diambil sebanyak 100
10 10
= ×
responden, untuk menghindari outlier, kuesioner yang disebarkan 120 lembar kuesioner.
3.3 Jenis Data
a. Data Primer, data primer yaitu data yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik
studi. Data primer dapat diperoleh dari responden individu, kelompok fokus dan panel yang secara khusus ditentukan peneliti.
b. Data Sekunder, data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber yang telah ada misalnya catatan atau
dokumentasi perusahaan, publikasi, analisis industri oleh media, situs web, internet dan sebagainya.
3.4 Pengumpulan Data
a. Kuesioner, pengumpulan data dengan kuesioner membantu untuk membangun hubungan dengan responden ketika memperkenalkan survey,
memberikan klarifikasi yang diminta oleh responden langsung ditempat dan mengumpulkan kuesioner segera setelah diisi. Adanya kontak
langsung antara peneliti dan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan
data atau jawaban yang obyektif dan cepat.
b. Dokumentasi, pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat data, dokumen atau arsip dan mempelajari hal – hal yang diperlukan untuk
penelitian.
3.5 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah teknik Structural Equation Modeling SEM . SEM merupakan
sekumpulan teknik – teknik statistical yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relative “rumit” secara simultan.
Ferdinand, 2002 : 06 . Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model.
Measurement Model atau model pengukuran ditujukan untuk
meninformasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator empirisnya. Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan
yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Menurut Ferdinand, 2002 : 24 untuk membuat permodelan yang lengkap terdapat
beberapa langkah yaitu: 1. Pengembangan model berbasis teori, dalam pengembangan
model teoritis, seorang peneliti harus melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka yang intens guna
mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan. 2. Pengembangan diagram alur untuk menunjukan hubungan
kausalitas. Model teoritis yang telah dibangun pada langkah
pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram Diagram alur . Path diagram Diagram alur akan
mempermudah peneliti melihat hubungan – hubungan kausalitas yang ingin diuji.
3. Konversi diagram alur kedalam serangkaian persamaan structural dan spesifikasi model pengukuran. Peneliti dapat memulai
mengkonversi spesifikasi model tersebut kedalam rangkaian persamaan. Persamaan yang akan dibangun terdiri dari:
a. Persamaan struktural structural equation . Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar
berbagai konstruk. b. Persamaan spesifikasi model pengukuran measurement
model . Peneliti menentukan variabel mana mengukut
konstruk mana serta menentukan serangkaian matriks yang menunjukan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk
atau variabel. 4. Memilih matrik input dan estimasi model, SEM hanya
menggunakan matrik varians konvarians atau matrik korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang digunakan.
5. Menilai problem identifikasi pada prisipnya adalah problem mengenai ketidak mampuan dari model yang dikembangkan
untuk menghasilkan yang unik. Problem indentifikasi dapat muncul melalui gejala berikut:
a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
b. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.
c. Muncul angka – angka yang aneh seperti adanya varians error yang negative.
d. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang di dapat.
6. Evaluasi model, pada langkah ini kesuksesan model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai criteria goodness of fit.
7. Interpretasi dan modifikasi model, menginterpretasikan model dan memodifikasikan model bagi model – model yang tidak
memenuhi syarat pengujian yang dilakukan.
3.5.1 Confimatory Factor Analysis
Model pengukuran variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini menggunakan Confimatory Factor Analysis. Pada Confimatory Factor
Analysis atau CFA peneliti menggunakan variabel – variabel yang
diteliti untuk mendefinisikan sebuah faktor yang tidak dapat di ukur
secara langsung. Analisis atas indikator – indikator yang digunakan itu memberi makna atas label yang diberikan pada variabel laten faktor laten
yang dikonfirmasi itu.
3.6 Asumsi Model
a. Uji Normalitas dan linearitas. Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat
diolah lebih lanjut untuk permodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data dapat diuji dengan
metode – metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas
multivarians dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati
scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya leneartas.
Ferdinand, 2002 : 52 . b. Outliers, Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai – nilai
ekstrem baik secara invarians maupun multivarians yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan
terlihat sangat jauh berbeda dari observasi – observasi lainnya. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam 4 kategori:
1. Outliers muncul karena kesalahan prosedur.
2. Outliers muncul karena keadaan yang benar – benar khusus yang memungkinkan profil aktanya lain daripada yang lain.
3. Outliers muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebabnya.
4. Outliers dapat muncul dalam mengenali yang ada, tetapi bila dikombinasi dengan variabel lainnya. Kombinasinya menjadi
tidak lazim atau sangat ekstrim atau yang biasa disebut multivariate outliers.
Perlakuaan terhadap outliers dilakukan bergantung pada bagaimana outliers itu muncul. Dalam analisis ini outliers dapat dievaluasi dengan
dua cara yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers.
1. Univariate Outlier, deteksi terhdap adanya outliers univariate dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang
akan dikategorikan sebagai outlilers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standart score
atau yang biasa disebut Z-score yang mempunyai rata – rata nol dengan standart deviasi sebesar satu. Oleh karena itu
kasus atau observasi yang mempunyai Z-score
30 ≥
akan dikategorikan sebagai outliers.
2. Multivariate Outiers, evaluasi terhdap multivariate outliers perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis
menunjukan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling
dikombinasikan. Jarak Mahalanobis the Mahalanobis distance
untuk tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukan jarak sebuah observasi dari rata – rata semua
variabel dalam sebuah ruang multidimensional Hair dkk, 1995 : Nomusis, 1994 : Tabueric Fidell 1996 terhadap
outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat P0,001. jarak Mahalanobis
itu dievaluasi dengan menggunakan
2
X pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang di gunakan dalam penelitian itu.
Ferdinand, 2002 : 102 . c. Multicolinearity dan Singularity, Multikolinearitas dapat dideteksi
dan determinan matriks kovarians. Nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil ectremely small memberi indikasi
adanya problem multikolinearitas atau singularitas. d. Uji Validitas dan Reliabilitas, validitas berhubungan dengan apakah
suatu variabel mengukur apa yang seharusnya diukur. Doll, Xia dan Torkzadeh 1994 seperti yang dikutip dari Wijanto 2008 : 65
mendefinisikan cara untuk menguji validitas adalah dengan melihat
standard factor loading muatan faktor standar variabel – variabel
teramati indikator terhadap veiabel laten faktor merupkan estimasi validitas variabel – variabel teramati tersebut. Sedangkan
reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator – indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat
sampai dimana masing – masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk faktor laten yang umum Ferdinand, 2002 : 62 .
Reliabilitas diuji dengan construct reliability dan variance extracted. construct reliability
dan variance extracted dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
construct reliability = j
stdloading stdloading
ε ∑
+ ∑
∑
2 2
Variance extracted = j
stdloading stdloading
ε ∑
+ ∑
∑
2 2
Hair et.al 1998 menyatakan bahwa sebuah konstruk mempunyai reliabitas yang baik adalah jika:
Nilai Construct Reliability CR nya
≥
0,70 Nilai Variance Extracted VE nya
≥
0,50
3.7 Pengujian Model dengan One Step Approach