PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI PONSEL SONY ERICSSON DI SURABAYA.

(1)

i

karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sampai terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul ”PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI PONSEL SONY ERICSSON DI SURABAYA” .

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian studi pendidikan strata satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Selain itu penulis juga menyadari banyak bantuan dan dorongan baik moral maupun spiritual dari berbagai pihak yang diberikan selama penulis menempuh masa pendidikan S-1 sampai dengan terselesaikannya skripsi ini.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ir. Teguh Soedarto, M.P Selaku rector Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dra. Nuruni Ika, MM selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan saran, nasihat serta bantuan bimbingan sehingga skripsi dapat selesai dengan baik.

3. Dra. Sulastri Irbayuni , MM Selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan saran, nasihat serta bantuan bimbingan sehingga skripsi dapat selesai dengan baik.


(2)

ii

Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Seluruh dosen yang telah membagikan ilmunya dan memberikan pengalaman yang tidak terlupakan, staff dan karyawan yang telah membantu dalam proses kuliah.

7. Papa, Mama, Koko, Cece, Laura dan keluarga lainnya, terimakasih telah memberikan dukungan, doa semangat pada proses penyusunan skripsi ini. Serta biaya dan tenaga.

Surabaya, 2010


(3)

iii

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN……… ix

ABSTRAKSI………..x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ………... 8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian……… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu……….. .10

2.1.2 Perbandingan………...12

2.2 Landasan Teori ………12

2.2.1 Pemasaran ...12

2.2.1.1 Pengertian Pemasaran ....……….12

2.2.1.2 Manajemen Pemasaran………….……….. 13

2.2.1.3 Konsep Pemasaran….………... ……..14

2.2.2 Perilaku Konsumen ……….... 15


(4)

iv

2.2.2.4 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian…………...… 20

2.2.3 Sikap Konsumen ... 22

2.2.3.1 Pengertian Sikap Konsumen ……….. 22

2.2.3.2 Fungsi-Fungsi Sikap………23

2.2.3.3 Model Sikap……… 24

2.2.4 Persepsi……… 25

2.2.5 Minat Beli……….27

2.2.6 Pengaruh Persepsi Terhadap Sikap Konsumen…………... 29

2.2.7 Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli Konsumen.. …... 30

2.4 Hipotesis……… 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel…………. 34

3.1.1 Definisi Operasional Variabel……… 34

3.1.2 Pengukuran Variabel …………...……….. 36

3.2 Teknik Penentuan Sampel ……… 37

3.3 Jenis Data ………. 39

3.4 Pengumpulan Data ……… 39

3.5 Teknik Analisis ………. 40


(5)

v

3.8 Evaluasi Model ……….. 47

3.9 Kerangka Pemikiran ………... 53

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Hasil Penelitian ………. 54

4.1.1 Analisis Karakteristik Responden ... 54

4.1.2 Deskripsi Perception……….56

4.1.3 Deskripsi Customer Attitude ………57

4.1.4 Deskripsi Puchase Intention ………... 59

4.2 Analisis Data ……….. 61

4.2.1 Evaluasi Outlier ………61

4.2.2 Evaluasi Realibilitas ……… 62

4.2.3 Evaluasi Validitas ……… 64

4.2.4 Evaluasi Construct Realibility dan Varaiance extracted .... 64

4.2.5 Evaluasi Normalitas ……… 66

4.2.6 Analisis Model SEM ……….. 67

4.2.7 Analisis Unidimensi ………...……. 70

4.2.8 Uji Kausalitas ………. 70

4.3 Pembahasan ……….71

4.3.1 Pengaruh persepsi terhadap sikap konsumen…….……… 71


(6)

vi DAFTAR PUSTAKA


(7)

viii

GAMBAR 2.2 Tiga Komponen Sikap………...24

GAMBAR 2.3 Kerangka Konseptual……….32

GAMBAR 4.1 One Step Approach Base Model ………...67


(8)

vii

Tabel 1.2 Top Brand Handphone Februari 2010………....3

Tabel 1.3 Penjualan Sony Ericsson ………7

Tabel 3.1 Goodness Of Fit Indexs……… …….51

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……….54

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……….55

Tabel 4.3 Frekwensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Persepsi……….56

Tabel 4.4 Frekwensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Sikap Konsumen…...57

Tabel 4.5 Frekwensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Minat Beli……….... 59

Tabel 4.6 Data Outlier………...….62

Tabel 4.7 Data Reliabilitas ……….…..… 63

Tabel 4.8 Validitas Data……….…………...64

Tabel 4.9 Construct Reliability dan Variance Extrated ……….…...65

Tabel 4.10 Normalitas Data………..….66

Tabel 4.11 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach- Base Model………...68

Tabel 4.12 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach- Modifikasi………69

Tabel 4.13 Unidimensi………...…70

Tabel 4.14 Pengujian Hipotesis………..70


(9)

ix Lampiran 3 Data Uji Outlier

Lampiran 4 Data Uji Reliabilitas Lampiran 5 Data Uji Normalitas Lampiran 6 Data Uji Hipotesis Kausal


(10)

x

0412010008/FE/EM

Abstraksi

Pada era persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini, banyak perusahaan melakukan berbagai cara agar produk yang diciptakan oleh perusahaan tersebut dapat menjadi produk yang disukai atau pilihan para konsumen. Upaya tersebut antara lain dengan menanamkan persepsi baik sebuah produk kepada konsumen sehingga dapat menimbulkan keinginan untuk membeli. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pengaruh persepsi dan sikap konsumen terhadap minat beli konsumen. Dalam penelitian ini produk yang dibahas adalah hand phone merek Sony Ericsson, dimana hand phone Sony Ericsson mengalami penurunan penjualan.

Penelitian ini menggunakan sampel peminat dan pengguna hand phone Sony Ericsson yang ada di Plasa Marina, Tunjungan Plaza, World Trade Centre (WTC), Sony Ericsson Pusat, Surabaya. Responden yang dibedakan bedasarkan usia, jenis kelamin. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktural Equation Modelling (SEM). Teknik SEM digunakan karena teknik ini memungkinkan pengujian rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Persepsi konsumen berpengaruh terhadap sikap konsumen, hal ini menunjukan bahwa suatu produk yang mendapat persepsi baik oleh konsumen akan mampu menumbuhkan sikap positif dari konsumen terhadap suatu produk., (2) Sikap konsumen berpengaruh terhadap minat beli, hal ini menunjukan bahwa sikap konsumen mempunyai pengaruh untuk menimbulkan minat beli yang berarti konsumen akan mencari seluruh informasi mengenai Handphone Sony Ericsson, kemudian mengevaluasi, jika konsumen merasa produk tersebut dapat memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya maka akan timbul keinginan untuk membeli.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Banyak berbagai macam persaingan di segala bidang dalam perkembangan usaha dewasa ini. Melihat dari kondisi tersebut para pembisnis dituntut untuk mempunyai strategi yang tepat dalam memenuhi target volume penjualan. Dan sejalan dengan itu, teknologi yang berkembang pesat, manusia dituntut dengan cepat dan tepat untuk bertindak agar tidak kalah bersaing. Menurut Kotler (2002:34), dalam meningkatkan persaingan masing – masing perusahaan harus dapat memenangkan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berubah – ubah.

Perubahan suatu lingkungan mempunyai dua arti bagi perusahaan yaitu dapat menjadi suatu peluang untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha, akan tetapi perubahan tersebut juga dapat menjadikan suatu ancaman bagi perusahaan. Oleh karena itu manajemen perusahaan dituntut untuk selalu bersikap tanggap dan adaptif serta dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Kebijaksanaan manajemen perusahaan merupakan suatu system dan keseluruhan ilmu ekonomi, seperti manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen keuangan dan manajemen personalia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi perusahaan.


(12)

Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin komplitnya kebutuhan alat komunikasi memberikan kesempatan baik bagi perusahaan alat komunikasi terutama pada di bidang ponsel, yang mana konsumsi akan ponsel terus menunjukan kenaikan yang signifikan. Saat ini banyak sekali bermunculan merek ponsel dengan berbagai model, desain, memberikan kualitas yang bagus dan harga yang cukup bersaing. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang ponsel hal ini merupakan suatu peluang untuk menguasai pangsa pasar. Salah satu merek yang cukup dikenal oleh sebagian masyrakat adalah merek Sony Ericsson.

