e. keberadaannya tidak dibatasi jangka waktunya dan tidak lagi dihubungkan
dengan eksistensi dari pemegang sahamnya; f.
pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para pengurus direksi, dewan kemisaris dan atau pemegang saham tidak
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Selain ciri-ciri di atas, suatu perseroan terbatas sebagai suatu bentuk modern
corporation memiliki setidak-tidaknya karakteristik tambahan sebagai berikut:
99
a. kepemilikannya diwadahkan dalam bentuk saham-saham yang dapat dengan
mudah dipindahtangankan atau dialihkan kepada siapapun juga, b.
mempunyai masa hidup yang abadi dengan jangka waktu pendirian yang tidak ditentukan lamanya, yang tidak digantungkan pada masa hidup pemegang
sahamnya, c.
sifat tanggung jawab yang tidak hanya terbatas pada pemegang saham, tidak hanya untuk tanggung jawab perdata melainkan juga tanggung jawab atas
suatu tindak pidana yang dilakukan oleh perseroan terbatas. Di samping itu dikenal juga pertanggungjawaban terbatas terhadap para pengurusnya.
2. Perusahaan Grup
Para pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan usaha tidak jarang melakukan pemecahan usahanya melalui pembentukan beberapa perusahaan atau
perseroan terbatas. Dalam keadaan tersebut, dapat terjadi suatu tatanan sejumlah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang secara yuridis merupakan
beberapa subyek hukum yang mandiri yang tidak ada hubungannya satu sama lain separate legal entity, namun dari segi ekonomis sebenarnya merupakan satu
99
Ibid, hal. 11
Universitas Sumatera Utara
kesatuan ekonomis.
100
Indonesia belum memiliki peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mengenai perusahaan grup. Kerangka pengaturan terhadap perusahaan grup
di Indonesia masih menggunakan pendekatan perseroan tunggal. UUPT tidak memberikan pengakuan yuridis terhadap perusahaan grup, akan tetapi UUPT telah
memberikan legitimasi bagi munculnya realitas kelembagaan perusahaan grup. UUPT memberikan legitimasi kepada suatu perseroan untuk memperoleh atau
memiliki saham pada perseroan lain melalui otorisasi kepada suatu perseroan untuk melakukan perbuatan hukum berupa pendirian perseroan lain, pengambilalihan
saham, ataupun pemisahan usaha. Dengan demikian, UUPT telah memberikan legitimasi bagi munculnya realitas kelembagaan perusahaan grup yang
dikonstruksikan oleh adanya keterkaitan antara induk dan perusahaan anak melalui kepemilikan saham induk pada perusahaan anak. Hal ini berimplikasi kepada adanya
kepemilikan perusahaan induk atas saham perusahaan anak melalui berbagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan.
Tatanan perseroan terbatas itulah yang disebut dengan perusahaan grup.
101
Menurut Emmy Pangaribuan, perusahaan grup merupakan gabungan atau susunan perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang satu sama lain
terkait begitu erat sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomi yang tunduk kepada
100
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 63-64
101
Sulistiowati, Op. Cit., hal. 5
Universitas Sumatera Utara
suatu pimpinan perusahaan induk sebagai pimpinan sentral.
102
Perusahaan grup biasanya terjadi dikarenakan suatu perusahaan melebarkan sayapnya dengan
membentuk anak-anak perseroan untuk suatu usaha tertentu, baik di luar negeri meupun di dalam negeri.
103
Perusahaan grup yang beranggotakan badan hukum mandiri merupakan konsekuensi logis celah hukum yang ditimbulkan oleh perbedaan antara aspek yuridis
dan realitas bisnis perusahaan grup. Perbedaan antara aspek yuridis dan realitas bisnis perusahaan grup ini disebabkan oleh masih dipertahankannya pengakuan yuridis
terhadap status badan hukum induk dan perusahaan anak sebagai subjek hukum mandiri, walaupun realitas bisnis perusahaan grup mengacu kepada suatu kesatuan
ekonomi. Oleh karena itu, pengertian perusahaan grup mengacu kepada gabungan atau susunan perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri yang dipandang
sebagai induk dan perusahaan anak yang terkait satu sama lain begitu erat sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomi yang tunduk kepada suatu pimpinan suatu
perusahaan induk sebagai pimpinan sentral.
