Pertemuan Komite Audit Ukuran Perusahaan

Gambar 2.4 Struktur Dewan Direksi dalam Sistem Two-Tier di Indonesia Sumber: FCGI. “Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan”, 2001 Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa Dewan Direksi bertanggungjawab langsung kepada RUPS dalam melaksanakan tugasnya. Meskipun demikian, Dewan Komisaris juga turut mengawasi kinerja dari Dewan Direksi. Tanggungjawab yang dimiliki oleh komite audit dalam mekanisme tata kelola perusahaan adalah mengawasi manajemen dalam menjalankan kinerja sesuai undang-undang yang berlaku, memperhatikan etika dalam kinerja perusahaan, serta mengawasi manajemen apabila terdapat benturan kepentingan dan kecurangan.

2.1.4 Pertemuan Komite Audit

Salah satu karakteristik yang juga penting dalam mempengaruhi efektivitas komite audit adalah jumlah pertemuan komite audit. Jumlah pertemuan rapat yang diadakan oleh komite audit menentukan sejauh mana komite audit Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Dewan Komisaris Dewan Direksi Supervisi pengawasan tersebut aktif dalam melakukan tugas dan tanggungjawabnya Ika dan Ghazali, 2012. Pertemuan komite audit juga mencerminkan ketekunan dari komite audit itu sendiri. Menurut DeZoort, et al . 2002, komite audit harus memiliki sikap ketekunan agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi kepentingan stakeholder . Hal ini sesuai dengan tujuan perusahaan dalam melaporkan keuangan, yaitu untuk memenuhi keinginan stakeholder dalam rangka pengambilan keputusan. Oleh karena itu, komite audit dituntut untuk aktif dalam mendiskusikan proses pelaporan keuangan melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan. Dengan berdiskusi secara aktif, maka komite audit dapat lebih memahami berbagai perubahan-perubahan dan kompleksitas tantangan dalam ketidakpastian lingkungan bisnis dan keuangan Sultana, et al ., 2015. Penelitian Abernathy, et al . 2014 dan Tinambunan, et al . 2013 menemukan bahwa semakin sering komite audit mengadakan pertemuan, maka pelaporan keuangan akan menjadi lebih cepat.

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Tinambunan, et al. 2013 mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai upaya untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kondisi perusahaan karena perusahaan besar cenderung memiliki performa yang lebih baik daripada perusahaan kecil. Menurut Ahmed 2003, terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan besar memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan kecil. Pertama, perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengendalian internal sehingga kinerja dapat berjalan dengan baik. Kedua, sumber pendanaan pada perusahaan besar cenderung memadai karena memiliki banyak investasi. Ketiga, perusahaan besar memiliki pengaruh yang kuat atas kontrol perusahaan, misalnya yang berkaitan dengan auditor. Ketiga keunggulan ini membuat perusahaan besar dapat menentukan keefektifan laporan keuangannya. Perusahaan besar hanya membutuhkan sedikit waktu dalam menyiapkan pelaporan keuangan karena perusahaan tersebut memiliki sistem pengendalian internal yang kuat, alat-alat canggih yang dapat mempermudah pekerjaan, serta analis keuangan yang dapat memberikan rekomendasi bagi perusahaan Owusu-Ansah, 2000.

2.1.6 Tingkat Solvabilitas