Merek ponsel terus bermunculan dan bersaing menawarkan berbagai fasilitas yang ada dalam ponsel tersebut. Beberapa merek yang bersaing: Sony Ericsson, Motorola, Samsung, BenQ Siemen, Nokia dan lainya. Dunia global telah merubah pola pikir yang cenderung menerima segala perubahan yang terjadi di dunia. Begitu pula dengan adanya perkembangan bisnis yang global yang memacu setiap produsen untuk merubah cara mereka dalam meluaskan jaringan untuk medapatkan konsumen. Banyaknya produsen ponsel yang bermunculan dengan memberikan berbagai fasilitas yang menarik yang mampu membujuk para konsumen.

Persaingan para produsen ini merupakan usaha mereka menarik minat konsumen untuk membeli ponsel merek tertentu. Menurut Sukarno (2005:140) minat beli merupakan keinginan yang direncanakan sepenuhnya oleh konsumen untuk melakukan pembelian nyata. Secara singkat minat beli dapat diartikan sebagai rencana pembelian.


(13)

Dari sumber majalah marketing (2009:61) february Sony Ericsson berada pada urutan kedua top brand.

Tabel 1.1 Top Brand Handphone February 2009 Merek Top Brand Indonesia Nokia 79.3 %

Sony Ericson 10.7 % Motorola 3.6 % Samsung 2.1 % BenQ Siemens 1.4 %

Sumber: Majalah Marketing February (2009:61) Tabel 1.2 Top Brand Handphone February 2010

Merek Top Brand Indonesia Nokia 72.0 %

Sony Ericsson 9.6 % Blackberry 4.3 % Samsung 3.3 % Huawei 2.4 % Motorola 1.5 %

Sumber: Majalah Marketing February (2010:64)

Dari data yang ada pada table 1.1 dan 1.2 menunjukan Sony Ericsson mengalami penurunan dari 10.7% per February 2009 ke 9.6% per February


(14)

2010. Penurunan ini bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti trend, atribut yang ada pada ponsel, krisis global dan lainnya. Adapun kelemahan dari Sony Ericsson yang disampaikan oleh konsumennya di internet. Kelemahan dari Sony Ericsson yaitu terletak pada connector charger yang kadang kadang suka tidak konek (red : charger tidak mau jalan). Gejala yang terjadi biasanya kuningan connectornya berwarna agak kehitaman. Penyebabnya, kurangnya perawatan dari sang pemakai (no offence loh). Kerugiannya, charger tidak bisa berjalan seperti biasanya. Solusinya, bersihkan konektor charger secara berkala dengan menggunakan cotton bud. Dan saat ditancapkan charger nya digoyang ke atas atau kebawah. Semoga membantu. (Maxnet).

Sumber: http://maximilliano-yoko.blogspot.com/2008/03/kelemahan-sony-ericsson.html

Ada beberapa keburukan handphone merek SonyEricsson yang membuat saya enggan membeli produk ini : 1. memory MS duo yang bersifat exclusive. Tidak ada merek lain yang menggunakan memory tipe ini kecuali SE, sehingga harga kemungkinan lebih mahal karena produsen memory semata – mata dari pabrik mereka (dibanding memory tipe MMS atau SD yang diproduksi banyak pabrikan dengan harga bersaing). 2. tidak ada standarisasi bentuk socket untuk charger. Beda seri HP SE, beda pula bentuk socket chargernya. 3. untuk tipe K-660, hanya ada satu socket untuk tiga fungsi: charge baterai, musik headset, dan data transfer. (entah dengan tipe lainnya).


(15)

4. untuk W-200, tidak ada tombol NO yang akan memaksa aplikasi Java berhenti, sehingga handphone menjadi hang. (entah dengan tipe lainnya) http://suarapembaca.detik.com/comment

Dengan kecanggihan teknologi informasi, sekarang sudah tidak aneh lagi dengan namanya handphone. Sekarang banyak anak muda atau remaja yang menginginkan handphone yang canggih multimedia. Sony Ericsson kurang memuaskan karena Sony Ericsson jarang mengeluarkan handphone yang berbasis symbian walaupun ada hanya beberapa seperti di seri P. Sony Ericsson kurang cepat tanggap terhadap pasar contohnya model, di saat model qwerty sedang baik Sony Ericsson masih belum memiliki produk yang bermodel qwerty dan model yang disajikan monotone tidak seperti pesaingnya Nokia yang memiliki ragam model. Pengoperasian yang dianggap agak rumit dan juga tambahan seperti aplikasi, aksesoris agak susah didapatkan, adapun harganya mahal. Dalam bersaing di Smartphone Sony Ericsson juga masih belum bisa bersaing dengan baik. Di pasar eropa, Inggris menolak meluncurkan produk smartphone Sony Ericsson X2 karena kalah bersaing dengan para pesaingnya, seperti Nexsus One, Iphone. Sumber: kompas.com 12-01-2010. Di Inggris, produk Sony Ericsson Satio yang juga dianggap sebagai handphone yang bagus di Indonesia, dianggap kurang memberikan kepuasan yang baik oleh konsumennya di Inggris, karena kurang memenuhi standarisasi konsumennya yang tinggi.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://blog.gs marena.com/sony-ericsson-satio-getting-pulled-out-from-uk-stores


(16)

Sony Ericsson akan bubar Dikutip detikINET dari InformationWeek, Kamis (19/3/2009), Ericsson dilaporkan ingin berpisah dari Sony menurut berita yang dipublikasikan oleh media Jerman, Manager Magazin. Alasan yang dikemukakan adalah, Ericsson mungkin ingin berfokus pada bisnis infrastruktur telekomunikasi saja seiring terpaan krisis ekonomi yang berimbas cukup besar pada industri ponsel. Sony Ericsson memang masih masuk lima besar pabrikan ponsel terbesar dunia. Namun persaingan kian hari kian ketat. Di pasar ponsel high end misalnya, keberadaan Apple, Research in Motion dan Nokia melemahkan posisi Sony Ericsson. Jika benar Ericsson meninggalkan Sony Ericsson, pihak Sony dilaporkan tertarik memiliki saham yang ada. Saat ini, Ericsson dan Sony berbagi kepemilikan atas Sony Ericsson. Juru bicara Ericsson menolak dimintai tanggapan mengenai rumor ini. Namun CEO Ericsson Carl-Henric Scanberg sebelumnya pernah menyatakan mereka masih berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama dengan Sony.

(fyk/faw) sumber: http://www.detikinet.com/read/2009/

Dari masalah yang ada dalam Sony Ericsson, bisa saja mempengaruhi asumsi ataupun persepsi konsumen terhadap produk Sony Ericsson.

Persepsi konsumen adalah hal yang penting harus diperhatikan oleh para produsen, produsen harus dapat mengerti apa yang diinginkan oleh konsumennya. Pengalaman dan persepsi merupakan dua variable psikogrfis yang dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku. Sebagai contoh, Seorang konsumen yang sangat puas setelah makan di suatu restoran, tanpa diminta oleh manajemen restoran, akan berbagi informasi dengan keluarga,


(17)

teman dan masyarakat disekitarnya. Bagi yang menerima informasi yang disebarkan, kepuasan makan direstoran itu akan menjadi suatu pengalaman, meskipun bukan diri sendiri yang mengalaminya, melainkan melalui pengalaman orang lain yang disebarkan dari mulut ke mulut. Pengalaman itu akan membentuk persepsi terhadap restoran. Dalam hal ini, dapat dinyatakan pengalaman mempengaruhi persepsi (Bellenger dan Moschis, 1982). Persepsi baik dari konsumen akan membuat konsumen lebih loyal terhadap suatu produk dan akan dilanjutkan dengan pembelian ulang.

Berikut adalah data penjualan Sony Ericcson, Tabel 1.3

Tahun Penjualan 2007 88.7% 2008 85.4% 2009 76.8% Sumber: Sony Ericcson Surabaya

Dari data tabel 1.3 menunjukan masalah yang ada pada Sony Ericsson mulai berdampak pada penjualan produknya di Surabaya. Tahun 2007 – 2008 mengalami penurunan sekitar 4%, Tahun 2008 – 2009 mengalami penurunan 9%. Dalam dua tahun terahir banyak ponsel merek baru yang masuk ke Surabaya, sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Dari beberapa merek ponsel baru yang masuk ada beberapa merek yang menjadi trend saat ini, dimana merek ini mampu menggeser trend ponsel sebelumnya.


(18)

Produk yang ditawarkan oleh perusahaan dapat menjadi salah satu pembentukan persepsi dan sikap konsumen. Dalam Sukarno (2005:138) sikap memainkan peranan utama dalam pembentukan perilaku individu dalam hal pembelian suatu merek. Dalam memutuskan produk atau merek apa yang akan dibeli, toko mana yang dijadikan langganan, konsumen akan secara khas melakukan pemilihan terhadap suatu merek atau produk evaluasi.

Perilaku komsumen dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, psikologis. Berdasarkan latar belakang yang ada diatas maka penulis tertarik untuk melakukan subuah penelitian dengan tema “Pengaruh Persepsi Dan Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli Ponsel Sony Ericsson Di Surabaya“ 1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Apakah persepsi berpengaruh pada Sikap konsumen terhadap ponsel Sony Ericsson di Surabaya?

1.2.2 Apakah Sikap konsumen berpengaruh pada minat beli konsumen terhadap ponsel Sony Ericsson di Surabaya?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.1.1 Menganalisis pengaruh persepsi terhadap sikap konsumen ponsel Sony Ericsson.


(19)

1.3.1.2 Menganalisis pengaruh sikap konsumen terhadap minat beli ponsel Sony Ericsson

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Bagi peneliti selanjutnya merupakan salah satu sumber pengetahuan yang dapat digunakan sebagai informasi dan referensi untuk penelitian maupun penulisan skripsi yang mengambil tema yang sama.

1.3.2.2 Bagi lembaga setidak – tidaknya sebagai salah satu sumbangan untuk pengembangan keilmuan dan bisa digunakan sebagai tinjauan pustaka.

1.3.2.3 Bagi penulis, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh dibangku kuilah dengan keadaan sesungguhnya di masyarakat.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Dewi Urip Wahyuni yang berjudul “ Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat”. Penelitian yang dilakukan adalah menganalisis pengaruh motivasi, persepsi, dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian motor merek Honda di kawasan Surabaya Barat. Variabel yang digunakan adalah motivasi, persepsi, sikap konsumen, dan keputusan pembelian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling pada masyarakat pembeli dan pengguna sepeda motor merek “Honda” di kawasan Surabaya Barat. Jumlah sampel menggunakan sampel besar yaitu > 30 ( Djarwanto, 1999 : 4 ) yaitu 125 orang. Menurut Nazir ( 1998 : 221 ) jumlah sampel ditetapkan atas pertimbangan pribadi, dengan catatan bahwa sampel tersebut cukup mewakili populasi dengan pertimbangan biaya dan waktu. Metode statistik yang digunakan adalah program SPSS adapun teknik analisis data diuraikan sebagai berikut: Analisis Regresi Linier Berganda, Koefisien Dertiminasi Berganda (R2), Koefisien Korelasi Berganda ( R ), Koefisien Korelasi Prasial ( r ). Dari hasil yang diperoleh ternyata secara bersama – sama variabel motivasi, persepsi


(21)

dan sikap konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian dalam hal ini ditandai oleh adanya T hitung lebih besar dari t tabel 730,302 > 2,427 sig = 0,000 lebih kecil dari dengan α = 0,05. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel – variabel tersebut merupakan jawaban atas masalah penelitian ini.

2. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Gendut Sukarno ( Majalah Ekonomi, Tahun XIV, No.2 Agustus 2005 ) dengan kajiannya yang berjudul “ Penggunaan Consumer Decesion Model ( CDM ) Dalam Pengukuran Efektifitas Iklan Shampo Merek Pantene “. Ada beberapa variabel dalam penelitian ini yaitu pesan iklan atau information, Pengenalan merek atau Brand recognition, sikap konsumen atau attitude, keyakinan konsumen atau confidence, niat beli atau intention, dan pembelian atau purchase. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat kawasan Surabaya Timur dengan kriteria pengguna shampo Merek Pantene serta telah melihat iklan shampo merek Pantene di televisi. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sample random sampling dengan indikator 21 buah dan sampel yang diambil 147 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Stuctural Equation Modeling ( SEM ) dengan program AMOS 4.0. Dalam penelitian ini dapat dikatakan adanya hubungan positif dapat diterima antara informasi dengan pengenalan merek, sikap konsumen dengan minat beli konsumen, keyakinan dengan minat beli, minat beli dengan pembelian. Dan


(22)

hubungan positif tidak dapat diterima antara pengenalan merek dengan sikap konsumen, pengenalan merek keyakinan, informasi dengan sikap konsumen, informasi dengan keyakinan konsumen.

2.1.2 Perbandingan

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah variabel minat beli, persepsi dan sikap konsumen.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah objek dan tempat penelitian. Penelitian sebelumnya melakukan penelitian pada motor merek Honda dan Shampo Pantene, di Surabaya. Penelitian yang saat ini dilakukan di Surabaya dengan obyek ponsel Sony Ericsson.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pemasaran

2.2.1.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran telah menjadi faktor kunci sukses bisnis. Pemasaran ( Kotler dan Armstrong, 1992 : 6 ) adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Stanton ( 1995) Dalam Umar ( 2003 : 31 ), Pemasaran meliputi keseluruhan system yang berhubungan dengan kegiatan – kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa


(23)

yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik aktual maupun yang potensial.

Asosiasi pemasaran Amerika dalam Kotler ( 2007 : 06 ), mengemukakan bahwa pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemilik sahamnya.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran adalah seluruh kegiatan usaha yang bertujuan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.

2.2.1.2 Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler dalam Swastha dan Irawan ( 1990 : 07 ), Manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program – program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi.

Manjemen pemasaran tidak saja menyangkut pencarian dan peningkatan permintaan, tetapi juga menyangkut pengubahan atau bahkan pengurangannya. Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud untuk mencapai sasaran organisasi ( Kotler dan Armstrong, ( 1992 : 14 ).


(24)

Asosiasi pemasaran Amerika dalam Kotler ( 2007 : 06 ), mengemukakan bahwa manjemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen pemasaran adalah melakukan analisa, membuat rencana, melaksanakan, dan mengendalikan program yang telah dirancang untuk mengadakan pertukaran dengan pasar dengan maksud mencapai tujuan organisasi.

2.2.1.3 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran adalah suatu manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh kegiatan pemasaran terpadu yang diarahkan untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan organisasi dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Assauri, 2007 : 81 ).

Menurut Kotler dan Armstrong ( 1992 : 15 ), konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan para pesaing.


(25)

Menurut Swastha dan Irawan ( 1990 : 07 ), konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan pembeli atau konsumen.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa konsep pemasaran menentukan keinginan dan kebutuhan pasar agar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen yang melebihi kepuasan yang diberikan oleh pesaing.

2.2.2 Perilaku Konsumen

2.2.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi ( 2003 : 03 ), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk ( 1994 : 07 ), dalam Sumarwan ( 2004 : 25 ), istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghasilkan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Sumarwan ( 2004 : 26 ), mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal – hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.


(26)

2.2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi ( 2003 : 11 ), terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :

1. Faktor – Faktor kebudayaan : Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila mahluk – mahluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari.

Sub – Budaya

Setiap kebudayaan terdiri dari sub–budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis : Kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.

Kelas sosial

Kelas – kelas sosial adalah kelompok – kelompok yang relatif homogen dan bertahan dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.


(27)

2. Faktor – faktor Sosial : Kelompok Referensi

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.

Keluarga

Terdapat perbedaan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli, yang pertama adalah : keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak – anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara insentif. Peran dan Status

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya seperti dalam keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.

3. Faktor – faktor Pribadi :

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian akhir telah mengidentifikasi tahapan – tahapan dalam siklus kehidupan psikologis. Orang – orang dewasa biasanya mengalami Umur dan Tahapan Dalam Siklus Hidup


(28)

perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.

Pekerjaan

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok – kelompok pekerja yang memiliki minat diatas rata – rata terhadap produk dan jasa tertentu. Keadaan Enkonomi

Keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan, tabungan dan hartanya, kemampuan untuk meminjam dan sikap mengeluarkan lawan menabung.

Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapatan seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.

Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.


(29)

4. Faktor – Faktor Psikologis Motivasi

Teori motivasi Freud, mengamsumsikan bahwa kekuatan – kekuatan psikologis yang sebenarnya membentuk perilaku manusia sebagian besar bersifat dibawah sadar.

Teori motivasi Maslow, menjelaskan kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki, dari kebutuhan yang paling mendesak hingga yang paling kurang mendesak,

Teori motivasi Herzberg, mengembangkan “ teori motivasi dua faktor “ yang membedakan antara faktor yang menyebabkan ketidak puasan dan faktor yang menyebankan kepuasan.

Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.

Proses Belajar

Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.

Kepercayaan dan Sikap

Kepercayan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.


(30)

2.2.2.3 Peran Pembelian Konsumen

Pemasar perlu mengetahui peran konsumen dalam pembelian. Menurut Kotler dan Armstrong ( 1992 : 198 ), terdapat beberapa peran dalam keputusan pembelian :

1. Pemrakarsa ( initiator ) : orang yang pertama – tama memberikan pendapat atau pikiran untuk membeli produk atau jasa tertentu.

2. Pemberi pengaruh ( influence ) : orang yang pandangan atau nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

3. Pengambil keputusan ( decider ) : orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian.

4. Pembeli ( buyer ) : orang yang akan melakukan pembelian nyata.

5. Pemakai ( user ) : orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.

2.2.2.4 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Angipora ( 1999 : 145 ), konsumen memiliki lima tahap untuk mencapai sesuatu keputusan pembelian dan hasilnya yaitu : tahap pengenalan masalah, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif, tahap keputusan pembelian, dan tahap perilaku pasca pembelian. Lihat gambar berikut:

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Mengenali kebutuhan

Pencarian informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan pembelian

Perilaku pasca pembelian


(31)

Secara terperinci tahap – tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengenalan masalah. Pada tahap ini konsumen mengenali sebuah kebutuhan, keinginan atau masalah. Kebutuhan pada dasarnya dapat dirangsang oleh rangsangan dari dalam atau dari luar.

2. Pencarian informasi. Calon konsumen yang telah dirangsang untuk mengenali kebutuhan, dan keinginan tersebut, akan mencari informasi lebih lanjut. Kalau dorongan kebutuhan dan keinginan tersebut kuat dan saluran pemuas kebutuhan berada di dekatnya tentunya sangat mungkin konsumen segera membelinya.

3. Evaluasi alternatif. Setelah mendapat informasi yang cukup, maka tahap selanjutnya adalah bagaimana konsumen menggunakan informasi tersebut untuk tiba pada satu pilihan merek akhir dan bagaimana konsumen memilih di antara merek – merek alternatif. 4. Keputusan membeli. Keputusan pembelian baru dapat dilakukan

setelah tahap evaluasi dari berbagai merek dan ciri telah disusun menurut peringkat yang akan membentuk niat membeli terhadap merek yang paling disukai. Niat membeli juga dipengaruhi oleh sikap orang lain dan situasi yang tidak diinginkan, yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi atau mengubah niat pembelian 5. Perilaku sesudah pembelian. Tugas perusahaan pada dasarnya tidak

hanya berakhir setelah konsumen membeli produk yang dihasilkan, tetapi yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah meneliti dan


(32)

memonitor apakah konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidak puasan setelah menggunakan produk yang dibeli

2.2.3 Sikap Konsumen

2.2.3.1 Pengertian Sikap Konsumen

Menurut Setiadi ( 2003 : 214 ), sikap merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen. Jika kita analogikan dengan sikap konsumen terhadap suatu merek berarti sikap terhadap merek yaitu mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten.

Menurut Schiffman dan Kanuk ( 1994 : 240 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 136 ), mengidentifikasikan sikap sebagai “attitudes are an expression of inner feelings that reflect wether a person is favorably on unfavorably predisposed to some object”. Yang artinya sikap adalah ekspresi dari persaan dalam diri seseorang yang merefleksikan perasaan senang atau tidak senang terhadap suatu objek.

Engel, Blackwell, dan Miniard ( 1993 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 136 ), mengemukakan bahwa sikap menujukkan apa yang konsumen sukai dan yang tidak disukai.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan


(33)

konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut ( Sumarwan, 2002 : 136 )

2.2.3.2 Fungsi – Fungsi Sikap

Danien Kazt dalam Setiadi ( 2003 : 215 ) mengklasifikasikan empat sikap yaitu :

1. Fungsi Utilitarian

Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip – prinsip dasar imbalan dan hukuman. Disini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan.

2. Fungsi Ekspresi Nilai

Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi didasarkan atas kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai – nilai yang ada pada dirinya. 3. Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk membeli

dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.

4. Fungsi Pengetahuan

Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah – milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhannya.


(34)

2.2.3.3 Model Sikap

Menurut Sutisna ( 2001 : 100 ) dalam Sukarno ( 2005 : 139 ), terdapat tiga indikator sikap yang menghubungkan antara kepercayaan terhadap merek, evaluasi, dan sikap berkeinginan yaitu kognotif, efektif, dan konatif seperti yang digambarkan dalam gambar berikut ini :

Gambar 2.2 Tiga Komponen Sikap

Menurut Schiffman dan Kanuk , ( 1994 ); Engel, Blackwell, dan Miniard ( 1993 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 147 ), secara rinci ketiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi konsumen, yang diperoleh dari pengalaman dengan suatu objek sikap dan informasi dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi ini biasanya berbentuk kepercayaan ( belief ), yaitu konsumen mempercayai bahwa produk memiliki sejumlah atribut. Kognitif ini sering juga disebut sebagai pengetahuan dan kepercayaan konsumen.

2. Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, Schiffman dan Kanuk ( 1994 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 147 ) menyebutnya

KOMPONEN KOGNITIF kepercayaan terhadap merek

KOMPONEN AFEKTIF Evaluasi merek

KOMPONEN KONATIF Maksud untuk membeli


(35)

sebagai “ as primary evaluative in nature “, yaitu menunjukan penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah produk itu disukai atau tidak disukai; atau apakah produk ini baik atau buruk.

3. Konatif menunjukan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap suatu objek, Engel, Blacwell, dan Miniard ( 1993 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 147 ), konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh konsumen terhadap pembelian dan seiring juga disebut intention.

2.2.4 Persepsi

Menurut Stephen P. Robbins ( 2003 : 160 ), persepsi merupakan suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan – kesan indra mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka.

Menurut Kotler ( 1997 ) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang ( Sodik, 2003 ).

Pengalaman dan persepsi merupakan dua variabel psikografis yang dapat digunakan untuk memengaruhi perilaku. Kedua variabel ini bisa saling bertukar dalam urutan. Sebagai contoh, seorang konsumen yang sangat puas setelah makan di suatu restoran, tanpa diminta oleh manajemen restoran, akan berbagi informasi dengan keluarga, teman, dan


(36)

masyarakat di sekitarnya. Bagi orang yang menerima informasi yang disebarkan, kepuasan makan di restoran itu akan menjadi suatu pengalaman, meskipun bukan diri sendiri yang mengalaminya, melainkan hanya melalui pengalaman orang lain yang disebarkan dari mulut ke mulut. Pengalaman itu akan membentuk persepsi terhadap restoran. Dalam hal ini, dapat dinyatakan bahwa pengalaman memengaruhi persepsi (Bellenger dan Moschis, 1982).

Persepsi dibentuk melalui pengalaman dan jaminan. Pengalaman bersumber dari informasi dari mulut ke mulut dan pengalaman sendiri. Jaminan bisa tangibel atau intangibel. Jaminan dapat diukur dari kepemilikan sertifikat, pelayanan purna jual, dan karyawan (Tangsrud dan Smith, 2001).

Stimulus dalam pemasaran, di antaranya, iklan, penjualan pribadi, harga, dan mutu produk. Aplikasi paling penting persepsi konsumen dalam strategi pemasaran adalah harga. Persepsi harga secara langsung memengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas merek dan akhirnya akan menentukan perilaku pembelian mereka. Konsumen mempunyai harapan tertentu akan harga yang seharusnya. Ekspektasi harga ini mungkin merefleksikan harga aktual. Konsumen sering mengasosiasikan level harga dengan kualitas produk (Assael, 2001).

Menurut Assael (2001), karakteristik stimulus dan karakteristik konsumen memengaruhi persepsi. Karakteristik stimulus terdiri dari


(37)

elemen sensor dan struktural. Elemen sensor dibentuk oleh warna, bau, suara, dan rasa.

Sweeney dan Soutar (2002) mengembangkan teknik pengukuran persepsi pelanggan atas barang tahan lama. Ada empat dimensi yang mereka turunkan untuk mengukur persepsi pelanggan tersebut yaitu harga, kualitas, sosial, dan emosional. Tingkat kepentingan masing-masing dimensi ini berbeda berdasarkan alasan pembelian. Fungsi emosional ditemukan merupakan faktor yang paling penting dalam memengaruhi keinginan untuk membeli. Kualitas ditemukan menjadi pertimbangan utama dalam menurunkan harapan permasalahan yang timbul dalam penggunaan barang.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi konsumen terhadap suatu produk, mengenai harga, pengalaman, kualitas, informasi adalah hal penting yang menjadi pertimbangan oleh konsumen untuk memilih suatu merek produk.