104
Berdasarkan segi variasi usahanya, suatu perusahaan grupkelompok dapat dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:
105
a. Grup usaha vertikal
Jenis-jenis usaha dari masing-masing perusahaan dalam perusahaan grup vertikal ini satu sama lain masih tergolong serupa, yang berbeda hanya terletak
102
Emmy Pangaribuan, dalam Sulistiowati, Ibid., hal. 20
103
Rochmat Soemitro, Penuntun: Perseroan Terbatas Dengan Undang-Undang Pajak Perseroan, Bandung: PT. Eresco, 1979, hal. 55
104
Sulistiowati, Op. Cit., hal. 4
105
Munir Fuady, I, Op. Cit., hal. 89-91
Universitas Sumatera Utara
dari bagian atau mata rantainya saja. Misalnya dalam satu perusahaan grup ada perusahaan anak yang menyediakan bahan baku, ada perusahaan anak lain yang
memproduksi bahan setengah jadi, bahan jadi, bahkan ada juga yang bergerak di bidang ekspor-impor. Jadi, dalam perusahaan grup vertikal ini, suatu grup
atau kelompok usaha menguasai suatu jenis produksi dari hulu ke hilir. Skema untuk perusahaan grup usaha vertikal yaitu sebagai berikut:
Perusahaan grup usaha vertikal
A1 A2
A3 I
A4
Keterangan: I : Perusahaan induk Perusahaan Holding
A : Perusahaan anak
b. Grup usaha horisontal
Bisnis yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan anak dalam perusahaan grup horisontal berbeda dan tidak ada kaitannya satu sama lain. Misalnya ada
satu perusahaan anak yang bergerak di bisnis properti, ada yang memproduksi bahan makanan, pabrik kelapa sawit, alat-alat kosmetik, dan sebagainya. Skema
untuk perusahaan grup usaha horisontal yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan Grup Usaha Horisontal
I
A1 A2
A3 A4
c. Grup usaha kombinasi
Pada perusahaan grup usaha kombinasi, terdapat penggabungan karakteristik dari grup usaha vertikal dan horisontal, dimana jika dilihat dari segi bisnis
perusahaan anaknya ada yang saling terkait dalam satu mata rantai produksi dari hulu ke hilir, dan ada juga perusahaan anak yang bergerak dalam bisnis
yang berbeda dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan bisnis perusahaan anak yang lainnya. Skema untuk perusahaan grup usaha kombinasi ini yaitu
sebagai berikut:
Perusahaan Grup Usaha Kombinasi
A1 A2
A3 I
A4
A5 A6
A7 A8
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya, terdapat dua alasan utama mengapa perusahaan grup dibentuk atau dikembangkan. Kedua alasan tersebut yaitu sebagai berikut:
106
1. Upaya mengakomodasi peraturan perundang-undangan
Pembentukan atau pengembangan perusahaan grup dapat terjadi karena adanya upaya untuk mengakomodasi peraturan perundang-undangan. Peraturan
perundang-undangan yang mendorong kepada pembentukan perusahaan grup di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a.
Perintah peraturan perundang-undangan Perintah peraturan perundang-undangan yang berimplikasi kepada
terbentuknya perusahaan grup biasanya melibatkan kepentingan ekonomi pengelolaan kekayaan negaradaerah dari badan usaha milik negara atau
daerah. Peraturan perundang-undangan ini memuat ketentuan yang didorong oleh kepentingan bisnis dari penyertaan modal pemerintah. Tujuan
pembentukan perusahaan grup adalah untuk meningkatkan efisiensi ataupun daya saing badan usaha yang bersangkutan.
Peraturan perundang-undangan yang berimplikasi kepada terbentuknya perusahaan grup antara lain terdapat pada peraturan-peraturan sebagai
berikut. 1
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1960 tentang Nasionalisasi Semarangsche Stoomboot En Prauwen Veer S.S.P.V. dan Semarang
Veer yang berimplikasi kepada terbentuknya perusahaan grup melalui pemisahan usaha. S.S.P.V. sebagai holding company yang memegang
seluruh saham-saham dari N.V. Semarang Veer dan N.V. Semarang Dock Works. Pembentukan holding company S.S.P.V.P. dicapai melalui
pemisahan usaha.
