13 lebih tinggi. Keadaan ini menimbulkan kebutuhan baru dan seterusnya, sehingga
manusia boleh dikatakan tidak pernah diam.
b. Teori Existence, Relatedness, and Growth
Aldefer yang dikutip oleh Hamzah 2008: 43 merumuskan kembali hierarki Maslow dalam tiga kelompok, yang dinyatakan sebagai keberadaan,
keterkaitan, dan pertumbuhan existence, relatedness and growth – ERG, yaitu:
1 Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan yang berkaitan dengan keberadaan manusia yang dipertahankan dan berhubungan dengan kebutuhan
fisiologis dan rasa aman pada hierarki Maslow. 2 Kebutuhan keterkaitan berkaitan dengan hubungan kemitraan.
3 Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang berhubungan dengan perkembangan potensi perorangan dan dengan kebutuhan penghargaan dan
aktualisasi diri yang dikemukakan Maslow. Menurut teori ERG, semua kebutuhan itu timbul pada waktu yang sama.
Kalau satu tingkat kebutuhan tertentu tidak dapat dipuaskan, seseorang bisa kembali ke tingkat lain.
c. Teori Dua Faktor
Menurut Herzberg yang dikutip oleh Supiani 2005, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan
diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene faktor ekstrinsik dan faktor motivator faktor intrinsik. Faktor higiene memotivasi
seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya faktor
14 ekstrinsik, sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha
mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb faktor intrinsik.
Menurut Hamzah 2008: 44, segi menarik mengenai teori Herzberg adalah gaji tidak dianggap sebagai motivator. Dalam banyak hal, terutama bagi
pegawai profesional dan manajerial, hal itu memang benar. Jika gaji yang diterimanya dianggap cukup, maka peningkatan gaji tahunan tidak akan
memengaruhi kinerja yang lebih baik.
d. Teori X dan Y
McGregor yang dikutip oleh Sudibyo 2002: 26 mengajukan teori motivasi yang dikenal dengan teori “X” dan teori “Y”, yang mula-mula
dimaksudkan sebagai sumbangan di bidang manajemen. Teori “X” pada dasarnya ada orang yang mempunyai sifat malas, menghindarkan tanggung jawab, tidak
dapat dipercaya, dan sebagainya. Sedangkan teori “Y” pada dasarnya ada orang yang senang bekerja, penuh tanggung jawab, kreatif, ingin saling membantu, dan
sebagainya. Para pelatih yang ingin mempraktikkan teori X harus menyatakan dengan
tegas aturan, arahan, ultimatum dengan pemberian imbalan dan hukuman untuk para atletnya. Sedangkan para pelatih yang ingin mempraktikkan teori Y harus
memberikan kesempatan kepada para atletnya untuk secara alamiah menikmati bidang olahraga yang ditekuninya serta termotivasi sendiri untuk berprestasi.
Pelatih juga harus memberikan dukungan pada atlet untuk mengembangkan
keterampilannya dan mengapresiasinya.
15
e. Teori Tiga Motif Sosial