa hidupnya karena ditakdirkan gugur tercerai berai oleh ngina. Begitu pula takdir seluruh pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang cantik (kuat dan sehat) dan dijanjikan gugur atas nama kaisar. Lirik lagu Doh-ki no Sakura menyuarakan perasaan seluruh para prajurit yaitu kesetiaan terucap antara mereka yang berlatih bersama, tidur bersama, bertempur bersama, dan siap mengorbankan hidup demi rekan seperjuangan dan kaisar. Semangat kelompok yang diajarkan di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menambah besar kekuatan dan semangat perang pasukan dalam melawan pasukan Amerika Serikat dipertempuran Iwo Jima (Derrick, 2011:30).


(41)

2.2 Sejarah Perang Jepang-Amerika Serikat

Jepang merupakan negara yang berhasil menutup negara selama 2 abad lebih yaitu sekitar tahun 1638 sampai dengan 1868. Di bawah kepemimpinan Keshogunan Tokugawa Jepang menutup diri (negara) atau yang lebih dikenal dengan Sakoku membuat Jepang sukses terisolasi dari negara-negara utama dunia. Pembukaan diri Jepang terhadap dunia Internasional sekaligus membuat Jepang masuk kedalam tahap zaman modern yaitu pada tanggal 31 Maret 1954 dimana Kommodor Matthew Perry bersama Angkatan Laut Amerika Serikat memberikan ultimatum kepada Jepang untuk segera membuka diri terhadap dunia barat melalui perjanjian Kanagawa. Setelah pemerintahan Keshogunan Tokugawa runtuh ditahun 1868 maka kekuasaan tertinggi dikembalikan ketangan Kaisar dan peristiwa tersebut dengan Restorasi Meiji (Meiji Ishin).

Restorasi Meiji bisa dikatakan sebagai zaman pencerahan Jepang setelah menutup diri selama dua abad lebih. Jepang segera berbenah diri dan berusaha mengejar ketinggalan dengan mengubah tatanan kehidupan mulai dari politik, ekonomi, sosial, sampai dengan pendidikan. Jepang mengadopsi tatanan kehidupan dari negara barat dalam segala bidang hal ini dikarenakan negara barat merupakan negara yang lebih maju dibandingkan Jepang. Tatanan kehidupan tersebut seperti mengirimkan pelajar Jepang untuk menimba ilmu sesuai dengan bidang masing-masing dan membuka diri terhadap pengaruh yang datang dari dunia luar dengan mengambil tatanan hidup yang dianggap baik tanpa mengganti nilai kebudayaan yang ada. Tujuan dari merubah tatanan kehidupan tersebut adalah dengan mencari ilmu dan menanamkan keyakinan bahwa Jepang akan dapat “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah” dengan kemajuan negara-negara barat.


(42)

Setelah terjadinya Restorasi Meiji Jepang mengubah struktur politik, militer, sosial, ekonomi dan pendidikan masyarakat Jepang. Semboyan “sonno joi” yang artinya lindungi kaisar, usir kaum asing serta “fukoku kyohei” yang artinya negara sejahtera, tentara kuat merupakan asumsi para pemimpin Jepang yang berpendapat melalui ilmu pengetahuan dan teknologi barat dapat dibangun industri dan ekonomi Jepang yang maju dan dengan landasan tersebut dapat dibangun kekuatan militer yang mampu mengusir dan mengalahkan bangsa asing. Berikut beberapa kebijakan yang dilakukan pada saat Restorasi Meiji dalam bidang politik, militer, sosial, ekonomi dan pendidikan di Jepang.

Politik

Dalam bidang politik hal pertama yang dilakukan oleh Kaisar Meiji adalah memindahkan Ibu kota Jepang dari Kyoto ke Yedo. Yedo kemudian namanya diganti menjadi Tokyo. Langkah-langkah perubahan tatanan politik Jepang selanjutnya adalah:

a. Diciptakannya bendera kebangsaan nasional Jepang (Hinomaru) beserta lagu kebangsaan yaitu Kimigayo.

b. Shintoisme dijadikan sebagai agama nasional.

c. Disusunnya Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi Jepang. d. Dibentuknya parlemen dan kabinet pemerintahan.

e. Tenno menjadi kepala negara yang bersifat sebagai dewa abadi.

f. Dihapusnya sistem feodalisme yang berlaku sebelumnya dimana dilaksanakan pada masa pemerintahan Shogun Tokugawa.

g. Penghapusan daimyo ( tuan tanah) dan jabatan Shogun, dan pembubaran samurai. Akan tetapi, untuk menghindarkan terjadinya kerusuhan para


(43)

daimyo diangkat menjadi pegawai negeri dan samurai dijadikan tentara nasional.

h. Pengembalian tanah terhadap kaisar yang sebelumnya dikuasai oleh para daimyo.

