Pondok Wisata
usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan bagi umum dengan pembayaran harian yang dilakukan secara individual dengan menggunakan
sebagian dari tempat tinggalnya.
2.2.10. Pengaruh Pariwisata Terhadap Perekonomian
Seperti telah dibahas didepan tadi, bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, dari tempat ke tempat
lain dengan maksud tujuan bukan untuk berbisnis atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Akan tetapi semata-semata sebagai konsumen
untuk menikmati perjalanan tersebut serta untuk memenuhi keinginan yang bermacam-bermacam Oka. 1997 ; 63.
Orang-orang yang melakukan perjalanan wisata dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan relatifnya yang lebih tinggi, yakni ingin mencapai
kemakmuran plus tersebut dengan melakukan perjalanan wisata, memberi- pengaruh terhadap kehidupan perekonomian setempat atau Negara yang
dikunjungi Oka. 1997 ; 63. Apabila suatu Negara yang mengembangkan pariwisata sebagai suatu
industri di suatu negaranya, lalu lintas wisatawan tersebut ternyata member keuntungan dan memberi hasil yang tidak sedikit bahkan memberikan
pendapatan utama melibihi ekspor bahan mentah, hasil tambang yang dihasilkan suatu Negara.
Sebagai akibat lebih jauh, dengan adanya lalu lintas orang-orang yang melakukan perjalanan wisata tadi, yaitu wisatawan yang mencari
kemakmuran plus tadi ternyata member dampak terhadap perekonomian dinegara yang dikunjungi. Bila disarikan uraian diatas adalah :
a. Memberikan kesempatan kerja atau memperkecil pengangguran.
b. Peningkatan penerimaan pajak atau retribusi daerah.
c. Meningkatkan pendapatan nasional National income.
d. Memperkuat posisi neraca pembayaran.
e. Memberikan multiplier dalam perekonomian setempat.
Berdasarkan uraian diatas memberikan penjelasan bahwa pengembangan industri pariwisata bertujuan untuk menggali dan
meningkatkan nilai-nilai ekonomi sebagai akibat adanya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata di Negara tertentu.
2.2.11. Penerimaan Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata
Dengan lahimya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah terjadi perubahan kebijakan di tingkat nasional di mana sistem pemeiintahan
negara yang semula sentralistik mulai bergeser ke arah desentralisasi. Ini berarti pemerintah pusat memberikan kewenangan dan keleluasaan yang
cukup besar kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang nyata, lugas dan bertanggung jawab. Fenomena tersebut sedikit
banyak mempunyai dampak yang cukup besar terhadap sumber-sumber
penerimaan daerah, khususnya yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah PAD.
Disadari atau tidak akibat langsung yang akan timbul dari pemberian otonomi daerah ini adalah adanya daerah basah dan daerah kering. Hal ini
disebabkan potensi dan kondisi masing-masing daerah di Indonesia tidak sama.
Daerah yang kaya akan sumber daya alam otomatis menjadi daerah basah seiring dengan bertambahnya perolehan PAD-nya dari sektor migas
misalnya, sedangkan daerah yang minus sumber daya alam otomatis menjadi daerah kering. Namun demikian tidak berarti daerah yang miskin
dengan sumber daya alam tidak dapat meningkatkan PAD-nya, karena jika dicermati ada beberapa potensi daerah yang dapat digaii dan dikembangkan
dari sektor lain seperti sektor pariwisata. Dalam lingkup nasional, sektor pariwisata dianggap sebagai sektor yang potensial di masa yang akan
datang. Menurut analisis World Travel and Tourism Council WTTC, industri pariwisata menyumbang 9,1 dari Produk Domestik Bruto PDB
Indonesia pada saat ini dan diperkirakan pada tahun 2007 akan meningkat menjadi 10,1. Berdasarkan analisis tersebut wajar jika industri pariwisata
di Indonesia dinilai sebagai sektor andalan penyumbang devisa negara terbesar dalam bidang nonmigas. Terlebih ketika pemerintah Indonesia
mencanangkan program otonomi daerah, maka industri pariwisata merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai somber
penerimaan daerah.
Adalah suatu langkah jitu jika industri pariwisata dipergunakan oleh daerah-daerah di Indonesia yang miskin akan sumber daya alam sebagai
suatu sarana untuk meningkatkan PAD. Namun sebagai konsekuensinya, daerah-daerah tersebut harus melakukan pengembangan-pengembangan
terhadap potensi-potensi pariwisata masing-masing daerah dengan mencari dan menciptakan peluang-peluang baru terhadap produkproduk pariwisata
yang diunggulkan. Yang perlu mendapat perhatian bahwa pengembangan industri pariwisata daerah terkait dengan berbagai faktor yang mau tidak
mau berpengaruh dalam perkembangannya. Oleh karena itu perlu diketahui dan dipahami apa saja yang sesuai fakta memegang peranan penting dalam
pengembangan industri pariwisata daerah khususnya dalam rangka penerapan otonomi daerah, sehingga pada akhirnya pengembangan industri
pariwisata daerah diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan PAD dan mendorong program pembangunan daerah.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa faktor yang relevan berpengaruh terhadap pendapatan daerah dari
sektor pariwisata di kota malang, diantaranya yaitu : jumlah wisatawan, investasi sarana pariwisata, usaha industri jasa pariwisata, dan rata-rata
lama tinggal wisatawan mancanegara. Lebih detailnya pengaruh tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :