Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap Individu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, dalam perkembangannya tersebut individu mengalami banyak pengalaman baik positif maupun negatif. Dan hal itu dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalkan individu yang sedang mengalami permasalahan. Permasalahan tersebut dapat ditimbulkan dari dalam dirinya sendiri maupun muncul dari luar dirinya baik disadari maupun tidak disadari. Oleh sebab itu individu diharapkan dapat menjadi pribadi yang mandiri dalam menghadapi segala permasalahan dalam hidupnya. Menurut Haqquzzaki dalam Anastasia dan Nugraheni, 2008: 13 bahwa sikap mandiri atau kemandirian adalah mampu berdiri di atas kemampuan sendiri dalam mempertahankan kelangsungan hidup dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan segala kewajibannya guna memenuhi kebutuhan sendiri. Oleh sebab itu dapat dikatakan jika pribadi mandiri adalah seorang individu yang dapat mengambil keputusan yang dilandasi dengan berbagai pertimbangan atas segala konsekuensi dari keputusannya tersebut. Setiap individu menginginkan menjadi manusia yang dewasa dan mandiri, meski demikian kemandirian tidak dapat diperoleh secara instan. Kemandirian dapat berkembang secara bertahap dan berhasil dengan baik jika ada pemberian kesempatan untuk berkembang lebih baik lagi lewat berbagai latihan-latihan yang 2 dilakukan terus menerus dan sejak dini. Individu yang sudah memiliki sikap hidup mandiri biasanya waktu kecil sudah terbiasa dengan tugas-tugas yang diselesaikan tanpa bantuan. Tentu saja tugas tersebut harus disesuaikan dengan usia dan kemampuannya. Individu tidak dapat terlepas dari masalah, hal tersebut dapat terjadi apabila ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Adanya permasalahan tersebut akan menambah kedewasaan serta jika dapat diterapkan dengan baik, maka akan membantu kita dalam pencapaian kemandirian. Individu yang dapat memecahkan dan menghadapi masalahnya dengan baik, maka dapat menjadi modal dasar dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah selanjutnya. Sebaliknya individu yang tidak dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya maka akan menjadikan individu dewasa yang selalu bergantung pada orang lain. Tuntutan terhadap sikap mandiri ini sangat besar. Jika tidak dipenuhi secara tepat, bisa menimbulkan dampak tidak baik bagi perkembangan psikologis. Namun, pada kenyataannya di tengah berbagai tuntutan perubahan yang terus terjadi, banyak teman -teman kita yang mengalami kekecewaan, frustasi, dan kehilangan pendirian karena tidak kunjung memperoleh apa yang dinamakan kemandirian. Seseorang yang mandiri akan mengutamakan apa yang bisa ia lakukan sendiri daripada menerima bantuan orang lain, seseorang yang mandiri akan merasa bangga bila ia bisa mengerjakan sesuatu sendiri. Melalui pendidikan mahasiswa selalu menghadapi berbagai tantangan dan hambatan serta tuntutan, baik sebagai individu, sebagai anggota kelompok masyarakat kampus maupun anggota masyarakat luas. Dengan kata lain, harus 3 disertai dengan pemantapan diri dan merealisasikannya dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan yang memadahi agar dapat menjadi seorang konselor yang profesional. Pada umumnya mahasiswa menghadapi tantangan yang bersifat akademik, dan sebagian lagi bersifat non akademik. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh gambaran kemandirian sebagian mahasiswa belum mampu mengatasi problem atau masalah yang sifatnya akademik antara lain, takut bertemu dosen sehingga harus disertai teman, jika ingin mengulang mata kuliah yang nilainya kurang maka menunggu teman yang memiliki masalah yang sama, sedangkan yang sifatnya non akademik, misalnya belum dapat mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dan meminta bantuan dari orang lain dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut pada hubungan antar pribadi, keluarga, kesehatan, dan ekonomi. Menurut hasil pengamatan, fenomena yang terjadi bahwa mahasiswa cenderung belum dapat mengenali apa yang menjadi tujuan hidupnya sehingga mereka mengikuti segala hal yang terjadi disekitarnya, sehingga tidak adanya rasa tanggung jawab pada diri. Dengan kata lain sebagian besar mahasiswa masih ketergantungan pada teman dan kurang percaya diri. Jika tantangan pribadi diatas tidak dapat dihadapi dan diselesaikan maka akan menghambat kemandirian pribadi individu, dengan adanya kemandirian dapat menjadi modal dasar untuk lebih produktif dan efisien serta merubah dirinya ke arah yang lebih baik. Seperti yang dikatakan Steinberg 2002 dalam Kurniawan menegaskan bahwa kemandirian memegang peranan penting dan membawa dalam dampak positif 4 bagi mahasiswa. Mahasiswa yang mandiri mampu berusaha sendiri menyelesaikan masalahnya sehingga tidak tergesa-gesa meminta bantuan orang lain, tidak terombang-ambing derasnya informasi yang diterima baik secara lisan maupun tulisan, mampu menggunakan nilai-nilai mana yang penting dan mana yang benar. Selain itu mahasiswa yang mandiri mampu bersaing dengan orang lain, dapat mengambil keputusan dan tidak menunggu orang lain memutuskan untuknya. Agar dapat mencapai kemandirian perlu menumbuhkan konsep diri yang positif dalam diri mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Konsep diri menurut William D. Brooks dalam Rakhmat 2007:99 sebagai ”those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interactions with others”. Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, social dan fisik, yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman dan hasil interaksi dengan orang lain. Indikasi kualitas konsep diri juga dikemukakan oleh Calhoun dan Acocella 1990: 72 Apabila konsep diri seseorang bersifat positif maka ia memiliki kepribadian yang stabil, dapat menerima dirinya apa adanya, mampu merancang tujuan hidup dan mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Sikap penerimaan diri ditunjukan oleh pengakuan seseorang terhadap kelebihan-kelebihannya sekaligus menerima kelemahanya tanpa menyalahkan orang lain dan mempunyai keinginan yang terus untuk mengembangkan diri. Keyakinan diri merupakan bagian dari self yang dapat mempengaruhi besarnya usaha dan aktifitas yang dilakukan oleh individu,kesabaran dalam menghadapi 5 masalah dan kesulitan. Menurut hasil penelitian Widodo dan Rusmawati dalam Jurnal Psikologi UNDIP Vol. 1 bahwa individu yang mempunyai keyakinan diri tinggi akan mempunyai persepsi positif terhadap dirinya termasuk di dalam hal kemandirian. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kualitas konsep diri mahasiswa BK cenderung belum sepenuhnya positif. Hal tersebut dapat dilihat dari gejala-gejala yang tampak antara lain, belum dapat menerima baik diri sendiri, tidak mengetahui siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya, serta tidak berani memiliki harapan yang tinggi, selalu merasa pesimis karena belum dapat merasakan kesuksesan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi diatas merupakan cerminan dari individu yang belum dapat memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif Calhoun dan Acocella, 1990:71. Manusia adalah mahluk pribadi dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial ia berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Sebagai mahluk pribadi ia adalah individu yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam berinteraksi sosial sebab, individu memiliki kecenderungan untuk berperilaku sesuai konsepnya. Seperti apa konsep diri seseorang tergantung bagaimana ia memandang dirinya sendiri dalam berbagai aspek. Interaksi sosial 6 adalah syarat utama bagi terjadinya aktifitas sosial dan ketika seorang individu berinteraksi, sebenarnya sedang berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial seorang individu atau kelompok sosial yang lain. Disinilah seseorang dapat menimbang hal-hal apa saja yang pantas dan tidak untuk dilakukan, sehingga individu tersebut dapat merumuskan keputusan yang harus diambil atas berbagai reaksi lingkungan sekitarnya dan akhirnya dapat membentuk pribadi yang mandiri. Pendapat di atas diperkuat oleh hasil penelitian Juriana dalam psikologika No.9 2000: 74 bahwa konsep diri menempati posisi yang penting dalam menentukan perilaku individu. Individu akan bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Perilaku individu akan terarah dengan baik, karena konsep diri merupakan internal frame of reference yaitu acuan tingkah laku dan penyesuaian seseorang. Kesesuaian tersebut akan menciptakan individu yang memiliki manajemen diri yang tinggi, mampu melakukan langkah- langkah efektif untuk mencapai tujuannya dan membuat skala prioritas. Dilihat dari segi keilmuan seharusnya mahasiswa BK lebih berkompeten untuk menyelesaikan suatu masalah, sehingga perkembangan kemandiriannya seharusnya lebih baik daripada mahasiswa lain. Selain dilihat dari segi ilmu, dalam hal kecakapan berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitar seharusnya lebih baik. Hal tersebut terjadi, karena ketrampilan untuk berinteraksi dengan orang lain merupakan modal dasar untuk memperoleh informasi khususnya berhubungan komunikasi dengan klien serta berhubungan dengan anggota 7 masyarakat kampus yang jelas akan mempengaruhi sejauh mana pribadi individualnya. Bimbingan dan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seorang konselor kepada individu yang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Dengan demikian mahasiswa Bimbingan dan Konseling sebagai seorang yang dalam kesehariannya mempelajari tingkah laku dan cara menghadapi masalah, seyogyanya akan dapat lebih berkompeten dalam kemandirian menghadapi suatu masalah. Jadi idealnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling harus dapat menumbuhkan kemandiriannya dalam menghadapi masalah pribadi dan dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sekitar, karena ilmu yang digeluti objeknya adalah manusia dengan segala permasalahannya yang selalau dinamis. Mereka yang memiliki kemampuan dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya seseorang yang merasa dirinya tidak mampu cenderung memiliki konsep diri negatif yang notabene selalu menggantungkan dirinya pada orang lain atau belum memiliki kemandirian. Secara teoritis antara konsep diri dengan kemandirian memiliki hubungan yang sangat erat. Namun, melihat kenyataan di lapangan menunjukan bahwa konsep diri mahasiswa BK sebagai calon konselor belum sepenuhnya positif dan cenderung memiliki kemandirian yang rendah. Hal tersebut yang membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang adanya “Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 Universitas Negeri Semarang”. 8

1.2. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEMANDIRIAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEMANDIRIAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa.

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN Hubungan Antara Layanan Bimbingan Konseling Dan Kemampuan Penyesuaian Diri Dengan Prestasi Belajar Siswa.

0 0 17

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN Hubungan Antara Layanan Bimbingan Konseling Dan Kemampuan Penyesuaian Diri Dengan Prestasi Belajar Siswa.

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN SIKAP TERHADAP BIMBINGAN KONSELING DENGAN TINGKAHLAKU BERKONSULTASI PADA SISWA.

0 1 8

(ABSTRAK) HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2005 DAN 2006 UNNES.

0 0 2

Upaya Mengembangkan Empati Mahasiswa dengan Memanfaatkan Media Bimbingan (Penelitian pada Mahasiswa Angkatan 2005 Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Tahun Akademik 2005/2006).

0 0 2

Hubungan antara Sikap Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Keluarga Dengan Tingkat Kesiapan Perkawinan pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2001/2002.

0 0 2

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KONSEP DIRI MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANGKATAN 2010.

0 1 125

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

0 1 142