Pengukuran Variabel Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Skor 1 = Motivasi rendah Skor 2 = Motivasi sedang Skor 3 = Motivasi Tinggi Sedangkan untuk pengukuran variabel kinerja pegawai, skor yang diberikan adalah: Skor 1 = Kinerja yang rendah Skor 2 = Kinerja yang sedang Skor 3 = Kinerja yang tinggi Untuk memperjelas tentang definisi operasional dan pengukuran variabel sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya maka dibuat pengukuran variabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Instrumen Pengukuran Motivasi Pegawai Negeri Sipil X Skala Pengukuran Variabel Sub Variabel Indikator 1 kurang 2 sedangcukup 3 baik 1. Pegawai sungguh- sungguh berusaha keras untuk mencapai target tidak sungguh- sungguh kurang sungguh- sungguh sungguh- sungguh 2. Instansi memberikan pengakuan atas prestasi kerja yang saya capai tidak pernah kadang-kadang selalu 3. Pegawai sungguh peduli dengan pekerjaanya Tidak peduli Kurang peduli Sangat peduli 4. Pegawai bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan Tidak bertanggung jawab Kurang bertanggung jawab Sangat bertanggung jawab Intrinsik 5. Pekerjaan pegawai sangat menyenangkan dan menantang Tidak pernah Kadang-kadang Selalu 6. Pegawai tetap bekerja dengan baik meskipun tanpa diawasi Tidak pernah Kadang-kadang Selalu 7. Pegawai mudah menjalin hubungan baik dengan orang lain Tidak mudah Mudah Sangat mudah 8. Instansi memberikan perlindungan hukum dan jaminan sosial terhadap pegawai Tidak memberikan memberikan Saring memberikan 9. Instansi memberikan bonus sesuai dengan tingkat kesulitan pekerjaan yang dilaksanakan Tidak pernah memberikan Sering memberikan Motivasi X Ekstrinsik 10. Kerjsa sama satu bisang atau dengan bidang lain dapat terjalin dengan baik Tidak terjalin dengan baik Kurang terjalin dengan baik Sangat terjalin dengan baik Sumber: Teori Hezberg dalam Manullang 1994:153 Menurut Suprapto 2000:64, untuk mengetahui bagaimana tingkat katagori variabel X motivasi, maka dilakukan perhitungan interval kategori sebagai berikut: Perhitungan interval kelas jawaban berdasarkan jumlah pertanyaan, nilai skor tertinggi dan nilai skor terendah dengan rumus berikut ini. X a – X 1 Interval kelas = k = Nilai skor tertinggi – Nilai skor terendah Jumlah kelas kategori = 10 x 3 – 10 x 1 3 = 30 – 10 3 = 20 3 = 6,66 Berdasarkan perhitungan interval kelas di atas, maka dapat disusun distribusi interval kelas masing-masing kategori interval X motivasi sebagai berikut: Tabel 3.2 Distribusi Interval Kelas Kategori Variabel X No. Interval Kelas Interval Jawaban Kategori 1 23,34 – 30,00 24 – 30 Baik 2 16,67 – 23,33 17 – 23 Cukup 3 10,00 – 16,66 10 – 16 Kurang Tabel 3.3 Instrumen Pengukuran Variabel Kinerja Pegawai Negeri Sipil Y Skala Pengukuran Kurang Baik Cukup Baik Baik Variabe l Sub Variabel Indikator 1 2 3 1. Pegawai selaludapat Mencapai kuantitas pekerjaan yang Selalu Ditargetkan Kuantitas Kerja Tidak pernah Kadang-kadang 2. Hubungan dengan atasan maupun sesame pegawai Terjalin dengan baik Kerja sama Tidak baik Kurang baik Sangat baik 3. Pegawai di beri Kesempatan untuk memberikan prakarsa yang lebih baik pada Selalu setiap cara penyelesaian Inisiatif atau Prakarsa Pekerjaan Tidak pernah Kadang-kadang 4. Pegawai selalu dapat beradaptasi pada situasi Adaptasi yang berbeda Tidak pernah Kadang-kadang Selalu 5. Pegawai selalu memperhatikan kehadiran atau presensi Variabel Kinerja Pegawai Y Kehadiran atau presensi setiap harinya Tidak pernah Kadang-kadang Selalu Sumber :Teori Martoyo2000:172 Selanjutnya peneliti melakukan pengukuran terhadap masing-masing dari variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut: a. Skala ukuran yang dipakai adalah skala penilaian rating scales, skala ini digunakan jika diyakini responden mengetahui bidang yang dinilai. Husaini dan Purnomo, 1996:66 b. Semua jawaban responden dihitung dengan menggunakan skor yang tertinggi ke urutan yang terendah, yakni skor 3 untuk ukuran tinggi, skor 2 untuk ukuran sedang dan skor 1 untuk ukuran rendah. Menurut Suprapto 2000:64 untuk mengetahui bagaimana tingkat kategori variabel Y kinerja, maka dilakukan perhitungan interval kategori sebagai berikut: Perhitungan interval kelas jawaban berdasarkan jumlah pertanyaan, nilai skor tertinggi dan nilai skor terendak dengan rumus sebagai berikut: X n – X 1 Interval kelas = k = Nilai skor tertinggi – Nilai skor terendah Jumlah kelas kategori = 5 x 3 – 5 x 1 3 = 15 – 5 3 = 10 3 = 3,33 Berdasarkan perhitungan interval kelas di atas, maka dapat disusun distribusi interval kelas masing-masing kategori variabel Y kinerja pegawai sebagai berikut: Tabel 3.4 Distribusi Interval Kelas Kategori Variabel Y No. Interval Kelas Interval Jawaban Kategori 1 11,68 – 15,00 12 – 15 Baik 2 8,34 – 11,67 8 – 12 Cukup 3 5,00 – 8,33 5 – 8 Kurang

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi penilaian ini adalah semua Pegawai Negeri Sipil Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur dengan populasi sebanyak 186 orang. Menurut Sugiono 2001:78 adapun untuk teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggunakan Probability Sampling yaitu Simple Random Sampling dikatakan menggunakan teknik Simple Random Sampling dikatakan menggunakan teknik Simple Random Sampling karena cara pengambilan sampelnya dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Dari populasi sebanyak 186 orang didapatkan jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 125 orang. Sampel yang ada dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil PNS tidak termasuk pimpinan. Hal ini dapat dibuktikan dengan tabel kreejie dalam lampiran.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua macam data yaitu: 1. Data Primer Adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden dan selanjutnya diolah, dianalisa sehingga menghasilkan kesimpulan. Teknik yang digunakan dalam memperoleh data primer antara lain: Quesioner Yaitu: data yang diperoleh dengan cara membagikan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada responden untuk memperoleh data sesuai dengan masalah yang diteliti. 2. Data Sekunder Adalah data yang diperoleh dalam bentuk dokumen atau arsip serta ketentuan- ketentuan yang berupa publikasi atau data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek. Adapun teknik yang digunakan dalam memperoleh data sekunder antara lain: a. Observasi Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap fenomena yang dihadapi di Kantor Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur.