Erlangga, Jakarta. hal 79.
a, berarti
erarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
3.5 Pende
keputusan yang BLUE, maka harus
gu ui harus konstan dan harus
3.
gi bersifat blue, sehingga keput
.
sifat ini bisa diterapkan dalam uji signifikan Kaidah pengujian :
a. Apabila t hitung t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterim
ada pengarunh antara variabel bebas dengan variabel terikat. b.
Apabila t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak, b
katan asumsi BLUE Best Linear Unbiased Estimator
Persamaan regresi tersebut diatas bersifat BLUE Best Linier Unbiassed Estimator, artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan Uji
t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan
dipenuhi oleh regresi berganda, yaitu :
1. Tidak terjadi multikolinierty antara variabel eksplanatori.
2. variabel dari komponen penggang
memenuhi syarat homokedastisitas. tidak terjadi autokorelasi antara komponen pengganggu ui.
Apabila salah satu dari ketiga asumsi tidak dapat dipenuhi, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak la
usan melalui uji F dan Uji t menjadi bias Adapun sifat – sifat BLUE antara lain :
a. Best yaitu perhitungan
baku terhadap α dan β.
b. Linier yaitu sifat yang dibutuhkan untuk memudahkan dalam
ari data yang narnya.
d. stimasi yaitu E diharapkan sekecil mungkin.
, dengan menghitung Variance Inflation Factor VIF
bih besar dari 10 maka terjadi multikolinier pada
adanya multikolinieritas dapat dilihat cirri = cirnya
tinggi. tinggi.
satupun atau sedikit sekali diantara variable bebas yang penafsiran.
c. Unbiased yaitu penafsiran parameter yang diperoleh d
besar kira –kira mendekati parameter yang sebe E
3.6. Asumsi Klasik
1. Multikolinier adalah adanya hubungan yang sempurna antara semua
atau beberapa variable eksplanotori dalam model regresi yang bias diartikan secara statistik mengenai ada atau gejala multikolinerity
dapat dilakukan VIF = 11 – R
2
VIF Variance Inflation Factor menyatakan tingkat pembekakan varian apabila VIF le
persamaan tersebut. Untuk mendeteksi
sebagai berikut :; a.
Koefisien determinan berganda R square b.
Koefisien kolerasi sederhananya c.
Nilai F
hitung
tinggi signifikan. Tapi tidak
signifikan.
2. Autokolerasi, adanya kolerasi antara anggota sample yang urutkan
berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series. Kosekuensi dari
adanya autokolerasi dalam suatu model regresi adalah varians sample tidak dapat menggambarkan varians populasinya lebih jauh lagi,
model regresi yag dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menafsir nilai variable dependent pada nilai variable independent tertentu.
Untuk mendiagnosis adanya otokolerasi dalam sesuatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin – Watson
W.
Gambar 4 : statistik d Durbin – Watson
-d
L
4 umarno, 1999,
Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, hal 216 D
d
L
d
U
2 4-d
U
4 Sumber : Gujarati, Damodar, terjemahan Zain, S
Daerah keragur
aguan Menola
Ho k
Bukti auto
Daerah keragur
aguan Menola
Ho k
Bukti auto
kolerasi negatef
Menerima Ho atau Ho
kedua - duanya kolerasi
Positif
. heterokedastisitas
penyimpangan asumsi model klasik yang ketiga adalah heterokonstitas. Artinya varians variable dalam model tidak sama
[konstan]. Kosensuensi adanya heterokedastisitas dalam model regresi adalah penaksiran esimator yang diperoleh tidak efisien, beik dalam
sample kecil maupun sample besar, walaupun penaksiran yang diperoleh menggambarkan populasinya tidak bias dan
bertammbahnya sample yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya konsisten ini disebabkan variansnya yang tidak minimum
tidak efisien. Algifari : 2000, 8 3
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografis
Terletak pada ketinggian antara 440 - 667 dpl, serta 112,06 Bujur Timur dan 7,06 - 8,02 Lintang Selatan, dengan dikelilingi gunung-gunung :
Gunung Arjuno di sebelah Utara Gunung Tengger di sebelah Timur
Gunung Kawi di sebelah Barat Gunung Kelud di sebelah Selatan
4.1.2. Kadar Udara
Berhawa sejuk dan kering, curah hujan rata-rata tiap tahun 1.833 mm dan kelembaban udara rata-rata 72
4.1.3 Keadaan Geologi
Keadaan tanah di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat I Malang adalah sebagai berikut:
Bagian selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas,cocok untuk industri
Bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang subur
51