Pembinaan Karakter

C. Pembinaan Karakter

1. Pengertian Pembinaan Pembinaan berasal dari kata dasar bina, yang berarti membangun, mendirikan sesuatu supaya lebih baik. Pembinaan yaitu proses, cara, perbuatan membina, pembaruan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara

efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 38 Pembinaan dilakukan untuk ke arah yang lebih baik lagi agar terjadi suatu

peningkatan dalam bekerja. Pembinaan diharapkan dapat membantu seseorang memecahkan masalah dan kesulitan yang mungkin akan dihadapi di dalam menggunakan cara-cara baru untuk melaksanakan tugasnya agar berjalan dengan efektif dan efesien untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Membina disiplin peserta didik harus mempertimbangkan berbagai situasi, dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, disarankan kepada guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut.

a. Memulai seluruh kegiatan dengan disiplin waktu, dan patuh/taat aturan.

b. Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatan kumulatif.

38 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 193.

c. Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya melalui daftar hadir di kelas.

d. Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik.

e. Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele- tele.

f. Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan.

g. Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar dijadikan teladan oleh peserta didik.

h. Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton, sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik.

i. Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya.

j. Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya. 39

39 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Cet. I; Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 173.

2. Nilai-Nilai Karakter

a. Pengertian Karakter Menurut Muclas mengutip bukunya Jack Corley dan Thomas Philip karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Maksudnya karakter di maknai sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. 40

Selain itu, karakter dikatakan bahwa karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang di bangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tinndakan. Sehingga karakter dapat dipahami sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang.terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma agama,

hukum, tata krama, budaya, adat istiadat dan etika. 41 Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

40 Muchlas, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 42.

41 Ibid, h. 41.

Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain

menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. 42 Karakter seseorang akan dipengaruhi oleh gen (keturunan). Namun, gen hanya

salah satu faktor pembentuk karakter, karena itu karakter bisa dibentuk sejak anak lahir. Dalam hal ini orang tualah yang memiliki peluang paling besar dalam

pembentukan karakter anak. 43 Karakter menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga bisa diartikan tabiat, yaitu perangkai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter yang diartikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian. 44

Pada dasarnya manusia adalah makhluk biologis. Sebelum ada yang lain seperti misalnya pergaulan sosial, akal sehat, tingkah laku, adat istiadat, moralitas dan lain-lain. Dalam teori Freud, kehidupan psikis berakar pada kehidupan biologis. Oleh karena itu, penggerak kehidupan psikis (kepribadian) tidak lain dari pada upaya untuk

memenuhi hasrat-hasrat biologis dalam kehidupan manusia di dunia. 45

42 Yusuf, Perkembangan Peserta Didik, (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 32. 43 Howard, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 2.

44 Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Cet. I; Surabaya: PT Jepe Press Media Utama, 2011), h. 201

45 Arief, Dinamika Kepribadian, (Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama, 2006), h. 1

Kepribadian adalah totalitas kejiwaan seseorang yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua dan leluhur) dan sisi yang didapat dari pendidikan,

pengalaman hidup, dan lingkunganya. 46 Kepribadian menunjukkan siapa diri kita yang sebenarnya dan menunjukkan pribadi kita yang sesungguhnya.

Menurut Hamka, Kepribadian adalah tingkah laku atau perangai sebagai hasil dari pendidikan dan pengajaran”. Jadi kepribadian adalah hasil bentukan dan

berhubungan erat dengan milieu (lingkungan). 47 Sebagian akar psikologi kepribadian bisa ditelusuri ke teater. Menurut

Allport, “Aktor-aktor Romawi dan Yunani kuno menggunakan topeng untuk menekankan bahwa mereka sedang memainkan karakter yang berbeda dengan diri mereka sendiri. Ini menekanakn adanya kekaguman terhadap hakikat sebenarnya dari individu”. 48

1) Karakter yang dikembangkan Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:

a) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu dasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.

46 Sudarsono, Character Building Membentuk Watak, (Cet.1; Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2002), h. 49.

47 Hamka, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, (Cet.1; Jakarta: Al-Mawardi prima, 2011), h. 50.

48 Friedman, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 11.

b) Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.

c) Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antara anggota masyarakat itu.

d) Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pndidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. 49

b. Nilai-Nilai Karakter

Tabel 1.1 Nilai-Nilai Karakter

Nilai/Karakter Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan pada upaya saling menghargai

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Sama Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara lain dalam hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain.

8. demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain

9. Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya Tahu

untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya dilihat dan didengar.

10. Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan Kebangsaan

yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Cara berfikir,bersikap, dan berbuat yang Air

menunjukan

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

kesetiaan,

12. Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya Prestasi

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan cara senang komunikatif

berbicara, bergaul, bekerjasama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang

15. Gemar Kebiasaaan menyediakan waktu untuk Membaca

membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya Lingkungan

menjaga kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu ingin Sosial

memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang mebutuhkan.

18. Tanggung Sikap dan perilaku seseorang untuk Jawab

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan

budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 50

Beberapa prinsip pendidikan karakter yang harus dipahami oleh peserta didik sebagai berikut:

1) karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau yang kamu yakini. Prinsip ini memberikan verifikasi konkrit tentang karakter seseorang individu dengan memberikan prioritas pada unsur psikomotorik yang menggerakkan seseorang untuk bertindak. Pemahaman, pengertian, keyakinan akan nilai secara obyektif oleh seorang individu akan membantu mengarahkan individu tersebut pada sebuah keputusan berupa tindakan. Namun verifikasi nyata sebuah perilaku berkarakter hanya bisa dilihat dari fenomena luar berupa perilaku

50 Ibid, h. 34-35.

dan tindakan . Jadi, perilaku berkarakter itu ditentukan oleh perbuatan, bukan melalui kata-kata seseorang. 51

2) sikap dan keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. Individu mengukuhkan karakter pribadi melalui setiap keputusan yang diambilnya. Hanya dari keputusannya inilah seorang individu mendefinisikan karakternya sendiri. Oleh karena itu karakter seseorang itu bersifat dinamis, ia bukanlah kristalisasi pengalaman masa lalu, melainkan kesediaan setiap individu untuk terbuka dan melatihkan kebebasannya itu dalam membentuk jenis manusia macam apa dirinya melalui keputusan-keputusan dalam hidupnya. Untuk inilah setiap kebutusan menjadi semacam jalinan yang membingkai, membentuk jenis

manusia macam apa yang diinginkannya. 52

3) karakter yang baik mengandalkan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik. Bahkan seandainya pun kamu harus membayarnya secara mahal, sebab mengandung resiko. Pribadi yang berproses membentuk dirinya menjadi manusia yang baik, juga akan memilih cara-cara yang baik bagi dirinya. Setiap manusia mesti menganggap bahwa manusia itu bernilai di dalam dirinya sendiri, karena

51 Syarbini, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Prima Pustaka), h. 13. 52 Ibid, h.14.

itu tidak pernah boleh ia diperalat dan dipergunakan sebagai sarana bagi tujuan-tujuan tertentu.

c. Tahap Pengembangan Karakter Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu pengetahuan tentang moral (moral feling), dan perbuatan bermoral (moral action). Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).

Pengembangan karakter dapat dilihat dari metode pembelajaran karakter berbasis seni. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Suyanto, bahwa Inkulkasi nilai dalam pendidikan karakter berbasis seni dapat dilakukan dengan menginventarisasi nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

berkesenian, baik substansi seninya maupun proses kegiatannya. 53 Dalam kegiatan seni terdapat peran yang dimainkan. Seorang pemeran harus

mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik

53 Suyanto, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik, (Cet. 1; Jogjakarta: UNY Press, 2011), h. 266 53 Suyanto, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik, (Cet. 1; Jogjakarta: UNY Press, 2011), h. 266

rasa benci, marah, senang dan peran-peran lainnya. 54 Karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Sedangkan pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. 55

Menurut Rendra, Peran ialah gambaran orang. Semakin utuh gambaran orang itu, akan semakin hidup ia kelihatan. Bagaimana gambar pikirannya, perasaannya, wataknya, keadaan dan sifat jasmaninya, bagaimana kedudukannya dalam

masyarakat dan lain-lain. 56 Melalui bermain peran dalam pendidikan karakter, diharapkan para peserta

didik dapat (1) mengeksplorasi perasaan-perasaannya. (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai dan persepsinya, (3) mngembangkan keterampilan dan sikap

54 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Cet. 1; Jakarta: PT. Bumi Aksara), h. 181 55 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter “Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berperadaban”, (Cet. 1; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 33

56 Rendra, Seni Drama untuk Remaja, (Cet. 1; Jakarta: Pustaka Jaya, 1993), h. 101 56 Rendra, Seni Drama untuk Remaja, (Cet. 1; Jakarta: Pustaka Jaya, 1993), h. 101

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembinaan karakter:

1) Guru

2) Selebriti/artis

3) Pejabat

4) Tokoh Masyarakat

5) Teman Sejawat

6) Kedua Orang Tua

7) Media Cetak

8) Media Elektronik. 58 Jadi penulis menyimpulkan bahwa nilai-nilai karakter di atas merupakan nilai-