PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILU MAHKAMAH KONSTITUSI
VIII. PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILU MAHKAMAH KONSTITUSI
Tidak ada perkara spesifik mengenai dana pemilu yang diadili oleh Ma- hkamah Konstitusi, karena wewenang Mahkamah Konstitusi hanya memu- tuskan hasil akhir pemilu. Namun seperti kenyataan yang ditemukan dalam- perkara di Mahkamah Konstitusi menunjukkan bahwa pelaksanaan pemilih- an diwarnai oleh berbagai pelanggaran dan penyim pangan yang dilakukan baik oleh aparat pemerintah, penyelenggara pemilu, maupun para kandidat/ peserta pemilu itu sendiri, termasuk terkait dengan dana pemilu.
Secara umum pelanggaran yang ditemukan dalam pemilihan umum, baik pemilu legislatif, presiden, ataupun pemilu kepala daerah yang diperiksa oleh Mahkamah Konstitusi RI terjadi dalam bentuk:
1. Manipulasi syarat administrasi pencalonan;
2. Politik uang ( money politics);
3. Politisasi Birokrasi seperti pelibatan Camat, Pegawai Negeri Sipil dan Kepala Desa/ Lurah;
4. Mutasi, intimidasi dan pemecatan kepada Pegawai Negeri Sipil dan aparat pemerintahan;
5. Pelanggaran atau kecurangan olehpetugas penyelenggara pemilu;
6. Manipulasi Suara;
7. Ancaman/Intimidasi.
MEMBERANTAS ELECTORAL CORRUPTION
Dari berbagai jenis pelanggaran tersebut, pelanggaran yang terkait dengan korupsi pemilu adalah money politics, suap pada penyelenggara sehingga penyelenggara memanipulasi syarat administrasi bakal calon sehingga bakal calon tersebut diloloskan atau tidak diloloskan menjadi pasangan calon pemilu, dan penggunaan fasilitas/anggaran negara untuk pemenangan, khususnya bagi incumbent.
Perkara yang diadili Mahkamah Konstitusi, terkait dengan korupsi pemilu, pada umumnya terkait dengan pelanggaran oleh penyelenggara pemilu, baik dalam penentuan seseorang menjadi kandidat, dalam penghitungan suara serta keberpihakan secara nyata penyelenggara (KPU) terhadap kandidat tertentu. Dalam hal ini sangat sulit untuk memastikan adanya korupsi pemilu, karena sulit untuk dibuktikan adanya pembayaran kepada penyelenggara pemilu. Akan tetapi jika pelanggaran-pelanggaran tersebut ternyata terbukti dilakukan oleh penyelenggara pemilu walaupun tidak terbukti adanya korupsi pemilu, Mahkamah banyak membatalkan hasil pemilu, khususnya pemilukada. Misalnya dalam hal penyelenggara pemilu, yakni Komisi Pemilihan Umum terbukti meloloskan bakal calon yang tidak memenuhi syarat atau sengaja tidak meloloskan bakal calon yang memenuhi syarat atau penyelenggara pemilu terbukti mengubah atau memanipulasi hasil pemilu. Selain itu, pelanggaran korupsi pemilu yang sering ditemukan adalah dalam bentuk pembayaran oleh kandidat kepada pemilih (money politic).
Dalam hal ini ada dua putusan Mahkamah Konstitusi yang dapat dijadikan contoh, yaitu Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, dan Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Dalam dua perkara tersebut, terbukti dalam persidangan Mahkamah Konstitusi, seorang kandidat membayar minimal Rp. 250.000,- kepada setiap pemilih yang jumlahnya lebih dari setengah pemilih di seluruh wilayah kabupaten yang bersangkutan. Mahkamah menemukan bahwa money politic tersebut dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif sehingga kemenangan yang diperoleh kandidat dihasilkan melalui cara-cara yang curang yang melanggar prinsip-prinsip free and fairness, sehingga hasil pemilu di kedua kabupaten tersebut dibatalkan dan penyelenggara pemilu diperintahkan
Pemilu Jurnal & Demokrasi
untuk melakukan pemilu ulang. Belum ditemukan suatu proses peradilan terhadap pelanggaran-
pelanggaran yang terkait dengan sumbangan yang melebihi batas atau sumbangan ilegal sepanjang pemilu di Indonesia, walaupun diyakini pelanggaran serta sumbangan ilegal banyak terjadi. Hanya dalam beberapa kasus pada pemilihan umum 2008 di beberapa kabupaten dalam pemilihan legislatif, Komisi Pemilihan Umum mendiskualifikasikan partai politik sehingga partai politik tersebut tidak dapat mengikuti pemilu di daerah pemilihan yang bersangkutan misalnya di beberapa daerah di Sumatera.