2.1.2 Tentara Modern Jepang
Tentara modern Jepang terbagi atas dua bagian yaitu:
1. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang
Bendera di atas merupakan bendera dan simbol dari Angkatan Darat Kekaisaran Jepang Dai-Nippon Teikoku Rikugun yang didirikan pada tahun 1867-1945
yang dikendalikan oleh Staff Gabungan Angkatan Darat Sanbo Honbu dan Kementrian Angkatan Darat Rikugunsho dengan panglima tertinggi Kaisar
Jepang. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang diawasi oleh Inspektorat Jenderal Penerbang Angkatan Darat sebagai institusi ketiga. Angkatan Darat Kekaisaran
Jepang bermarkas besar dipusat Markas Besar Kekaisaran Daihonei yang terdiri atas Kepala Staf Wakil Gabungan Angkatan Darat dan Staf Angkatan Laut serta
Menteri Peperangan dan Inspektur Jenderal Militer. Berdirinya Angkatan Darat Kekaisaran Jepang ditahun 1867 anggota tentara
pelatihan yang setia terhadap kaisar Meiji adalah pensiunan samurai dari wilayah Satsuma dan Chosu. Kemudian, diberdirikannya pemerintahan Meiji dan oknum
militer yang setia terhadap pemerintahan pusat dianggap sesuatu yang dibutuhkan untuk menjamin kemerdekaan Jepang atas adanya imperialisme barat.
Pada masa rezim Tokugawa hanya golongan samurai yang diperbolehkan dan berhak untuk memegang senjata. Akan tetapi, pada tahun 1871 setelah
Universitas Sumatera Utara
diberlakukannya penghapusan wilayah feodal atau disebut dengan han. Maka pemerintah mewajibkan terhadap seluruh penduduk Jepang terutama untuk semua
laki-laki diatas 20 tahun wajib untuk mengikuti militer selama tiga tahun atau yang lebih dikenal dengan program wajib militer.
Pada tahun 1873 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dibuka secara resmi. Peraturannya pun diubah menjadi laki-laki yang usianya dari 17 tahun sampai
dengan 40 tahun yang dianggap mampu secara fisik wajib melakukan tugas militer dan mengikuti program wajib militer. Selain itu, untuk memodernisasi
tekhnik tempur pasukan Jepang maka banyak perwira militer asing didatangkan dari luar negeri sebagai penasehat ataupun instruktur perang oleh pemerintah
Jepang. Kemudian, para calon perwira Jepang yang telah lulus akademi militer dikirim untuk melanjutkan pendidikan militernya di negara Eropa sebagai atase
militer. Setelah melanjutkan pendidikan di luar negeri perwira Jepang tersebut dipanggil kembali ke Jepang untuk menerapkan dan mengajarkan kembali
pelajaran yang diterima selama di luar negeri yang telah dipelajari terhadap pasukan tentara lainnya.
Dalam merekrut anggota pasukan tentara yang baru di Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dibagi atas dua kelas yaitu:
1. Kelas A yang terdiri dari tentara dengan tinggi badan minimal 152 cm
dan memiliki kemampuan fisik yang bagus. 2.
Kelas B1 yang terdiri dari tentara yang tinggi badannya 150 cm dan memiliki sedikit kekurangan terhadap panca indera penglihatan dan
pendengaran sesuai dengan kualisifikasi yang ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
3. Kelas B2 dan B3 terdiri dari tentara yang dibentuk sebagai pasukan
cadangan. Pada masa pelatihan dan pendidikan kepangkatan ditubuh Angkatan Darat Jepang
pangkat pangkat tertinggi adalah perwira. Pangkat di bawah perwira yaitu bintara tinggi Jun-i tugasnya memegang administrasi diunit headquarter. Di bawah
bintara terdiri dari tiga kepangkatan secara berurutan yang pertama sersan mayor So-cho , yang kedua sersan Gun-sho dan selanjutnya bintara dengan pangkat
terendah adalah kopral Go-cho. Pangkat prajurit tertinggi adalah assisten kopral Hei-cho. Disusul dengan prajurit biasa yaitu Jotto-hei, Itto-hei dan Mitto-hei. Di
bawah ini akan digambarkan struktur kepangkatan Angkatan Darat.
Pasukan Angkatan Darat Jepang menjadi 3 unit bagian yaitu infantri, kavaleri dan artileri serta beberapa detasemen yang terpisah yang namanya disesuaikan dengan
nama kommando yang ditugaskan dalam operasi-operasi tertentu. Infantri merupakan kekuatan yang menjadi tulang punggung dan ujung tombak
Angkatan Darat Jepang dipertempuran. Unsur persenjataan menjadi titk penting yang harus diperhatikan baik dalamhal senapan, bayonet, granat, pistol, dan
pelontar granat. Pada tahun 1930-an Jepang merupakan negara yang organisasi
Universitas Sumatera Utara
infantrinya memiliki persenjataan terbaik. Akan tetapi, sejak tahun 1943 Jepang mengalami kemunduran dan tertinggal di belakang infantri sekutu.
Selain infantri Angkatan Darat Kekaisaran Jepang juga memiliki kavaleri meliputi tank-tank perang yang dioperasikan selama pertempuran. Dalam
pertempuran Asia-Pasifik termasuk di dalamnya pertempuran Iwo Jima tank- tank yang dioperasikan oleh Jepang sangat rentan dalam menghadapi Amerika
Serikat. Pertama yaitu permasalahan mengenai pembangunan kemampuan tempur mekanis Jepang tergolong ketinggalam dalam pengembangannya. Dalam sejarah
Jepang tercatat baru mampu menghasilkan sendiri tank kendaraan berlapis baja beroda lantai tahun 1929. Jenis yang dihasilkan adalah tank ringan berbobot 9,8
ton. Basis ilmu yang diambil adalah rancangan bangunan tank-tank ringan dari Inggris dan Perancis. Permasalahan yang kedua adalah lemahnya lapis baja tank-
tank Jepang dikarenakan konsep pertempuran yang dianut. Konsep tersebut adalah Jepang menganggap tank tidak lebih dari sekedar elemen pendukung gerak
infantri. Dalam periode 1931-1938 Jepang memproduksi 1700 tank baru dan jumlahnya tidak bertambah secara signifikan ditahun-tahun berikutnya karena
prioritas pertama adalah memproduksi pesawat tempur sebagai kekuatan udara id.wikipedia.organgkatan_darat_kekaisaran_jepang.
Selanjutnya, artileri kekaisaran Jepang yang dipakai Angkatan Darat selama periode perang Pasifik tergolong cukup baik dan tidak terlalu ketinggalan
zaman. Artileri yang dilengkapi dengan berbagai kaliber yang tergolong cukup banyak.
Banyaknya persenjataan yang dimiliki Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pantas membuat militer Jepang percaya diri untuk menguasai Pasifik. Landasan
Universitas Sumatera Utara
spiritual warisan nenek moyang masyarakat Jepang dan pengajaran semangat bushidou serta loyalitas pengabdian diri terhadap kaisar dan negara menjadikan
Angkatan Darat Kekaisaran Jepang semakin percaya diri dalam menyatakan perang terhadap Amerika Serikat serta kehausan Jepang dalam menguasai Asia-
Pasifik. 2.
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang
Angkatan laut Kekaisaran Jepang resmi dibuka pada bulan Mei 1920. Terjadinya perang dunia kedua membuat Jepang melakukan perekrutan terhadap keanggotaan
baru ALKJ. Program awalnya dengan merekrut anggota bintara dan tantama pada bulan Juni 1930 dengan nama Hiko Jutsu Renshu Sei Program Latihan Teknik
Penerbangan yang kemudian namanya diganti menjadi Soh-ju Renshu Sei Kadet Pilot atau disingkat dengan Sohren. Selain Sohren ada juga perekrutan lain
program non-perwira yang disebut dengan Hiko Yoka Reshu Sei Program pelatihan Cadangan Penerbangan atau yang disebut juga dengan Yokaren.
Yokaren merupakan perekrutan ALKJ terhadap laki-laki sipil berumur 15-17 yang telah menyelesaikan sekolah dasar tingkat tinggi.
Yokaren awalnya bermarkas di Yokosuka yang merupakan pangkalan udara tertua di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, akan tetapi pada Maret 1939 markas
Angkatan laut Kekaisaran Jepang dipindahkan ke tepian danau Kasumigaura. Yokaren merupakan penerus program Sohren. Pada tahun 1941-1942 anggota
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang bertambah pesat. Pada musim semi 1943 program Yokaren digantikan dengan program Toku spesial Otsu Yokaren yaitu
pada awal April 1943. Dari program Toku Otsu Yokaren anggota ALKJ yang telah terlatih sekitar lima sampai tujuh bulan dipilih untuk ditugaskan sebagai tentara
Universitas Sumatera Utara
Angkatan laut Kekaisaran Jepang yang sesungguhnya. Pada awal Oktober 1944 anggota Yokaren dialihkan tugasnya dari awak penerbangan akibat kekurangan
bahan bakar dan pesawat. Anggota Yokaren yang dialihkan tugasnya tersebut menjadi montir pesawat atau juga menjadi staff komunikasi. Pada awal September
1944, para alumni anggota Yokaren pertama kalinya di tugaskan untuk melakukan misi-misi bunuh diri. Anggota Yokaren yang melakukan misi bunuh
diri tersebut diberi sebutan misi Kamikaze dimana Kamikaze merupakan nama tim dari Angkatan Laut Kekisaran Jepang.