Militer

Pemberontakan dari wilayah Coshu dan Satsuma yang menyebabkan runtuhnya Shogun Tokugawa dan hal tersebut ditandai dengan adanya pengembalian hak kekuasaan sepenuhnya kepada Kaisar. Oleh Karena itu, Kaisar memilih Chosu dan Satsuma sebagai dua hal yang memegang peranan besar terhadap angkat perang militer. Chosu yang memegang angkatan darat lebih condong mengadopsi ke negara Jerman dalam angkatan perangnya. Sedangkan, Satsuma yang menguasai angkatan laut lebih condong ke negara Inggris dalam kekuatan militernya. Pemodernisasian angkatan perang tersebut dihidupkan kembali dengan ajaran Bushidou sebagai jiwa kemiliteran dan sebagai prakteknya dikirim ke daerah-daerah perbatasan yang berbahaya. Posisi kementrian pertahanan memiliki kedudukan yang sangat kuat dikarenakan kementrian pertahanan tidak bertanggung jawab terhadap parlemen tetapi langsung terhadap kaisar. Hal tersebut menyebabkan kementrian pertahanan Jepang menjadi Gunbatsu (Pemerintahan Diktator Militer).

Pembubaran samurai yang dialihfungsikan menjadi tentara nasional membuat kaisar melakukan peraturan baru. Yaitu melarang pensiunan samurai untuk membawa katana yang merupakan senjata khas para samurai.


(44)

Pada saat pemerintahan Shogun Tokugawa tanah dimiliki oleh para daimyo dimana para daimyo harus menyetor hasil untuk istana. Dan sistem tersebut disebut dengan sistem feodal. Akan tetapi, setelah Restorasi Meiji dilakukan pembaharuan dengan memajukan dan mengembangkan perindustrian. Dalam hal tersebut Jepang mulai meniru sistem pendidikan dunia barat dengan menerapkan sistem moneter dan sistem pajak sehingga memungkinkan berkembangnya kaum kapitalis. Modernisasi industri juga dilakukan dengan memodernisasi mesin-mesin produksi yang dibutuhkan oleh perusahaan termasuk didalamnya pemodernisasian alat-alat perang. Akibat yang ditimbulkan dalam modernisasi ekonomi di Jepang adalah sebagai berikut:

a. Industri Jepang semakin berkembang dengan pesat.

b. Jumlah penduduk semakin bertambah sementara luas lahan semakin sempit (ledakan penduduk).

c. Sebagai negara maju timbul keinginan untuk bersaing dalam mendapatkan daerah jajahan yang digunakan sebagai daerah pemasok hasil insdustri dan daerah sebagai penyedia bahan baku industri.

Sosial dan Pendidikan

Pembaharuan dalam bidang pendidikan yaitu diberlakukannya sistem pendidikan baru yaitu wajib belajar bagi semua penduduk yang dimulai pada anak usia 6 tahun. Dan satu hal yang paling penting adalah pertukaran pelajar keluar negeri untuk menyempurnakan ilmu pengetahuan dan pelajar tersebut harus kembali ke Jepang untuk mengamalkan kembali apa yang telah didapatkan di luar negeri untuk modernisasi di Jepang. Selain itu, dalam bidang sosial masyarakat


(45)

Jepang diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial (Id.wikipedia.org/wiki/restorasi_meiji).

Pembaharuan-pembaharuan dan pemodernisasian Jepang dalam segala bidang menghantarkan Jepang menjadi negara yang haus kekuasaan akan daerah jajahan yang kaya akan bahan baku perindustrian yang sebelumnya telah dilakukan dahulu oleh negara-negara barat. Pada Perang Dunia I Jepang mampu keluar sebagai pemenang dalam melawan Rusia di tahun 1904 sampai dengan 1905. Kemenangan tersebut semakin membuat Jepang percaya diri untuk ikut ambil andil dalam Perang Dunia II.

Jepang sebagai negara termaju di Asia pada saat tersebut tidak menerima jika negara Asia lainnya dikuasai oleh negara barat. Hal tersebutlah yang menghantarkan terjadinya perang antara Jepang dan Amerika Serikat. Amerika Serikat pada periode Perang Dunia II yang notabene memiliki kependudukan atas Filipina, Singapura, Hongkong dan Hindia Belanda yang kaya akan minyak bumi. Hal tersebut membuat Jepang marah karena merasa negara-negara di Asia

seharusnya menjadi negara kekuasaan Jepang (Id.wikipedia.org/wiki/perang_dunia_II).

Jenderal Tadamichi Kuribayashi yang merupakan seorang pensiunan samurai berkata “Amerika Serikat adalah negara terakhir di dunia yang perlu diperangi Jepang”. Perkataan Jenedral Tadamichi Kuribayasi yang merupakan pensiunan samurai dan Komandan tertinggi perperangan Iwo Jima tersebut menjadi bukti kuat ketidaksukaan Jepang terhadap Amerika Serikat yang telah menguasai Filipina, Singapura, Hongkong, Malaya, Borneo, serta Hindia Belanda. Selain beberapa hal tersebut terjadinya permusuhan antara Jepang dan Amerika Serikat


(46)

disebabkan pada saat Perang Dunia I Rusia yang dikalahkan oleh Jepang membuat Amerika Serikat menjadi penengah antara Jepang dan Rusia. Akan tetapi, dalam hal ini Amerika Serikat melakukannya tidak secara cuma-cuma melainkan meminta imbalan kepada Jepang untuk mengakui dan menyetujui pengaruh Amerika Serikat di Filipina. Selain itu, di Amerika Serikat muncul gerakan anti Jepang. Gerakan tersebut ditandai dengan datangnya kaum buruh imigran Jepang di Amerika Serikat yang sengaja dibayar dengan upah yang sangat rendah. Dikarenakan hal tersebut Jepang membatasi emigrasi ke Amerika Serikat. Berbagai hal ketidaksukaan Jepang terhadap Amerika Serikat tersebut dinyatakan secara terang-terangan oleh Jepang dengan mengebom Pearl Harbour yang merupakan pangkalan Angkatan Laut terbesar milik Amerika Serikat di Hawaii, Pasifik pada tanggal 7 Desember 1941.

Pengeboman Pearl Harbour dan direbutnya wilayah kekuasaan jajahan Amerika Serikat di Asia menghantarkan Amerika Serikat dan Jepang sebagai dua negara yang maju dan kuat dan saling bersaing diPerang Dunia II. Jepang masuk ke dalam anggota Blok Poros bersama Jerman (negara yang tatanan kehidupannya banyak diadopsi oleh Jepang) dan bersama Italia. Sedangkan, Amerika Serikat ikut bergabung dalam Blok Sekutu. Setelah melewati berbagai pertempuran, Jepang mulai terdesak atas serangan Amerika Serikat baik serangan di negara jajahan Jepang maupun di negara Jepang sendiri. Dan sebagai serangan untuk membuat Jepang semakin terdesak di negaranya sendiri Amerika Serikat memilih pulau Iwo Jima yang merupakan salah satu pulau pertahanan keamanan di Jepang sebagai pulau pertama Jepang yang akan ditaklukkan. Peperangan Iwo Jima yang berlangsung 36 hari merupakan pertempuran terdashyat antara Jepang dan


(47)

Amerika Serikat. Menurut Jendral Howlin Mad Smith yang merupakan komandan pasukan perang dari Amerika Serikat dalam peperangan Iwo Jima bahwa peperangan Iwo Jima adalah pertempuran yang paling brutal dan paling memakan korban dalam sejarah Korps Marinir (Derrick, 2012:4).

2.3 Keberadaan Pulau Iwo Jima dengan Peperangan Jepang dan Tentara

Amerika Serikat.

Iwo Jima (硫黄島) yang artinya “ pulau belerang” merupakan pulau vulkanik di Jepang dan merupakan bagian dari kepulauan Ogasawara. Pulau ini terletak kurang lebih 650mil laut (1200 km) selatan Tokyo (24,754 LU, 141,290 BT). Iwo Jima memiliki luas lahan sebesar 8mil dengan panjang sekitar empat setengah mil (7,2km), dibagian utara sumbunya dimulai dengan lebar dari dua setengah mil (4km) dan dibagian selatan hanya sampai setengah mil (800m) di bagian. Iwojima secara umum memiliki permukaan yang datar. Di bagian ujung selatan menjulang gunung Suribachi yang merupakan gunung yang sudah tidak aktif dengan tinggi 550 kaki (168 meter) dan merupakan benteng alam yang paling dominan di pulau Iwo Jima (All-be-on.blogspot.com/2012/12en.wikipedia/org/wiki/iwo_jima).


(48)

Peta Pulau Iwo Jima

Iwo Jima juga merupakan pangkalan udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Dimana di pulau ini dibangun sebuah pangkalan udara dengan panjang landasan yang mencapai 2.650 meter dan lebar 60 meter. Meskipun pangkalan udara tersebut dibuat khusus untuk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang tetapi Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan Udara Kekaisaran Jepang juga bisa menggunakan pangkalan udara tersebut.

Pasukan Amerika Serikat menjadikan pantai yang merentang ke utara dari gunung Suribachi sebagai lokasi pendaratan. Hal ini dilakukan pasukan Amerika Serikat setelah melihat kondisi geografi Iwo Jima dari foto udara dan foto periskop yang diambil kapal selam USS Spearfish Amerika Serikat. Iwo Jima juga dianggap pasukan Amerika Serikat merupakan pintu gerbang tercepat dalam menguasai Tokyo yang merupakan ibukota Jepang. Dimana dalam hukum militer apabila sebuah ibukota negara telah dikuasai oleh negara lain maka secara keseluruhan


(49)

negara tersebut menjadi milik negara penjajah (Id.wikipedia.org/wiki/pertempuran_iwo_jima).

Dalam mempertahankan Iwo Jima pasukan tentara Jepang membuat sektor pertahanan dengan membangun terowongan, gua, dudukan, senjata, dan pos komando yang luas dan rumit. Sektor pertahan tersebut dibangun sembilan bulan sebelum datangnya serangan Amerika Serikat. Di Iwo Jima terdapat bebatuan vulkanik lunak yang mirip batu apung dan sangat mudah digali dengan tangan. Kemudian, bebatuan vulkanik tersebut dicampur dengan semen sehingga dapat digunakan untuk membangun benteng pertahanan yang baik. Selain itu, dibangun beberapa terowongan yang tingginya mencapai 75 kaki (23 meter) dari permukaan tanah dimana setiap terowongan tersebut saling dihubungkan dan didalamnya diberikan lampu agar terowongan tidak gelap. Selain itu juga ada tempat – tempat perbekalan, penyimpanan amunisi dan tempat pemutaran film yang bisa dioperasikan dalam terowongan tersebut. Terowongan – terowongan kokoh tersebut dibangun dalam waktu yang cukup singkat.