2 Surat Menteri Keuangan No. 5-326MK.0161995 mengenai konsolidasi
tiga pabrik semen milik Pemerintah, yaitu PT. Semen Tonasa, PT. Semen Padang, dan PT. Semen Gresik. Konsolidasi terhadap ketiga
pabrik semen milik Pemerintah tersebut berimplikasi kepada terbentuknya Grup Semen Gresik yang terdiri dari PT. Semen Gresik
sebagai perusahaan induk, sedangkan PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Padang sebagai perusahaan anak.
3 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1997 mengenai pengalihan
kepemilikan seluruh saham Pemerintah pada industri pupuk PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk.,
dan PT. Petrokimia Gresik yang dialihkan kepemilikannya kepada PT. Pupuk Sriwidjaja Persero.
106
Sulistiowati, Op. Cit., hal. 64
Universitas Sumatera Utara
b. Adanya respon dari pelaku usaha terhadap escape claused dalam peraturan
perundang-undangan. Terjadinya pembentukan atau pengembangan perusahaan grup juga dapat
terjadi dikarenakan adanya respon pelaku usaha terhadap escape claused aturan pengecualian yang terdapat di dalam suatu peraturan perundang-
undangan. Dalam hal ini, biasanya peraturan perundang-undangan yang di dalamnya terdapat escape claused merupakan peraturan perundang-
undangan yang bersifat sektoral yang hanya mengatur sektor usaha atau industri tertentu saja. Dengan demikian, perusahaan grup dibentuk untuk
menghindari pembatasan yang dipersyaratkan oleh suatu ketentuan perundang-undangan.
Contoh dari peraturan perundang-undangan yang berimplikasi terhadap terbentuknya perusahaan grup antara lain sebagai berikut:
107
1 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Migas
UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi UU Migas ada mengatur tentang dua ketentuan yang melarang atau membatasi suatu
badan usaha untuk menjalankan lebih dari satu kegiatan usaha migas sebagaimana yang dimaksud di dalam UU Migas, kecuali kegiatan
usaha tersebut dijalankan melalui konstruksi perusahaan grup. Ketentuan-ketentuan yang memuat mengenai aturan pengecualian
escape claused tersebut antara lain: a
Pasal 10 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang terkait dengan larangan bagi suatu
badan usaha untuk menjalankan kegiatan usaha hulu dan hilir migas secara bersamaan. Pada pasal tersebut, klausula tentang aturan
pengecualian atau escaped clause terdapat pada Memori Penjelasan Pasal 10 ayat 1 dan ayat 2 tersebut. Memori Penjelasan Pasal 10
ayat 1 menyatakan bahwa dalam hal badan usaha melakukan kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir secara bersamaan harus
membentuk badan hukum yang terpisah, antara lain secara holding company. Dengan demikian, badan usaha atau bentuk usaha tetap
yang melakukan kegiatan usaha hulu dilarang melakukan kegiatan usaha hilir, kecuali kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir
dilakukan oleh badan hukum yang terpisah, antara lain secara holding company.
b Pasal 13 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Migas yang terkait dengan pembatasan pengusahaan wilayah kerja migas. Pasal 13 ayat 1 UU No. 22
Tahun 2001 tentang Migas menyatakan bahwa kepada setiap badan usaha atau bentuk usaha tetap hanya diberikan satu wilayah kerja.
Selanjutnya Pasal 13 ayat 2 menyatakan bahwa dalam hal badan
107
Ibid, hal. 65-69
Universitas Sumatera Utara
usaha atau bentuk badan usaha tetap mengusahakan beberapa wilayah kerja, maka harus dibentuk badan hukum yang terpisah
untuk setiap wilayah kerja. Tujuan pembatasan dalam Pasal 13 tersebut terdapat pada Memori Penjelasan Pasal 13 ayat 2 yang
menyatakan bahwa ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari dilakukannya konsolidasi pembebanan dan atau pengembalian biaya
eksplorasi dan eksploitasi suatu wilayah kerja dengan wilayah kerja yang lain. Memori Penjelasan Pasal 13 ayat 2 dalam hal ini
mempertegas mengenai tujuan pendirian badan usaha baru yang selanjutnya menjadi perusahaan anak, dengan tujuan untuk
mencegah pembebanan dan atau pengembalian biaya eksplorasi dan eksploitasi suatu wilayah kerja serta pembagian penerimaan antara
pemerintah pusat dengan masing-masing pemerintah daerah yang terkait dengan wilayah kerja yang dimaksud.
