1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia, kurikulum pendidikan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan kurikulum ini bertujuan untuk
menyesuaikan kompetensi yang dimiliki siswa dengan tuntutan perkembangan zaman. Kurikulum yang berlaku di Indonesia untuk saat ini yaitu Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menekankan pencapaian hasil pembelajaran pada 4 aspek kompetensi siswa yakni kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
keterampilan. Siswa diharapkan tidak hanya memiliki nilai yang tinggi tetapi juga karakter diri yang baik. Untuk mencapai tujuan Kurikulum 2013 tersebut, guru dan
siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan pengalaman peneliti ketika mengajar di kelas X RPL SMK Negeri
2 Magelang pada kegiatan Pengalaman Praktik Lapangan PPL, ditemukan permasalahan dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan
kompetensi sikap sosial siswa. Penemuan permasalahan ini didukung pula dengan hasil wawancara dengan Bapak Arifin Andi Gunawan selaku guru
kompetensi keahlian Rekayasa Perangkat Lunak RPL dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2 Desember 2014. Guru merasa bingung
untuk melaksanakan pembelajaran seperti yang diinstruksikan dalam pedoman Kurikulum 2013, terutama untuk pembentukan sikap sosial siswa. Guru juga belum
memahami tentang isi dari kompetensi sikap sosial siswa dan belum mengetahui strategi untuk membuat siswa memiliki kompetensi sikap sosial. Oleh karena itu,
guru masih terfokus pada pemberian materi pelajaran seputar kompetensi
2 pengetahuan dan keterampilan karena kedua kompetensi ini lebih mudah untuk
diajarkan. Penanaman dan evaluasi terhadap nilai-nilai sikap sosial yang diberikan
kepada siswa pada kegiatan pembelajaran belum terlaksana dengan optimal. Akibatnya, sebagian besar siswa menunjukkan kompetensi sikap sosial yang tidak
sesuai dengan indikator yang diharapkan. Sebagai contoh, masih banyak siswa yang menyontek pekerjaan teman saat mengerjakan tugas individu, hal ini tentu
tidak sesuai dengan prinsip nilai kejujuran. Selain itu, siswa juga belum terbiasa untuk bertanya seputar materi pembelajaran, hal ini mencerminkan bahwa rasa
ingin tahu dan budaya kritis siswa belum terbentuk. Ketidaksesuaian kompetensi sikap sosial yang dimiliki siswa memungkinkan sebagai salah satu penyebab
belum optimalnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Data nilai pre-test menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas X RPL SMK
Negeri 2 Magelang pada mata pelajaran Sistem Operasi banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Nilai KKM pada mata pelajaran
Sistem Operasi adalah 78. Hanya terdapat 15 dari 34 siswa atau 44,12 dari keseluruhan siswa yang mencapai nilai KKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan kajian terhadap hasil observasi tersebut, diperoleh
permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya kompetensi sikap sosial dan hasil belajar siswa kelas X RPL SMK Negeri 2 Magelang. Permasalahan tersebut
yaitu pada kurangnya peran aktif guru dan siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas. Guru belum pernah mencoba menggunakan variasi model
pembelajaran di kelas. Guru masih mengandalkan penggunaan metode ceramah. Hal ini sehingga peran guru aktif, sedangkan siswa pasif. Untuk membuat siswa
3 aktif, pada beberapa pertemuan guru menerapkan metode pemberian tugas dan
diskusi kelompok. Penggunaan metode ini membuat siswa berperan aktif akan tetapi guru justru tidak aktif dalam menghidupkan suasana belajar di kelas. Siswa
diminta untuk mandiri dalam memahami materi, di sisi lain hal ini membuat pengarahan dan pendampingan dari guru terasa kurang.
Untuk mengatasi permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka diperlukan sebuah pembelajaran yang dapat membantu guru dalam meningkatkan
kompetensi sikap sosial siswa. Melalui peningkatan kompetensi sikap sosial siswa maka diharapkan terjadi peningkatan pula terhadap hasil belajar siswa. Salah satu
pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division STAD. Model pembelajaran STAD merupakan salah
satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya dibentuk beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda.
Setelah pengelompokan, ada empat tahap yang harus dilakukan, yakni presentasi kelas, kerja tim, kuis individu, skor kemajuan individu dan rekognisi tim. Melalui
pembelajaran kooperatif, diharapkan dapat membuat guru dan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru dapat menyampaikan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan saat tahap presentasi kelas, siswa dapat belajar kompetensi sikap sosial secara langsung saat tahap kerja tim dan kuis individu, kemudian guru dapat
melakukan evaluasi terhadap siswa saat tahap skor kemajuan individu dan rekognisi tim. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kompetensi Sikap Sosial dan Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Sistem Operasi di SMK Negeri 2 Magelang ”.
4
B. Identifikasi Masalah