2.2.5 Minat Beli

Minat beli ( willingness to buy ) dapat didefinisikan sebagai kemungkinan bila pembeli bermaksud untuk membeli produk ( Doods, Monroe, dan Grewal, 1991 ). Sedangkan menurut Sukarno ( 2005 : 140 ), minat beli merupakan keinginan yang direncanakan sepenuhnya oleh konsumen untuk melakukan pembelian secara nyata.

Menurut Kotler ( 1998 ), minat konsumen adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar


(38)

kemungkinan konsumen berpindah dari satu merek ke merek lainnya. Sedangkan menurut Rositter dan Perey ( 1987 ) dalam Sukarno ( 2005 : 140 ), minat pembelian konsumen adalah “ brand purchase the brand ( or take other relevant purchase-related action)”. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa minat pembelian terhadap suatu merek adalah perintah seseorang pembeli kepada dirinya sendiri untuk membeli sebuah merek produk atau untuk mengambil tindakan lain yang berhubungan dengan pembelian. Untuk membeli sebuah merek produk atau untuk mengambil tindakan lain yang berhubungan dengan pembelian. Menurut Ferdinand ( 2002 : 129 ), minat beli dapat diidentifikasi melalui empat indicator yaitu :

1. Minat transaksional, merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan pembelian produk.

2. Minat referensial, merupakan kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk yang telah dibelinya kedapada orang lain.

3. Minat preferensial, merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi.

4. Minat eksploratif, merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat – sifat positif dari produk yang ditanganinya


(39)

2.2.6 Pengaruh Persepsi Terhadap Sikap Konsumen

Menurut Barelson dan Steiner dikutip Kotler ( 1987 : 164 ) persepsi adalah proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan masukan – masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.

Lebih spesifik lagi Leavit ( 1992 : 27 ) menyatakan bahwa persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, “ Bagaimana cara seseorang melihat sesuatu”, sedangkan dalam arti luas yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Assel ( 1995 ) dalam Sodik ( 2003 ) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya ( kemasan, bagian produk, bentuk ) serta komunikasi yang ditunjukan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata – kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk ( harga, tempat, penjualan, dampak dari Negara penjualan ). Informasi yang diperoleh dan diproses konsumen akan membentuk preferensi ( pilihan ) seseorang terhadap suatu objek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu objek, yang pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.

Sehingga dapat diketahui bahwa persepsi tercipta karena adanya sesuatu objek. Objek dapat berupa produk, orang, perusahaan, dan segala


(40)

sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap guna memenuhi kebutuhan untuk melakukan pembelian.

2.2.7 Pengaruh Sikap Konsumen terhadap Minat Beli Konsumen

Dalam penelitian yang telah dilakukan Sukarno ( 2005 : 138 ), sikap memainkan peranan utama dalam pembentukan perilaku individu, dalam hal ini pembelian terhadap suatu produk atau merek konsumen akan secara khas melakukan pemilihan terhadap suatu merek atau produk dievaluasi secara paling menguntungkan. Menurut Kotler ( 2002 ) dalam Sukarno ( 2005 : 139 ), menyatakan sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu objek atau gagasan.

Sedangkan menurut Rositter dan Perey ( 1987 ) dalam Sukarno ( 2005 : 140 ), minat pembelian konsumen adalah “ brand purchase the brand ( or take other relevant purchase-related action)”. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa minat pembelian terhadap suatu merek adalah perintah seseorang pembeli kepada dirinya sendiri untuk membeli sebuah merek produk atau untuk mengambil tindakan lain yang berhubungan dengan pembelian. Untuk membeli sebuah merek produk atau untuk mengambil tindakan lain yang berhubungan dengan pembelian.

Menurut Sutisna ( 2001 : 101 ), pengaruh kepercayaan terhadap sikap dan pengaruh sikap terhadap perilaku secara umum bergantung pada keterlibatan konsumen dengan pembeliannya. Ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi, sikap merupakan dari hirarki


(41)

pengaruh yang menyebabkan keputusan untuk membeli ( pertama konsumen mempunyai kepercayaan terhadap merek, dan kemudian memutuskan apakah membeli atau tidak). Menurut Mowen ( 2002 ) dalam Sukarno ( 2005 : 139 ) menyatakan bahwa kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat oleh konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Dimana kesemuanya itu merupakan bagian dari proses pembelajaran kognitif. Dengan menanamkan suatu kepercayaan atau keyakinan pada diri konsumen maka akan lebih mudah untuk mendapatkan respon atau tanggapan dari usaha pemasar sesuai tujuannya yaitu mempengaruhi konsumen agar membeli produknya.

Pembentukan sikap terhadap merek menurut Burke dan Edell ( 1989) ; Mackenzie, Lutz dan Blech ( 1986 ) dipengaruhi secara langsung oleh persepsi konsumen terhadap produk atau pesan. Sikap terhadap merek diawali oleh proses kognitif yang berkerja terhadap rangsangan. Kemudian akan mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

Menurut Howard (1994) ( Durianto dan Liana, 2004 : 44 ) minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para


(42)

pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar dan ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang.

Menurut Kinnear dan Taylor (1995), ( Thamrin 2003 : 142 ) minat beli adalah merupakan bagian komponen dari perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar – benar dilaksanakan.

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

PERSEPSI

( X1)

MINAT BELI (Y) Sikap

Konsumen (X2)


(43)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga Persepsi berpengaruh positif terhadap Sikap konsumen ponsel Sony Ericsson di Surabaya.

2. Diduga Sikap Konsumen berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen ponsel Sony Ericsson di Surabaya .


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional Variabel

Untuk membatasi faktor – faktor motivasi dan prestasi kerja kedalam pengertian yang sesuai dengan lingkungan penelitian ini maka dikemukan Definisi operasional dan Pengukuran variabel. Tujuannya adalah agar konsep yang digunakan dapat diukur secara empiris, serta menghindari terjadinya kesalahan penafsiran dan pengertian yang berbeda.

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Persepsi (X1)

Persepsi merupakan proses dari seorang konsumen untuk memilih yang nantinya akan memberikan manfaat atau makna baginya.

Indikator variabel ini antara lain :

a. Harga (X11) harga merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan

konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Persepsi harga secara langsung memengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas merek dan akhirnya akan menentukan perilaku pembelian mereka. Konsumen mempunyai harapan tertentu akan harga yang seharusnya.


(45)

b. Kualitas (X12) adalah tingkat karakteristik yang melekat pada

produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan konsumen. c. Pengalaman (X13) adalah peristiwa yang dialami konsumen

terhadap suatu produk, pengalaman baik atau buruk. 2. Sikap Konsumen ( X2)

Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang ponsel Sony Ericsson apakah disukai atau tidak disukai, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari ponsel tersebut.

Dibawah ini adalah indikator dari sikap konsumen menurut Sutisna ( 2001 : 100 ), antara lain :

a. Kepercayaan terhadap merek (X21), Kepercayaan terhadap merek

(kognitif) merupakan pengetahuan dan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek atau produk.

b. Evaluasi merek (X22), Evaluasi merek (afektif) menggambarkan

perasaan dan emosi seseorang yang merupakan evaluasi menyeluruh terhadap merek atau produk.

c. Niatan untuk membeli (X23), Niatan untuk membeli (konatif)

merupakan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seorang konsumen untuk melakukan pembelian.


(46)

3. Minat Beli (Y1)

Minat beli adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli ponsel merek Sony Ericsson atau seberapa besar kemungkinan konsumen berpindah dari merek Sony Ericsson ke merek lainnya. Menurut Ferdinand ( 2002 : 129 ), minat beli dapat diidentifikasi melalui empat indikator yaitu :

Y11 = Minat Transaksional

Merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan pembelian produk.

Y12 = Minat Referensial

Merupakan kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk yang telah dibelinya kepada orang lain.

Y13 = Minat Preferensial

Merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi. Y14 = Minat Eksploratif

Merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat – sifat positif dari produk yang ditanganinya.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekala interval, dengan ukuran nilai 1 – 7. nilai 1 menyatakan buruk dan nilai 7


(47)

menyatakan baik. Penggunaan skala interval dikarenakan skala interval tidak hanya mengelompokan individu menurut kategori tertentu dan menentukan urutan kelompok, namun juga mengukur besaran (magnitude)

perbedaan preferensi antar individu ( Sekaran, 2006 : 18 ).

Sedangkan teknik pengukuran skala yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur variabel adalah skala diferensial semantic ( sematic differential scale), penggunaan skala diferensial simantik (semantic differential scale) karena skala ini dipakai untuk menilai sikap responden terhadap merek, iklan, objek, atau orang tertentu ( Sekaran, 2006 : 32 ).