Biasanya terowongan – terowongan yang dibangun dalam sektor pertahanan militer Jepang adalah dengan lebar 5 kaki (1,5 meter) dengan tinggi 5 kaki dengan dinding dan langit - langit dari beton yang mengarah ke segala penjuru. Akan tetapi, sektor pertahanan di Iwo Jima dibangun dengan tanah minimal 30 kaki (9,1 meter) di bagian atasnya agar tahan terhadap tembakan meriam ataupun bom. Terowongan – terowongan ini juga dibangun bertingkat dan diruangan yang lebih besar diberi lubang udara setinggi 50 kaki (15,2 meter) yang berguna untuk mengeluarkan udara kotor. Kemudian, dibangun benteng pertahan yang terbuat dari beton dan tempat senjata berat yang hanya dikubur setengahnya dalam tanah


(50)

yang begitu kokoh dan besar sehingga senjata tersebut tidak dapat dihancurkan meskipun telah dibombardir selama berminggu – minggu. Sektor pertahanan di Iwo Jima juga dibangun berbagai bunker (lubang perlindungan) yang saling terhubung dengan berbagai bentuk dan ukuran. Selain itu, dibuat juga lubang untuk meriam dan bom yang tersembunyi yang bisa meledak apabila diinjak dengan keras (Derrick, 2012:14)


(51)

BAB III

STRATEGI JEPANG DALAM MEMPERTAHANKAN

IWO JIMA

3.1 Semangat Bushido

Dalam peperangan Iwo Jima setiap pasukan militer dibekali pelajaran mental spiritual yang merupakan etos warisan leluhur bangsa Jepang yang disebut dengan “bushidou”. “Bushidou” merupakan etos (nilai – nilai semangat) para samurai yang merupakan perpaduan antara Shintoisme dan Zen Budhism. Jansen H. Sinamo (1999) menyebutkan semangat “bushidou” sebagai karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang. Ada 7 prinsip dalam bushidou yaitu:

1. Gi : keputusan benar diambil dengan sikap benar berdasarkan kebenaran, jika harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah, terhormat, 2. Yu : berani, ksatria,

3. Jin : murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesame, 4. Re : bersikap santun, bertindak benar,

5. Makoto : tulus setulus-tulusnya, sungguh sesungguh-sungguhnya, tanpa pamrih,

6. Melyo : menjaga kehormatan martabat, kemuliaan, 7. Chuugo : mengabdi, loyal.

Bushidou merupakan kode etik samurai yang berkembang sejak zaman kamakura pada tahun 1185 sampai dengan 1333. Kemudian, kode etik samurai tersebut terus berkembang mencapai zaman edo pada tahun 1603 sampai dengan 1867. Bushidou merupakan ajaran-ajaran moral keberanian, ketabahan hati, kemurnian,


(52)

cinta nama baik, kesetiaan, tanggung jawab, rasa malu, dan kehormatan. Aspek spiritual yang menjadi aspek penting dalam bushidou dengan penguasaan diri melalui pengendalian diri, kekuatan akan timbul sehingga samurai dapat menaklukkan lawannya. Sejak dahulu dan sampai saat ini bushidou tetap menjadi kepribadian bangsa Jepang.

Bushidou (武士道) dari dua akar kata. Bushi yang berarti ‘pejuang’, dan Dou yang artinya ‘cara’. Oleh karena itu, bushidou diterjemahkan yaitu ‘cara pejuang’ dalam arti cara ataupun jalan hidup pejuang. Bushidou ataupun “jalan hidup pejuang” merupakan penyatuan prinsip – prinsip kesetiaan dan keberanian seorang militer dengan sikap moral yang tinggi yang diajarkan oleh konfusius. Konsep pemikiran bushidou merupakan konsep moralitas yang ditanamkan disetiap samurai pada masa rezim tokugawa, berkembang menjadi dasar landasan spiritual tentara pasukan Jepang yang bertarung dalam mempertahankan Iwo Jima (http://en.wikipedia.org/wiki/Bushido).

Ajaran bushidou dikemas secara apik yang merupakan perpaduan ajaran zen dan Shinto yang menimbulkan harmoni dan mengajarkan kesetiaan kepada yang berkuasa, sehingga menetralisasi sifat sombong seorang pejuang militer. Di dalam bushidou tidak mengajarkan dosa tetapi lebih menekan soal kehormatan dan harga diri. Bushidou mengandung keharusan bahwa seseorang harus senantiasa memperhatikan: (1) kejujuran, (2) keberanian, (3) kemurahan hati, (4) kesopanan, (5) kesungguhan, (6) kehormatan atau harga diri, dan (7) kesetiaan. Dimana untuk mencapainya perlu adanya pengendalian diri (Suryoharjodiprojo, 1982:48). Bushidou menjadi ajaran kepercayaan terutama konfusianisme di jepang. Bushidou merupakan konsep moralitas yang dapat dikatakan sebagai konsep


(53)

budaya terhutang yang lahir dari peringatan atas rasa malu, dengan pemikiran bahwa rasa malu dapat dihilangkan dengan cara melunasi hutang. Benedict (1982:234-235) mengatakan, bahwa masyarakat Jepang berkebudayaan “rasa malu”, berbeda dengan Amerika yang berkebudayaan “rasa takut”. Kebudayaan rasa malu tidak menimbulkan ketergantungan terhadap sesuatu yang ilahi melainkan kebudayaan rasa takutlah yang mengutamakan konsep sangsi tersebut. Kebudayaan rasa malu lebih mengutamakan sangsi-sangsi sosial dalam mencari keselamatan hidup.