Pasukan Kamikaze terkenal dengan kekejaman dan keberaniannya disegala medan tempur. Pasukan Kamikaze sangat terlatih, mereka sangat loyal terhadap negara
karena merela rela mati mengorbankan nyawa demi membela Jepang dari ancaman negara luar.
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang terkenal dengan anggota kelompok kecil dan elit, sangat terlatih sempurna dan berpengalaman dalam pertempuran, karena hal
tersebut Angkatan Laut Kekaisaran Jepang untuk sekejap dalam sejarah mampu menguasai langit Asia dan Pasifik sebagai penerbang angkatan laut paling andal
di dunia Id.wikipedia.organgkatan_laut_kekaisaran_jepang. Tahun-tahun modernisasi sebelumnya yaitu pada tanggal 4 Januari 1882 Kaisar
Meiji bertitah kepada prajurit dan pelaut perang Jepang yaitu “Tugas lebih berat daripada gunung, sedangkan kematian lebih ringan daripada sehelai bulu”.
Dalam titah tersebut tercermin upaya negara Jepang dalam menanamkan nilai keprajuritan terhadap setiap pasukannya. Titah tersebut menjadi dasar prilaku
yang menekankan kesetiaan mutlak, disiplin, keberanian, harga diri dan
Universitas Sumatera Utara
kesederhanaan terhadap kaisar dalam mencapai kebangkitan dari masa lalu feodal menjadi negara yang berjaya di dunia imperial.
Berdasarkan tradisi Jepang seperti konfusionisme dan nilai-nilai budaya samurai, titah tersebut menjalin etos prajurit yang menginspirasikan para pasukan untuk
melakukan tindakan-tindakan menakjubkan yang menunjukkan keberanian, pengorbanan diri, dan kesetiaan pada tugas. Hal tersebut merupakan warisan
budaya Bushidou sebagai bentuk dasar filosofis angkatan bersenjata kekaisaran Jepang.
Kualitas dan kekuatan setiap anggota Angkatan Laut Kekaisaran Jepang bersumber dari semangat keprajuritan yang ditanamkan ke para prajuritnya. Sejak
kecil orang Jepang diajari bahwa Jepang tidak pernah kalah perang dari musuh asing, dan bahwa pantainya diberkahi dengan perlindungan dari para dewa,
sehingga prajurit-prajurit yang bertempur yakin dengan mutlak bahwa mereka akan menang. Dalam melawan musuh yang jauh lebih banyak, dan bahkan pada
saat-saat paling kelam pun mayoritas prajurit masih percaya bahwa mereka pada akhirnya pasti menang. Selain itu, mereka juga berlindung dalam keyakinan
bahwa siapapun yang tewas dalam pertempuran terjamin bahwa tempat peristirahatan terakhirnya akan beristirahat dan dihormati selamanya di kuil
Yasukuni yang merupakan kuil Shinto resmi untuk para korban perang. Dalam peperangan banyak tentara Jepang yang secara naluriah melompat dari
pesawat yang terbakar dan posisinya dekat dengan keberadaan musuh lalu secara sukarela memilih tewas dengan membuang parasut mereka dari udara daripada
menghadapi rasa malu karena tertangkap musuh. Sejak dari awal, dasar psikologis serangan bunuh diri Korps Serbu Spesial Toku Otsu Yokaren sudah ada karena
Universitas Sumatera Utara
diajari pada saat masa pendidikan. Banyak pasukan yang tetap percaya bahwa nilai spritual dan kesediaan untuk mengorbankan diri sendiri membuat prajurit
Jepang memiliki kekuatan yang unik sehingga memungkinkan mereka untuk mengalahkan musuh dengan sumberdaya materi dan manusia yang lebih banyak.
Pada akhirnya, dasar psikologis tersebut membuat semua prajurit berbakti terhadap kaisar dan negara dan bersatu dalam melawan musuh bersama.