Sangat tidak Setuju Sangat Setuju

Kesimpulan jawaban dengan nilai antara 1 sampai 3 adalah canderung buruk sedangkan nilai 4 sampai 7 adalah cenderung baik.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi, populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berkunjung di Plasa Marina, Tunjungan Plaza, World Trade Centre (WTC), Sony Ericsson pusat, Surabaya.

b. Sampel, teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel non probabilitas ( Non Probability Sampling)

yaitu penentuan sampel tidak secara acak dengan purposive


(48)

sampling digunakan karena pengambilan sampel dalam penelitian ini terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan karena mereka adalah satu – satunya yang memilikinya atau memenuhi beberapa criteria yang ditentukan oleh peneliti ( Sekaran, 2006 : 136 ). Karakteristik atau kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Seluruh konsumen, peminat yang berkunjung ke Plasa Marina, Tunjungan Plaza, World Trade Centre (WTC), Sony Ericsson Pusat, Surabaya yang ditemui pada saat dilakukan pengambilan sampel oleh peneliti.

2. Batasan usia 13 – 55 Tahun,

Pedoman pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. 100 – 200 sampel untuk teknik Maxium Likehood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang di estimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai 10. Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah antara 100 – 200. Untuk penelitian jumlah sampel yang


(49)

diambil sebanyak

(

10×10

)

=100responden, untuk menghindari outlier, kuesioner yang disebarkan 120 lembar kuesioner.

3.3 Jenis Data

a. Data Primer, data primer yaitu data yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Data primer dapat diperoleh dari responden individu, kelompok fokus dan panel yang secara khusus ditentukan peneliti.

b. Data Sekunder, data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber yang telah ada misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi, analisis industri oleh media, situs web, internet dan sebagainya.

3.4 Pengumpulan Data

a. Kuesioner, pengumpulan data dengan kuesioner membantu untuk membangun hubungan dengan responden ketika memperkenalkan survey, memberikan klarifikasi yang diminta oleh responden langsung ditempat dan mengumpulkan kuesioner segera setelah diisi. Adanya kontak langsung antara peneliti dan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data atau jawaban yang obyektif dan cepat.


(50)

b. Dokumentasi, pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat data, dokumen atau arsip dan mempelajari hal – hal yang diperlukan untuk penelitian.

3.5 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah teknik Structural Equation Modeling ( SEM ). SEM merupakan sekumpulan teknik – teknik statistical yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relative “rumit” secara simultan. ( Ferdinand, 2002 : 06 ). Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model.

Measurement Model atau model pengukuran ditujukan untuk

meninformasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator empirisnya. Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Menurut ( Ferdinand, 2002 : 24 ) untuk membuat permodelan yang lengkap terdapat beberapa langkah yaitu:

1. Pengembangan model berbasis teori, dalam pengembangan model teoritis, seorang peneliti harus melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan.

2. Pengembangan diagram alur untuk menunjukan hubungan kausalitas. Model teoritis yang telah dibangun pada langkah


(51)

pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram ( Diagram alur ). Path diagram ( Diagram alur ) akan mempermudah peneliti melihat hubungan – hubungan kausalitas yang ingin diuji.

3. Konversi diagram alur kedalam serangkaian persamaan structural dan spesifikasi model pengukuran. Peneliti dapat memulai mengkonversi spesifikasi model tersebut kedalam rangkaian persamaan. Persamaan yang akan dibangun terdiri dari:

a. Persamaan struktural ( structural equation ). Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.

b. Persamaan spesifikasi model pengukuran ( measurement

model ). Peneliti menentukan variabel mana mengukut

konstruk mana serta menentukan serangkaian matriks yang menunjukan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk atau variabel.

4. Memilih matrik input dan estimasi model, SEM hanya menggunakan matrik varians / konvarians atau matrik korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang digunakan.

5. Menilai problem identifikasi pada prisipnya adalah problem mengenai ketidak mampuan dari model yang dikembangkan


(52)

untuk menghasilkan yang unik. Problem indentifikasi dapat muncul melalui gejala berikut:

a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.

b. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.

c. Muncul angka – angka yang aneh seperti adanya varians error yang negative.

d. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang di dapat.

6. Evaluasi model, pada langkah ini kesuksesan model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai criteria goodness of fit.

7. Interpretasi dan modifikasi model, menginterpretasikan model dan memodifikasikan model bagi model – model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan.

3.5.1 Confimatory Factor Analysis

Model pengukuran variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini menggunakan Confimatory Factor Analysis. Pada Confimatory Factor

Analysis atau ( CFA ) peneliti menggunakan variabel – variabel yang


(53)

secara langsung. Analisis atas indikator – indikator yang digunakan itu memberi makna atas label yang diberikan pada variabel laten faktor laten yang dikonfirmasi itu.

3.6 Asumsi Model

a. Uji Normalitas dan linearitas. Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data dapat diuji dengan metode – metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas multivarians dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya leneartas. ( Ferdinand, 2002 : 52 ).

b. Outliers, Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai – nilai ekstrem baik secara invarians maupun multivarians yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi – observasi lainnya. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam 4 kategori:


(54)

2. Outliers muncul karena keadaan yang benar – benar khusus yang memungkinkan profil aktanya lain daripada yang lain.

3. Outliers muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebabnya.

4. Outliers dapat muncul dalam mengenali yang ada, tetapi bila dikombinasi dengan variabel lainnya. Kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim atau yang biasa disebut multivariate outliers.

Perlakuaan terhadap outliers dilakukan bergantung pada bagaimana outliers itu muncul. Dalam analisis ini outliers dapat dievaluasi dengan dua cara yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers.

1. Univariate Outlier, deteksi terhdap adanya outliers univariate dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlilers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standart score atau yang biasa disebut Z-score yang mempunyai rata – rata nol dengan standart deviasi sebesar satu. Oleh karena itu kasus atau observasi yang mempunyai Z-score ≥30akan dikategorikan sebagai outliers.


(55)

2. Multivariate Outiers, evaluasi terhdap multivariate outliers perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis ( the Mahalanobis

distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan akan

menunjukan jarak sebuah observasi dari rata – rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional ( Hair dkk, 1995 : Nomusis, 1994 : Tabueric & Fidell 1996) terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat P<0,001. jarak Mahalanobis

itu dievaluasi dengan menggunakan X2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang di gunakan dalam penelitian itu. ( Ferdinand, 2002 : 102 ).

c. Multicolinearity dan Singularity, Multikolinearitas dapat dideteksi dan determinan matriks kovarians. Nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil ( ectremely small ) memberi indikasi adanya problem multikolinearitas atau singularitas.

d. Uji Validitas dan Reliabilitas, validitas berhubungan dengan apakah suatu variabel mengukur apa yang seharusnya diukur. Doll, Xia dan Torkzadeh ( 1994 ) seperti yang dikutip dari Wijanto ( 2008 : 65 ) mendefinisikan cara untuk menguji validitas adalah dengan melihat


(56)

standard factor loading (muatan faktor standar) variabel – variabel teramati (indikator) terhadap veiabel laten (faktor) merupkan estimasi validitas variabel – variabel teramati tersebut. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator – indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana masing – masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk / faktor laten yang umum ( Ferdinand, 2002 : 62 ). Reliabilitas diuji dengan construct reliability dan variance extracted. construct reliability dan variance extracted dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

construct reliability =

(

)

(

stdloading

)

j

stdloading ε ∑ + ∑

2 2

Variance extracted =

(

)

(

stdloading

)

j

stdloading ε ∑ + ∑

2 2

Hair et.al ( 1998) menyatakan bahwa sebuah konstruk mempunyai reliabitas yang baik adalah jika:

 Nilai Construct Reliability ( CR ) nya ≥ 0,70  Nilai Variance Extracted ( VE ) nya ≥ 0,50


(57)

3.7 Pengujian Model dengan One Step Approach

Salah satu keunggulan dari SEM dibanding metode regresi akan metode multivariate yang lain adalah penerapan prosedur SEM secara sekaligus terhadap sebuah model hybrid / full SEM ( kombinasi antara model pengukuran dan model struktural ). Penerapan prosedur SEM ini dikenal sebagai One Step Approach ( Wijanto, 2008 : 68 ).

