TRANSMISI DAN PATOGENESIS TB

Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB di Lapas dan Rutan 57 − Tidak menutup mulut dan hidung pada waktu batuk atau bersin Biasanya setelah pengobatan TB dimulai, dalam waktu singkat pasien TB menjadi tidak menular sekitar 2 minggu. Petugas kesehatan dapat berperan pada penularan TB, bila: - Terlambat mendiagnosis dan memulai pengobatan pada pasien TB - Tidak memberikan paduan OAT yang memadai - Tidak memperhatikan prosedur pengamanan perorangan ketika melakukan pemeriksaan pasien TB misalnya bronchoscopy, atau induced sputum. Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan penularan, adalah: - Paparan terjadi di ruangan yang relatif kecil dan tertutup - Kurangnya ventilasi untuk mengalirkan udara Jadi, semakin dekat dan semakin lama seorang kontak dengan pasien TB yang menular Pasien TB paru BTA positif yang belum diobati, maka makin besar risiko terinfeksi TB. c. Risiko Berkembangnya penyakit setelah infeksi Tidak semua orang yang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis akan jadi sakit TB. Hanya kira-kira 10 saja yang akan berkembang menjadi sakit TB aktif. Pada umumnya orang menjadi sakit TB sebelum 1 tahun setelah terjadi infeksi. Beberapa faktor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga yang bersangkutan mudah berkembang menjadi sakit TB aktif, misalnya: malnutrisi, kondisi yang menurunkan sistem imunitas, infeksi HIV, diabetes, penggunaan kortikosteroid atau obat imunosupresif lain dalam jangka panjang. Sekitar 60 dari ODHA yang terinfeksi kuman TB akan menjadi sakit TB selama hidupnya, sedangkan pada orang dengan HIV negatif sekitar 10.6 d. Cara Penularan TB di Masyarakat dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penularan kuman TB melalui udara airborne yang menyebar melalui percik renik droplet nuclei saat seseorang batuk, bersin, berbicara, berteriak atau bernyanyi. Percik renik ini berukuran 1-5 mikron dan dapat bertahan di udara selama beberapa jam sampai beberapa hari sampai akhirnya ditiup angin. Infeksi terjadi bila seseorang menghirup percik renik yang mengandung kuman TB dan akhirnya Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB di Lapas dan Rutan 58 sampai ke alveoli. Respon imun terbentuk 2-10 minggu setelah terinfeksi. Sejumlah kuman akan tetap dorman bertahun-tahun yang disebut dengan infeksi laten. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsentrasi percik renik di udara dan jumlah kuman yang terhirup, ventilasi udara serta lamanya pajanan. Makin dekat dengan sumber infeksi, makin lama waktu terpajan dalam hari atau minggu akan meningkatkan faktor risiko seseorang terinfeksi. Keadaan yang dapat meningkatkan risiko penularan: • TB paru atau laringitis TB • Batuk produktif • Pasien TB dengan BTA positif • Pasien TB dengan gambaran kavitas • Tidak menutup hidung atau mulut saat batuk dan bersin • Tidak mendapat OAT • Melakukan tindakan intervensi induksi sputum, bronkoskopi, suction Petugas kesehatan, petugas lain di Lapas dan Rutan, WBP dan Tahanan mempunyai risiko tertular TB, yang dipengaruhi oleh: 1 Ukuran dari ventilasi 2 Kepadatan ruangan 3 Sanitasi lingkungan 4 Faktor perilaku 5 Pemakaian alat pelindung diri 6 Pencahayaan 7 Frekuensi dan lama kontak Faktor yang mempengaruhi: • Frekuensi kontak langsung • Masa kerja • Kontak dengan pasien yang belum terdiagnosis dan terobati Risiko penularan nosokomial dapat dikurangi dengan pengendalian infeksi, diagnosis Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB di Lapas dan Rutan 59 dini dan pengobatan secepatnya pada pasien TB. Survei pada tenaga kesehatan mendapatkan bahwa sebagian besar tidak mengetahui adanya panduan pencehgahan dan pengendalian infeksi di tempat kerja.

C. PROGRAM PENGENDALIAN TB

1. Kebijakan Program Pengendalian TB Nasional: Program Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dengan kabupatenkota sebagai titik berat manajemen program dalam kerangka otonomi yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya dana, tenaga, sarana dan prasarana. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS, penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya TB MDR. Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan UPK, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, Rumah Sakit Paru RSP, Balai Kesehatan Paru Masyarakat BKPM, Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktek Swasta DPS, Klinik Lapas dan Rutan. Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerja sama dan kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah, non pemerintah dan swasta. 2. Kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi TB: Pada prinsipnya kebijakan pengendalian infeksi penyakit TB dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu : a. Kebijakan pada tingkatan nasional maupun subnasional Pada tingkat ini umumnya kegiatan pengendalian infeksi dititik beratkan pada aspek managerial, yang menjadi kebijakan umum pada 2 kelompok lainnnya. Kegiatan pengendalian infeksi pada tingkat nasional maupun subnasional meliputi : - Adanya Tim Koordinasi teknis pelaksanaan kegiatan pengendalian infeksi disertai dengan rencana kegiatan serta pendanaan yang jelas. - Memastikan fasilitas pelayanan kesehatan telah memenuhi kontruksi, design, renovasi dan penggunaan sesuai dengan aspek pengendalian infeksi Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB di Lapas dan Rutan 60 - Melaksanakan surveilens TB bagi petugas kesehatan - Melaksanakan kegiatan advokasi, Komunikasi dan sosial mobilisasi yang dibutuhkan untuk penerapan pengendalian infeksi. - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengendalian infeksi - Penelitan operasional b. Kebijakan pada Fasilitas pelayanan kesehatan Upaya pengendalian infeksi pada fasilitas pelayanan dilaksanakan berdasarkan 4 pilar utama, yaitu: - Pilar Manajerial - Pilar Pengendalian administratif - Pilar Pengendalian lingkungan - Pilar Pengendalian dengan Pelindung Diri c. Kebijakan pada keadaansituasi khusus Pengendalian infeksi pada kondisisituasi khusus adalah pelaksanaan pengendalian infeksi pada Lapas dan Rutan, rumah penampungan sementara, barak-barak militer, tempat-tempat pengungsi, asrama dan sebagainya. Kebijakan pengendalian infeksi pada situasi seperti ini lebih ditujukan spesiik untuk keadaan masing-masing, misalnya penerapan pengendalian infeksi di Lapas dan Rutan harus memperhatikan perbedaan lama kontak antara napi yang berbeda. Kegiatan lain seperti penapisan pada saat pemeriksaan awal napi merupakan bagian dari pencegahan dan pengendalian infeksi pada situasikondisi khusus. 3. Strategi Pengendalian TB Di dalam Rencana Strategi Nasional TB 2010-2014 yang merupakan kelanjutan dari strategi sebelumnya, yang mulai difokuskan pada perluasan jangkauan pelayanan dan kualitas DOTS. Untuk itu diperlukan suatu strategi dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, yang dituangkan pada tujuh strategi utama pengendalian TB, yang meliputi: 1 Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu 2 Menghadapi tantangan TBHIV, TB MDR, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB di Lapas dan Rutan 61 3 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintahan, masyarakat sukarela, perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Public Mix 4 Memberdayakan masyarakat dan pasien TB 5 Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB 6 Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB 7 Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfataan informasi strategis 4. Strategi Pengendalian TB di Lapas dan Rutan Sebagai strategi untuk mencapai tujuan, yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB di Lapas dan Rutan, maka telah dikembangkan strategi sebagai berikut: - Membangun komitmen dari semua stakeholder yang terlibat dalam program penanggulangan TB di Lapas dan Rutan - Membangun kapasitas sumber daya - Membangun jejaring pelaksanaan penanggulangan TB strategi DOTS di Lapas dan Rutan dengan pihak terkait dalam hal: o Penemuan kasus TB o Tatalaksana kasus TB o Meningkatkan kualitas pemeriksaan laboratorium o Mengembangkan sistem informasi surveilans o Monitoring dan evaluasi program - Memperkuat promosi kesehatan di lingkungan Lapas dan Rutan - Melakukan kolaborasi program TB-HIV - Mengembangkan upaya pengendalian penularan TB di Lapas dan Rutan - Mobilisasi pendanaan dari berbagai sektor untuk menunjang kegiatan penanggulangan TB di Lapas dan Rutan 5. MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS TB MDR TB MDR adalah kekebalan kuman TB terhadap obat anti TB minimal terhadap rifampisin dan INH. Prevalensi TB MDR diperkirakan 3 kali lebih besar dari insidensi yang diketahui,