Dalam sejarah Angkatan Laut Kekaisaran Jepang lambang dan keahlian berbeda dengan anggota dinas lainnya. Akan tetapi, seragamnya sama dengan anggota
dinas lainnya. Ciri khas dari kadet Yokaren adalah seragam dengan jaket lengan pendek dengan kerah tinggi yang memiliki tujuh kancing dan menggunakan topi
pet. Para bintara tinggi mengenakan jaket lengan pendek dengan kerah tinggi berkancing lima dan topi pet sesuai dengan pangkatnya. Seragam tersebut
digunakan sebagai pakaian saat berada di kantor dan tidak dalam masa terbang saat bertempur. Sedangkan, pada saat terbang menggunakan baju terbang apapun
pangkatnya pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menggunakan baju terbang dari bahan gabardine berwarna coklat tua dengan kantong dada yang besar
di sebelah kiri serta dengan celana yang mempunyai kantong-kantong dikedua kaki dan menggunakan syal sutra berwarna putih atau juga yang berwarna-warni.
Pada saat musim dingin, para pasukan sering menambahkan kerah tambahan dari bulu kelinci untuk menambah rasa hangat untuk tubuh. Kemudian, pada saat
musim panas pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menggunakan baju terbang dua lapis dengan ciri kancing depan. Menggunakan helm kulit sebagai
penutup kepala serta juga memakai sepatu bot kulit dalam melengkapi pakaian seragam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
Universitas Sumatera Utara
Dalam terbang Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menggunakan cawat sebagai celana dalam dan digunakan oleh seluruh penerbang apapun pangkatnya. Cawat
merupakan sehelai kain katun dengan benang tali di ujungnya yang di ikatkan di depan sebagai sabuk untuk melindungi area vital.
Semua pasukan angkatan kekaisaran Jepang baik pelaut maupun prajurit dari yang paling rendah sampai laksamana tertinggi wajib mencukur habis rambut. Akan
tetapi, terkecuali penerbang Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dengan kadet dan tantama penerbang yang harus mencukur habis rambut pengecualian pangkat
bintara dan pangkat tertinggi lainnya yang diizinkan untuk menumbuhkan rambut yang dianggap sebagai pelindung kepala tambahan. Hal ini dilakukan sesuai
dengan pilihan bintara atau perwira penerbang Angkatan Laut Kekaisaran Jepang diizinkan untuk memiliki atau tidak memiliki rambut. Hal yang sangat berbeda
dengan penerbang Angkatan Darat Kekaisaran Jepang yang harus mencukur habis rambut. Segala peraturan yang dibuat di dalam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang
diikuti oleh semua pasukan sehingga tidak ada terjadi perlawanan antara senior dan junior keanggotaan.
Selain itu, hierarki sikap saling menghargai dan menghormati antara junior ke seniornya dalam masyarakat Jepang di dalam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang
juga muncul dalam konsep mutlak etos kerja dalam keberadaan aktivitas kelompok. “Kepercayaan” dan “semangat kelompok” adalah hal yang sama bagi
semua prajurit Jepang dan dianggap banyak prajurit sebagai dasar keberadaan yang bersikap mutlak.
Kisama to ore wa Doh-ki no sakura
Universitas Sumatera Utara
Onaji yokaren no Niwa ni saku
Bait lagu di atas adalah lirik lagu pembuka Doh-ki no Sakura “Bunga Sakura Seangkatan”, lagu
ngina yang dinyanyikan oleh penerbang non-perwira
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang selama perang dunia II. Bait lagu tersebut menggambarkan ikatan rasa persaudaraan yang
terbentuk dalam latihan dan pertempuran antara pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang Hiko Yoka Renshu Sei Pelatihan Cadangan Penerbangan atau
Yokaren. Berbeda dengan Angkatan darat Kekaisaran Jepang yang
ngina benderanya bintang bersudut lima, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang
menggunakan bunga sakura sebagai ngina
bendera. Bunga sakura merupakan metafora untuk berkembangnya anak muda pasukan Angkatan Laut Kekaisaran
Jepang. Dimana bunga sakura itu cantik namun sangat singkat masa hidupnya karena ditakdirkan gugur tercerai berai oleh
ngina. Begitu pula takdir seluruh pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang cantik kuat dan sehat dan
dijanjikan gugur atas nama kaisar. Lirik lagu Doh-ki no Sakura menyuarakan perasaan seluruh para prajurit yaitu kesetiaan terucap antara mereka yang berlatih
bersama, tidur bersama, bertempur bersama, dan siap mengorbankan hidup demi rekan seperjuangan dan kaisar. Semangat kelompok yang diajarkan di Angkatan
Laut Kekaisaran Jepang menambah besar kekuatan dan semangat perang pasukan dalam melawan pasukan Amerika Serikat dipertempuran Iwo Jima Derrick,
2011:30.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Sejarah Perang Jepang-Amerika Serikat