Dari 5 ajaran pola hubungan sosial konfusianisme bushidou, berkembang istilah on, yaitu kewajiban atau hutang yang harus dibayar karena telah menerima kebaikan dari orang lain. Kemudian, pembayaran on dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu gimu dan giri. Gimu adalah konsep pembayaran balasan kebaikan secara setulus hati tanpa memikirkan untung rugi kebaikan yang telah diterima. Bentuk dari gimu salah satunya disebut chu. Chu adalah konsep balas budi dari pengikut terhadap tuannya. Chu merupakan pengabdian kepada kaisar. Chu dianggap sebagai on tertinggi yang harus diutamakan sebelum on lainnya. Di dalam on terhadap chu “mengapa harus Kaisar? Karena Kaisar menempati posisi tertinggi dalam lingkup kehidupan orang Jepang. Nilai keberanian bushidou banyak diterapkan orang Jepang dalam mempertahankan negerinya, seperti pasukan tentara Jepang di Iwo Jima yang berani mati dalam menghadapi pasukan tentara Amerika Serikat. Pada peperangan Iwo Jima dikenal strategi perang Jepang yang disebut dengan serangan “banzai” tradisional. Yaitu metode pertahanan Jepang terdahulu yang mencoba menhentikan musuh di daerah pendaratan di pantai. Jenderal Tadamichi Kuribayashi menyadari akan kegagalan


(54)

metode tersebut. Kemudian, Letnan Jenderal Inoue memberikan ide dengan menggunakan taktik lain dengan memerintahkan pasukan tentara untuk berkonsentrasi agar menghabisi dan melelahkan musuh dari posisi yang sebelumnya telah direncanakan terlebih dahulu. Taktik tersebut disetujui oleh pimpinan perang Jenderal Tadamichi kuribayashi untuk digunakan dalam pertahanan iwo Jima. Jenderal Tadamichi Kuribayashi tahu bahwa pada akhirnya Amerika serikat akan menguasai Iwo Jima. Namun, Jenderal Tadamichi kuribayashi bertekad untuk menimbulkan korban yang sangat besar dipihak amerika Serikat. Nilai keberanian dan pantang putus asa bushidou terpampang secara jelas dalam strategi pertahanan peperangan Iwo Jima dipasukan tentara Jepang.

Jenis pembayaran on selanjutnya adalah giri. Giri mencakup kesetiaan pengikut kepada tuannya dan menjaga nama baik. Giri dalam pelajaran jalan hidup bushi diubah menjadi pengabdian memikirkan untung dan rugi. Pada pemerintahan Tokugawa kesetiaan kepada atasan diidentifikasian sebagai kebijakan seorang samurai, sehingga samurai rela mengorbankan hidup dan matinya untuk tuannya yang telah berjasa mengurusnya. Kisah 47 ronin (47 samurai tak bertuan) merupakan salah satu contoh dari giri. Kisah tersebut bercerita tentang akouroshi dimana roshi berasal dari kata ro = tidak bertuan, shi = bushi, dan Akou merupakan suatu wilayah kekuasaan di Jepang. Berarti samurai tak bertuan di Akou. Dimana ke 47 ronin tersebut melakukan seppuku (bunuh diri) untuk melunasi chu mereka karena terpaksa melanggar chu untuk membalaskan dendam tuannya yang telah mati dengan memotong perutnya sendiri yang telah ditetapkan oleh Shogun. Selain itu, demi melakukan giri tersebut mereka rela meninggalkan


(55)

anak dan istrinya. Ini membuktikan bagi para samurai kesetiaan adalah segala-galanya. Giri di dalam peperangan Iwo Jima dapat dilihat dari penulisan surat yang dilakukan oleh Jenderal Tadamichi Kuribayashi terhadap anak istrinya. Bahwa kepada anak-istrinya untuk tidak menunggu kepulangan Jenderal Tadamichi Kuribayashi dan melangsungkan hidup tanpa dirinya. Jenderal Tadamichi kuribayashi yang notabene merupakan seorang pensiunan samurai membuktikan bahwa kesetiaan terhadap negara adalah segala-galanya. Meskipun harus mengorbankan keluarga dan diri sendiri. Selain itu, giri terhadap nama baik juga tak kalah pentingnya dalam nilai bushidou. Giri terhadap nama baik mewajibkan setiap orang Jepang untuk menjaga martabat dan kehormatan nama mereka. Di dalam masyarakat Jepang kehormatan merupakan suatu kebajikan yang inigin dicapai. Salah satunya cara mereka melakukan giri adalah dengan mengendalikan diri, contohnya bersikap tabah. Salah satu contoh tindakan samurai yang menghormati diri mereka yaitu dengan harus bisa menahan rasa sakit tanpa mengeluh atau meringis. Ketika terjadinya peperangan Iwo Jima meskipun penduduk sipil telah di kirim ke daratan utama Jepang agar tidak ikut menghabiskan perbekalan makanan dan obat-obatan. Pada hari-hari akhir peperangan Iwo Jima perbekalan makanan, air dan obat-obatan mulai menipis, tetapi tidak seorang pun dari pasukan tentara Jepang yang mengeluh dan meringis karena merasakan sakitnya luka tubuh dan kelaparan. Malahan sampai di tenaga dan semangat akhir pun mereka yang kelaparan dan terluka dengan gagah memegang senjata dan berperang demi mempertahankan negara. Kemudian giri berkembang menjadi mental bangsa jepang yang mengutamakan cinta nama baik dan hal tersebut tidak bisa diraih jika terjadi penghinaan yang melekat pada diri


(56)

mereka. Bahkan, jika tidak ada lagi pilihan lain yang dapat membersihkan nama baik mereka, mereka tidak segan-segan melakukan bunuh diri karena bunuh diri dianggap merupakan tindakan terhormat untuk menegakkan kembali citra mereka. Bunuh diri tersebut disebut dengan seppuku. Seppuku banyak dilakukan oleh samurai. Bahkan, dalam peperangan Iwo Jima, pasukan perang yang hampir sekarat dan yang akan dijadikan tawanan perang oleh tentara Amerika Serikat ada yang memilih untuk bunuh diri dari pada dijadikan tawanan perang.