3.7.1 Pengujian Model dengan Two Step Approach

Permodelan SEM juga dapat dilakukan dengan pendekatan dua langkah ( two step approach ) yaitu pertama mengembangkan model pengukuran dan kedua adalah model structural. Hal ini karena

measurement model dilakukan untuk menghasilkan penilaian mengenai

validitas konvergen ( convergent validity ) dan validitas diskriminan (

discriminate validity) sedangkan model struktural menyajikan penilaian mengenai validitas prediktif ( predictive validity) ( Ferdinand, 2002 : 24 ).

3.8 Evaluasi Model

Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistic tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model ( Hair et al, 1995 ; Joreskog & Sorbom, 1989; long, 1983; Tabachnick & Fidell, 1996). Umumnya terdapat berbagai jenis pit indek yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data yang disajikan. Dibawah ini adalah indeks kesesuaian dan cut off value yang digunakan


(58)

dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau tolak. Indek tersebut antara lain :

1. X2 -

Chi Square Statistic, chi square bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Model yang diuji dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi squarenya rendah. Atau dengan kata lain peneliti berusaha memperoleh nilai X2 yang rendah yang menghasilkan significance level lebih besar atau sama dengan 0,05 ( P ≥ 0,05 ). Semakin kecil nilai X2semakin baik model itu ( karena dalam uji beda chi square X2= 0 berarti benar – benar tidak ada perbedaan Ho diterima ) dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar P > 0,05 atau p > 0,10

2. RMSEA ( The Roof Mean Square Error Of Approximation ),

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi square statistic dalam sampel yang besar ( Baum gartner & Hamburg, 1996 ). Nilai RMSAE yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom ( Brown & Cudeck, 1993 ).

3. GFI ( Goodness Of Fit index ), indeks kesesuaian ( fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dan varians dalam


(59)

matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan ( Benher,1983; Tanaka & Huba, 1989 ). Nilai GFI berkisar antara 0 ( poor fit) sampai (

perfect fit ) dan nilai GFI ≥ 0,90 merupakan good fit ( kecocokan yang baik ), Sedangkan 0,80 ≤ GFI < 0,90 seiring disebut sebagai marginal fit. ( Wijanto, 2008 : 53 )

4. AGFI (Adjusted Goodnees Of Fit Indexs), tingkat penerimaan yang di rekomendasikan adalah nilai AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks & kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik good overall model fit ( baik ) sedangkan besaran nilai antara 0,90 – 0,95 menunjukan tingkatan cukup adequate ( Hulland et al, 1996).

5. CMIN/DF, The minimum sample discrepancy function ( CMIN ) dibagi dalam degree of freedomnya akan menghasilkan indek CMIN/DF. Dalam hal lain adalah statistik chi square X2 dibagi DF nya sehingga disebut X2 relatif. Nilai X2 relatif kurang dari 20 atau bahkan kadang kurang dari 30 adalah indikasi dari


(60)

6. TLI ( Tucker Lewis Indexs), TLI adalah sebuah alternatif

incremental fit indexs yang membandingkan sebuah model

yang diuji terhadap sebuah baseline model ( Bavengartner & Hamburg, 1996 ). Nilai yang di rekomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 ( Hair dkk, 1995 ) dan nilai yang sangat mendekati / atau menunjukan a very good fit ( Arbuckle, 1997 ).

7. CFI ( Comparative Fit Indexs) besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi a very good fit ( Arbuckle, 1997 ). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95. keunggulan dari indeks ini adalah bahwa indeks ini besaranya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model ( Hulland et al, 1996 : 35 )


(61)

Tabel 3.1 Tabel Goodness Of Fit Indexs

Goodness Of Fit Indexs

Keterangan Cut Off Value

X2- Chi Square Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample ( apakah model sesuai dengan data)

Di harapkan kecil dan sampai dengan 5 atau paling baik antara 1 & 2

Probability Uji signifikasi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matrik covariance yang diestimasi

Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan chi Square pada

sample besar

≤ 0,08

GFI Menggitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance ( populasi yang diestimasi ) ( analog dengan R2dalam regresi berganda)

≥ 0,09

AGFI GFI yang disesuaikan dengan DF ≥ 0,90


(62)

TLI Perbandingan antara model yang diuji terhadap baseline model

≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitif

terhadap besaran sampel dan keunikan

≥ 0,95


(63)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Hasil Penelitian

4.1.1. Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah ini.

a.Jenis Kelamin

Dari 120 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 65 55%

2 Wanita 55 45%

120 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden peminat handphone Sony Ericsson, 55% Laki – laki dan 45 % wanita.


(64)

b. Usia

Dari 120 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui usia para responden yaitu pada table dibawah ini. Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 13-22 47 39%

2 23-32 35 29%

3 33-42 26 22%

4 43-52 7 6%

5 53-62 5 4%

Total 120 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

Tabel karakteristik responden berdasarkan tingkat usia menunjukkan para konsumen atau peminat Sony Ericsson Surabaya adalah sebagai berikut 13-22 tahun yaitu 47 responden atau 39%, dan 23-32 tahun ada 35 responden atau 29%, dan 33-42 tahun ada 26 responden atau 22%, dan 43-52 tahun ada 7 responden atau 6%, dan 53-62 tahun ada 5 responden atau 4%.


(65)

4.1.2 Deskripsi Perception

Tabel 4.3 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai persepsi.

No Pertanyaan Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7

1 Harga 0 0 14 29 48 27 2 120

0% 0% 11.7% 24.2% 40 % 22.5% 1.7% 100%

2 Kualitas 0 0 8 26 48 35 3 120

0% 0% 6.7% 21.7% 40% 29.2% 2.5% 100%

3 Pengalaman 0 0 12 24 43 40 1 120

0% 0% 10% 20% 35.8% 33.3% 0.8% 100%

Sumber

1. Indikator pertama dari persepsi, yaitu harga tentang Sony Ericsson mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 48 responden atau 40%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 29 responden atau 24.2%. Artinya responden menjawab setuju sebesar 48 responden atau 40% dan cukup setuju sebanyak 29 responden atau 24.2%, dan yang menjawab kurang setuju 14 responden atau 11.7%.

: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dijelaskan sebagai berikut:

2. Indikator kedua dari persepsi, yaitu kualitas tentang Sony Ericsson mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 48 responden atau 40%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 35 responden atau 29.2%. Artinya responden menjawab setuju sebesar


(66)

48 responden atau 40% dan setuju sekali sebanyak 35 responden atau 29.2%, dan yang menjawab kurang setuju 8 responden atau 6.7%.

3. Indikator ketiga dari persepsi, yaitu pengalaman tentang Sony Ericsson mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 43 responden atau 35.8%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 40 responden atau 33.3%. Artinya responden menjawab setuju sebesar 43 responden atau 35.8% dan setuju sekali sebanyak 40 responden atau 33.3%, dan yang menjawab kurang setuju 12 responden atau 10%.

4.1.3 Deskripsi Customer Attitude

Tabel 4.4 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Sikap Konsumen.

No Pertanyaan Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7

1 Kepercayaan terhadap

merek (Kognitif)

0 0 8 25 49 34 4 120

0% 0% 6.7% 20.8% 40.8 % 28.3% 3.3% 100%

2 Evaluasi merek (afektif) 0 0 5 28 42 37 8 120

0% 0% 4.2% 23.3% 35% 30.8% 6.7% 100%

3 Niatan untuk membeli

(Konatif)

0 0 11 27 42 33 7 120

0% 0% 9.2% 22.5% 35% 27.5% 5.8% 100%

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dijelaskan sebagai berikut:

1. Indikator pertama dari Sikap konsumen, yaitu Kognitif ( kepercayaan kedapada merek ), mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan


(67)

jumlah responden sebanyak 49 responden atau 40.8%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 34 responden atau 28.3%. Artinya responden menjawab setuju sebesar 49 responden atau 40.8% dan setuju sekali sebanyak 34 responden atau 28.3%, dan yang menjawab kurang setuju 8 responden atau 6.7%.

2. Indikator kedua dari Sikap konsumen, yaitu evaluasi merek (Afektif), mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 42 responden atau 35%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 37 responden atau 30.8%. Artinya responden menjawab setuju sebesar 42 responden atau 35% dan setuju sekali sebanyak 37 responden atau 30.8%, dan yang menjawab kurang setuju 5 responden atau 4.2%.

3. Indikator ketiga dari Sikap konsumen, yaitu Konatif ( maksud untuk membeli ), mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 42 responden atau 35%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 33 responden atau 27.5%. Artinya responden menjawab setuju sebesar 42 responden atau 35% dan setuju sekali sebanyak 33 responden atau 27.5%, dan yang menjawab kurang setuju 11 responden atau 9.2%.


(68)

4.1.4 Deskripsi Purchase intention

Tabel 4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Minat Beli.

No. Pertanyaan Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7

1. Minat

Transksional 0 0% 0 0% 18 15% 29 24.2% 41 34.2% 26 21.7% 6 5% 120 100% 2. Minat

Referensial 0 0% 0 0% 18 15% 27 22.5% 40 33.3% 30 25% 5 4.2% 120 100% 3. Minat

Preferensial 0 0% 0 0% 27 22.5% 39 32.5% 35 29.2% 18 15% 1 0.8% 120 100% 4. Minat

Ekploratif 0 0% 0 0% 12 10% 18 15% 39 32.5% 41 34.2% 10 8.3% 120 100% Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dijelaskan sebagai berikut:

1. Indikator pertama dari Minat Beli, yaitu Minat Transaksional, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 41 responden atau 34.2%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 29 responden atau 24.2%. Artinya responden menjawab setuju sebesar 41 responden atau 34.2% dan cukup setuju sebanyak 29 responden atau 24.2%, dan yang menjawab kurang setuju 18 responden atau 15%.

2. Indikator kedua dari Minat Beli, yaitu Minat Refensial, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 40


(69)

responden atau 33.3%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 30 responden atau 25%. Artinya responden menjawab setuju sebesar 40 responden atau 33.3% dan setuju sekali sebanyak 30 responden atau 25%, dan yang menjawab kurang setuju 18 responden atau 15%.

3. Indikator ketiga dari Minat Beli, yaitu Minat Preferensial, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 39 responden atau 32.5%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 35 responden atau 29.2%. Artinya responden menjawab cukup setuju sebesar 39 responden atau 32.5% dan setuju sebanyak 35 responden atau 29.2%, dan yang menjawab kurang setuju 27 responden atau 22.5%.

4. Indikator keempat dari Minat Beli, yaitu Minat Ekploratif, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 41 responden atau 34.2%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 39 responden atau 32.5%. Artinya responden menjawab setuju sekali sebesar 41 responden atau 34.2% dan setuju sebanyak 39 responden atau 32.5%, dan yang menjawab kurang setuju 12 responden atau 10%.


(70)

4.2 Analisis Data

4.2.1. Evaluasi Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi

dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah

variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut :


(1)

73

akan dijadikan langganan, konsumen akan secara khas melakukan

pemilihan terhadap satu merek atau produk dievaluasi secara paling

menguntungkan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang

dikemukakan oleh setiadi ( 2003 : 214 ), yang berpendapat bahwa sikap

merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar

untuk memahami konsumen. Jika kita analogikan dengan sikap konsumen

terhadap suatu merek berarti sikap terhadap merek yaitu mempelajari

kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi

ataupun tidak disenangi secara konsisten, yang artinya jika konsumen

senang terhadap handphone Sony Ericsson maka keinginan untuk membeli

handphone Sony Ericsson tersebut akan semakin tinggi.


(2)

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk

menguji peran

Persepsi terhadap sikap konsumen dan sikap konsumen

terhadap minat beli (

Studi pada Sony Ericsson Surabaya), maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

a.

Hasil analisis Persepsi berpengaruh positif terhadap Faktor sikap

konsumen, dapat diterima.

b.

Hasil analisis Sikap konsumen berpengaruh positif terhadap Faktor

Minat beli, dapat diterima.

5.2 Saran

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa

saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam

pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:

1.

Pengalaman konsumen berpengaruh besar dalam pembentukan

hubungan pada sikap konsumen, jadi hendaknya perusahaan dapat

tetap memberikan produk yang terbaik untuk konsumennya

sehinga konsumennya memiliki pengalaman baik dengan produk

tersebut.

2.

Pihak perusahaan selaku produsen bisa tetap menjaga kepercayaan

konsumennya terhadap produk - produk yang di keluarkan.


(3)

75

3.

Perusahaan sebaiknya meningkatkan kualitas pelayaan dengan cara

memberikan pelatihan kepada karyawan tentang reparasi produk,

kedisiplinan, mengahadapi konsumen. Dengan pelayanan baik

maka konsumen akan makin percaya terhadap produk/ merek

tersebut.

4.

sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar

menggunaka variabel lain atau variabel tambahan yang belum

ditampilkan dalam penelitian yang diduga mempunyai hubungan

dengan minat beli seperti, loyalitas, periklanan, pengenalan merek.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. St ruct ural Equat ion Modeling in Pract ice : A Review and Recom m ended Two- St ep Approach, Psycological Bullet in. 103 ( 3) : 411- 23.

Anngipora, Marius P., 1999, Dasar – Dasar Pemasaran. Edisi kedua, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Assael, Henry, 2001, Consumer Behavior and Marketing Action. Singapura, Thomson learning.

Bellenger, Danny N. and Moschis, George P. 1982.”A Socialization Model Of Retail Patronage”. Advance In Consumer Research.

Bent ler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Pract ical I ssue in St ruct ural Modeling, Sociological Met hods and Research. 16 ( 1) : 78- 117

Dewi Urip Wahyuni. “ Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” Di Kawasan Surabaya Barat”. Kata Kunci: Motivasi, Persepsi, Sikap Konsumen dan Keputusan Pembelian.

Ferdinand, August y [ 2002] , St ruct ural Equat ion Modeling Dalam Penelit ian Manaj em en, Penerbit BP Undip, Sem arang.

Hair, J.F. et. Al. (1998), Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Hart line, Michael D. and O.C. Ferrell [ 1996] , “ The Managem ent of Cust om er-Cont act Serv ice Em ployees : An Em pirical I nvest igat ion” , Journal of Market ing. 60 ( 4) : 52- 70.

Hotniar Siringoringo, Basu Swastha Dharmmesta, Toto Sugiharto, “Model Pengaruh Persepsi Akan Toko Ritel Modern Pada Pengalaman Berbelanja” Kata Kunci: Konsumen, Model Struktural, Kebutuhan Sehari-hari, Variabel laten, Variabel manifest.

Kotler Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Melenium, Prehalindo, Jakarta. ___________. Manajemen Pemasaran : Analisa Perencanaan Implementasi dan

Kontrol. Pt Prenhalindo, Jakarta 1997.

___________. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan dan Pengendalian. 2000.


(5)

Kotler Philip dan Gary Armstrong, 1992, Dasar – Dasar Pemasaran, Terjemahan Wilhelmus W. Bakowatun, Penerbit Midas Surya Grafindo, Jakarta.

Nazir, 1998, Pengantar Metode Statistika cetakan ke sembilan, Lembaga Penelitian pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan sosial, Jakarta.

Purwant o, BM, 2003. Does Gender Moderat e t he Effect of Role St ress on Salesperson's I nt ernal St at es and Perform ance ? An Applicat ion of Mult igroup St ruct ural Equat ion Modeling [ MSEM] , Jurnal Manaj em en, Akunt ansi dan Ekonom i Pem bangunan, Bulet in Ekonom i FE UPN " Vet eran" Yogyakart a. 6 ( 8) : 1- 20

Sekaran, Uma, 2000, Research Methods For Business Buku 2 Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta.

Setiadi, Nugroho J., 2003, Perilaku Konsumen : Konsep dan Imlpikasi Untuk Strategi dan Penelitaan Pemasaran. Edisi Pertama, Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Sukarno, Gendut, 2005,”Penggunaan Consumer Decision Model (CDM) Dalam Pengukuran Efektifitas Iklan Shampo Merek Pantene”, Majalah Ekonomi, Tahun XIV, No. 2, Agustus, Hal. 134-149.

Sumarwan, Ujang, 2002, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

Stephen P. Robbinss, 2003, Perilaku Organisasi, Jilid Satu, Edisi kesembilan, Penerbit Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta

Swastha, Basu dan Irwan,1990, Manajemen Pemasaran Moderen. Edisi kedua, Penerbit Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.

Sweeney, Jillian C and Souter, Geoffrey N., 2002, “Consumer Perceived Value : The Development Of Multiple ItemScale”.

Tabachnick B.G. and Fidel, L.S., 1996, Using Mult ivariat e St at ist ics, Third Edit ion, Har per Collins College Publisher, New York.

Ujianto Abdurachman, “ Analisis Faktor – Faktor Yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung”(Studi Perilaku Konsumen Sarung Jawa Timur). Kata Kunci : Minat Beli, Faktor yang Dipertimbangkan, Konsumen Sarung.


(6)

Umar Husein, 2003, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wardoyo.” Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Pada Iklan Flexy”, (Studi Pada Masyarakat Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten). Kata Kunci: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Pada Iklan Flexy.