3.2 Teknologi Perang

Setelah Restorasi Meiji, Jepang yang selama lebih dari dua abad berhasil menutup diri mulai mengejar ketinggalan akan pengetahuan umum yang telah dipelajari oleh bangsa barat. Keteguhan dan keuletan para pelajar membuat Jepang maju berkembang pesat pada industri dan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi tersebut tidak hanya berkisar pada teknologi yang digunakan pada kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, perebutan sengketa wilayah jajahan pun membuat Jepang semakin memajukan teknologi akan senjata dan perlengkapan perangnya.

Sebelum Perang Dunia II yaitu sekitar tahun 1930-an Jepang terkenal sebagai produsen yang memproduksi barang murah tetapi cepat rusak. Barang – barang tersebut merupakan barang tiruan dari negara barat. Keahlian Jepang dalam hal tersebut membuat Jepang disebut sebagai tukang tiru oleh negara – negara barat. Akan tetapi, hal tersebut tidak membuat Jepang merasa rendah diri dan Jepang terus berkreasi dalam memajukan produksi pembuatan teknologi perang.


(57)

Pada peperangan Iwo Jima Jepang menggunakan teknologi peperangan Jepang yang terdiri atas senjata baik berupan senjata api laras panjang maupun pendek, bom dan torpedo serta perlengkapan nirkabel berupa telegraf dan telepon radio. Ketika peperangan Iwo Jima yaitu tahun 1945 pada umumnya pesawat

milik Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dilengkapi dengan senjata berkaliber 7,7mm. Senapan mesin standar di pesawat tempur Angkatan Laut Kekaisaran Jepang merupakan pembaharuan rancangan Vickers milik inggris. Senjata standar Angkatan Laut Kekaisaran Jepang berikutnya adalah senapan mesin tipe 92 berkaliber 7,7 mm yang diperbaharui dari rancangan senapan mesin Lewis milik Amerika Serikat dengan diletakkan dimesin genggam fleksibel dalam pesawat dengan banyak posisi senapan mesin.

Selain itu, sebelumnya pada tahun 1937 Angkatan Laut Kekaisaran Jepang melisensi rancangan kanon 20mm dengan produsen senjata dari Swiss, Oerlikon, dan memproduksinya sebagai mesin tipe 99. Senjata mesin tipe 99 digunakan sebagai senjata berposisi tetap dan juga sebagai sebagai senjata genggam. Senapan mesin tipe 99 memiliki beberapa versi, versi aslinya adalah Mark 1 yang berlaras pendek dan menggunakan magasin drum, sedangkan versi 2 memiliki laras lebih panjang dengan jangkauan dan kecepatan peluru lebih baik dan tidak memerlukan magasin drum lagi.

Mesin senjata versi posisi tetap pertama kali digunakan sebagai perlengkapan senjata sayap di Pesawat Tempur Berbasis Kapal Induk Tipe 0, yaitu yang terkenal dengan sebutan Rei-sen atau “Zero” (A6M). Sedangkan, mesin senjata versi genggam digunakan sebagai persenjataan buritan dalam Pesawat Serbu


(58)

Darat Tipe 96 (G3M) dan Pesawat Serbu Darat Tipe 1 (G4M) milik Angkatan Darat Kekaisaran Jepang.

Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menyebut senjata api berkaliber sampai 20mm sebagai kikan-ju atau “senapan mesin”. Sedangkan, Angkatan Darat Kekaisaran Jepang menyebut semua senjata berkaliber di bawah 12,7 mm sebagai kikan-ju dan senjata berkaliber 12,7 mm ke atas disebut kikan-ho atau “meriam mesin”. Sebagai perbaikan dari senapan mesin tipe 92, 7,7 mm, senapan mesin tipe 1 berkaliber 7,92 mm yang diperbaharui dari senjata MG 15 Rheinmetall milik Jerman diadopsi menjadi senjata genggam dan digunakan dikokpit belakang sebagian pesawat generasi kedua seperti pada kapal yang dinamai Pengebom Berbasis Kapal Induk Suisei (Komet) (D4Y). Akan tetapi, senjata ini lebih baik jika digunakan untuk menyerang dan kurang layak untuk keperluan bertahan. Senapan mesin tipe 3 berkaliber 13,2 mm merupakan senjata berposisi tetap yang menggantikan tipe 97 yang berkaliber 7,7 mm sebagai senjata sekunder digenerasi pesawat tempur Angkatan Laut Kekaisaran Jepang termasuk model-model pesawat tempur jenis Rei-sen.

Kemudian dikembangkan juga senjata dengan kaliber diatas 20 mm, seperti yang disebut dengan tipe 5 dengan kaliber 30mm. Senjata tipe 5 tidak digunakan secara umum dan hanya diujikan saat kondisi pertempuran.

Selain itu senjata tradisional yang digunakan oleh tentara dipeperangan Iwo Jima adalah bayonet Tipe 30. Bayonet ini didesain sebagai perlengkapan untuk senapan tipe 38 rifle dan arisaka tipe 99 rifle. diproduksi dari tahun 1897 sampai 1945 memiliki panjang mata pisau sepanjang 16 inci.


(59)

Bom yang digunakan oleh tentara Jepang pada saat peperangan iwo Jima adalah bom dengan kategori 60 kg, 240 kg, 500 kg, dan 800 kg. Ada beberapa kategori bom yang digunakan pasukan tentara Jepang yaitu yang dikenal dengan “bom biasa” dan “bom darat”.

Bom biasa digunakan untuk melawan kapal yang dikenal. Sedangkan, bom darat digunakan untuk kapal yang tidak berpelindung dan untuk sasaran di darat seperti pasukan tentara dan tank-tank baja. Bom darat terkenal dengan daya ledaknya yang tinggi dengan bahan peledak yang banyak dan pembungkus yang lemah. Bom 800 kg termasuk kedalam “bom darat”. Sedangkan, kategori 60 kg, 240 kg, dan 500 kg masuk ke tipe “bom biasa”.

Selain bom kategori tinggi, jepang juga menggunakan bom ukuran rendah yaitu kategori 1 kg, 4 kg, bom roket 7,5 kg, 10 kg dan bom fosfor 30 kg. Bom

1 kg, 4 kg,10 kg digunakan untuk menyerang musuh denganreaksi cara kerja mengeluarkan asap ketika menyentuh sasaran. Sedangkan, bom roket 7,5 kg digunakan untuk diledakkan di udara untuk merusak formasi pesawat musuh serta bom fosfor 30 kg yang digunakan untuk hal serupa akan tetapi digunakan pasa saat awal dan pertengahan pertempuran.

Torpedo tipe 91 memiliki Sembilan jenis versi. Versi asli dan modifikasi pertama memiliki panjang 5,27 m dengan berat 785 kg. Dengan hulu ledak 150 kg dan jarak efektif 2.000 m dengan kecepatan maksimum 42 knot. Versi modifikasi 2 panjangnya menjadi 5,47 kg dengan tingkat hulu ledak 205, sehingga berat total 838kg. versi modifikasi 3 panjangnya 5,47 kg dengan tingkat hulu ledak yang lebih besar. Tipe 91 paling pamungkas adalah modifikasi 7 dengan panjang 5,71 m dengan hulu ledak 420 kg dengan berat total mencapai 1.055 kg. Modifikasi 7


(60)

mencapai kecepatan 42 knot namun jarak efektifnya berkurang menjadi 1.500 m. Torpedo tipe 91 modifikasi 7 hanya digunakan di daratan karena jika dipasangkan ke pesawat tempur memakan bobot terlalu berat. Tipe terakhir dari tipe 91 adalah tipe 4.

Pesawat garis depan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang umumnya dilengkapi dengan generasi telegraf dan telepon radio tipe 96. Sedangkan, pesawat serbu berbasis darat tipe 96 yang digunakan oleh Angkatan Darat Kekaisaran Jepang yaitu (G3M “Nell) dan tipe 1 (G4m “Betty”) dan Perahu Terbang tipe 97 (H5K “Mavis”) dan tipe 2 (H6K“Emily) membawa telegraf nirkabel tipe 96 Mark Udara 3, tipe 96 Mark Udara 4 dan telepon radio tipe 98 Mark Udara 4. Tipe 96 Mark udara dengan daya 40 watt dan jarak efektif mencapai 500 mil laut. Sedangkan, tipe 96 Mark udara 3 memiliki daya 50 watt dengan jarak efektif mencapai lebih dari 800 mil laut. Selain itu, di banyak pesawat tempur udara milik tentara jepang juga dipasang telegraf nirkabel tipe 2 Mark udara dengan daya 80 watt dan jarak efektif 1.500 watt. Telegraf ini digunakan tentara Jepang bagian angkatan udara untuk dapat memberikan informasi keberadaan musuh satu sama lainnya.

3.3 Perjalanan Perang Di Iwo Jima

Dalam peperangan Iwo Jima Komandan tertinggi Jepang adalah Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi dan Kepala staf adalah Kolonel Tadashi Takaishi. Sedangkan, dipihak Amerika Serikat Komandan tertinggi adalah Letnan Jenderal Holland M. Smith (Derrick, 2012:4). Di bawah ini akan dijelaskan peristiwa – peristiwa penting yang terjadi di hari – hari peperangan Iwo Jima yang terbagi atas 4mpat bagian yaitu H+1-H+5 (hari pertama sampai dengan hari


(1)

bertempur dengan gagah berani dan mempertahankan posisi mereka dengan sepenuh hati (Derrick, 2012:78).

H+20-H+36

Pasukan Jepang mulai terdesak akan tetapi Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi dan sisa pasukannya masih bertahan. Untuk mengurangi kegelisahan publik terhadap jatuhnya jumlah korban dari pihak Jepang yang diumumkan oleh Departemen Perang Letnan Jendral Tadamichi Kuribayashi menyatakan Iwo Jima

dalam keadaan aman. Selama seminggu pasukan Amerika Serikat dengan susah payah menekan mundur pasukan Jepang yang bertahan di daerah seluas 50 yard persegi (46 meter persegi). Melihat korban yang banyak jatuh dipihak Amerika Serikat, Jenderal Erskine yang merupakan bawahan Letnan Jenderal Howland Smith meminta Jepang untuk menghentikan perjuangan mereka yang dianggap tak mempunyai harapan. Tetapi Jepang menolak dan pasukan bertahan yang ada di

Iwo Jima tetap melakukan pertahanan dan serangan. Pada tanggal 26 Maret pasukan Jepang melemparkan granat ke tenda pasukan Amerika Serikat menusuk pasukan Amerika Serikat yang sedang tertidur lelap dan menembakkan pistol dan senapan kemusuh. Sampai akhir pertempuran tersisa sekitar 200 orang dari pasukan tentara Jepang dengan jumlah korban mati sekitar 20.000 orang dan yang tertangkap sekitar 216 orang.

Letnan Jendral Tadamichi Kuribayashi sampai saat ini kematiannya belum diketahui misterinya. Tetapi Sersan Oyama yang merupakan anak dari Letnan


(2)

Pesan Letnan Jendral Tadamichi Kuribayashi apabila dia mati harus segera dikuburkan ditempat dia terbunuh. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa Letnan Jendral Tadamichi Kuribayashi merupakan jendral terbesar Jepang pada masa perang sepanjang sejarah (Derrick, 2012:82).


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Dipeperangan Iwo Jima teknologi canggih berupa alat perang yang digunakan dan loyalitas terhadap negara membuat pasukan tentara Jepang mampu menimbulkan korbanyang banyak dipihak Amerika Serikat.

2. Tentara nasional Jepang yaitu Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang merupakan wajah baru dari tentara tradisional Jepang (samurai) dimana Angkatan Darat Kekaisaran Jepang merupakan pensiunan samurai dari Chosu, sedangkan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang merupakan pensiunan samurai dari Satsuma.

3. Meskipun telah diprediksi bahwa Iwo Jima akan jatuh ketangan Amerika Serikat tidak membuat Jepang berputus asa dalam mempertahankan Iwo Jima dan tetap melakukan perlawanan sehingga menimbulkan korban tewas yang besar dari pihak Amerika Serikat.

4. Strategi perang Jepang dalam menyelesaikan sengketa Iwo Jima dengan pihak Amerika Serikat adalah dengan cara mengkolaborasikan strategi perang tradisional berupa landasan spiritual semangat bushidou yang ditanamkan kesetiap pasukan Jepang yang berperang di Iwo Jima dengan


(4)

akhirnya Iwo Jima jatuh ketangan Amerika Serikat, akan tetapi jumlah pasukan yang tewas dari Amerika Serikat lebih banyak daripada pasukan Jepang.

5. Nilai-nilai bushidou masih terkandung di dalam landasan spiritual dan etos kerja pasukan di Iwo Jima yaitu sikap berani mati demi negara serta kesetiaan mereka terhadap negara.

4.2 Saran

1. Jepang setelah proses isolasi negara selama dua abad mampu bangkit sebagai negara yang maju dalam segala bidang dikarena keuletan mereka dalam belajar meskipun dengan meniru terlebih dahulu kemudian berangsur-angsur dapat menciptakan yang baru bisa kita contoh sebagai alternatif untuk memajukan negara.

2. Landasan spiritual bushidou ada baiknya diterapkan didalam diri kita dengan memilih bagian yang positif dan membuang yang negatif.

3. Sikap bangsa Jepang yang selalu mau belajar dari orang lain dapat dijadikan contoh bagi negara-negara yang sedang membangun sebagai contoh negara kita Indonesia tercinta.

4. Semangat bushidou dalam mempertahankan negaranya dapat dicontoh untuk membela negara.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hikaru, Matsunaga. 2009. Budou dan Cara Material Jepang. Tokyo: Nippon Budokkan Foudation.

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru Rosidi, Ajip. 1981. Mengenal Jepang. Jakarta:Pusat Kebudayaan Jepang

Situmorang, Hamzon. 1995. Perubahan Kesetiaan Bushi dari Tuan kepada Keshogunan dalam Zaman Edo (1603-1868) di Jepang. Medan: USU PRESS Suryohadiprojo, Sayidiman. 1982. Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjuangan Hidup. Tokyo: Universitas Indonesia Press dan Pustaka Bragjaguna Wright, Derrick. 2011. Angkatan Laut Penerbangan Jepang 1945. Bogor: Grafika Mardi Yuana

Wright, Derrick. 2012. Iwo Jima 1945. Bogor: Grafika Mardi Yuana

Wakaba, Royal. 1995. Jepang Dewasa Ini. Shinjuku-ku Tokyo Jepang : International Society For Educational Inc

Wakaba, Royal. 1996. Jepang Di Dalam Sejarah Modern. Shinjuku-ku Tokyo Jepang : International Society For Educational inc

All-be-on.blogspot.com/2012/12en.wikipedia/org/wiki/iwo_jima Id.wikipedia.org/angkatan_darat_kekaisaran_jepang

Id.wikipedia.org/angkatan_laut_kekaisaran_jepang Id.wikipedia.org/wiki/perang_dunia_II


(6)

Id.wikipedia.org/wiki/bushidou