2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 816PBI2006
Peraturan Bank Indonesia Nomor 816PBI2006 memuat ketentuan tentang escape clause yang dapat menyebabkan terjadinya pembentukan
bank hoding company. Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia No. 816PBI2006 memuat mengenai tujuan pembentukan bank holding
company yaitu badan hukum yang dibentuk dan atau dimiliki oleh pemegang saham pengendali untuk mengonsolidasikan dan
mengendalikan secara langsung seluruh aktivitas bank-bank yang merupakan perusahaan anaknya.
Pasal 3 ayat 1 Peraturan Bank Indonesia No. 816PBI2006 menyatakan bahwa sejak mulai berlakunya Peraturan Bank Indonesia
ini, pihak-pihak yang telah menjadi pemegang saham pengendali pada lebih dari satu bank wajib melakukan penyesuaian struktur kepemilikan,
antara lain: a
mengalihkan sebagian atau seluruh kepemilikan saham pada salah satu atau lebih bank yang dikendalikan kepada pihak lain sehingga
yang bersangkutan hanya menjadi pemegang saham pengendali pada satu bank; atau
b melakukan merger atau konsolidasi atas bank-bank yang
dikendalikan; atau c
membentuk perusahaan induk di bidang perbankan bank holding company, dengan cara:
1 mendirikan badan hukum baru sebagai bank holding company,
atau 2
menunjuk salah satu bank yang dikendalikannya sebagai bank holding company.
Dengan demikian, ketentuan yang mendorong pembentukan bank holding company terdapat pada Pasal 3 ayat 1 huruf c Peraturan Bank
Universitas Sumatera Utara
Indonesia No. 816PBI2006, dengan tujuan untuk mencegah adanya pihak-pihak yang menjadi pemegang saham pengendali pada lebih dari
satu bank.
2. Strategi perusahaan untuk memperoleh manfaat ekonomi konstruksi perusahaan
grup Alasan lain yang dapat mengakibatkan terjadinya pembentukan atau
pengembangan perusahaan grup yaitu bagian dari strategi perusahaan grup untuk memperoleh manfaat ekonomi atas pembentukan atau pengembangan
perusahaan grup. Suatu perusahaanperusahaan grup dalam kegiatan bisnisnya melakukan ekspansi usaha atau memperkuat posisi strategik di pasar dengan
melakukan integrasi vertikalhorisontal atau diversifikasi usaha yang bekerja sama dengan perusahaan lain, baik yang melalui pengambilalihan saham, kerja
sama operasi, serta joint venture maupun mengalokasikan sebagian kegiatan usaha melalui pendirian perusahaan anak atau pemisahan usaha.
108
Pembentukan perusahaan grup lazim diadakan dengan tujuan agar dapat diselenggarakan penguasaan ekonomis dalam skala yang lebih besar,
menghilangkan kompetisi atau untuk menjamin stabilitas penyediaan bahan yang lebih kontinu. Hal demi terjaminnya ketersediaan bahan baku dapat dilihat
dari jenis usaha masing-masing perusahaan atau perseroan terbatas dalam kelompok yang bersangkutan, yaitu jika jenis usahanya ada pertalian yang
vertikal yang memiliki ketergantungan antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lain. Misalnya pabrik sepatu dengan pabrik kulit dan pabrik
lem atau antara pabrik karton kemasan dengan percetakan etiket.
109
Alasan ekonomi pembentukan perusahaan grup tidak dapat terlepas dari adanya kepentingan bisnis ataupun strategi korporasi terhadap bidang usaha
yang dimasuki oleh perusahaan grup yang bersangkutan, terutama dalam
108
Ibid, hal. 69
109
Rudhi Prasetya, Op. Cit., hal. 65
Universitas Sumatera Utara
mendukung penciptaan nilai tambah perusahaan melalui sinergi dari beberapa perusahaan serta upaya perusahaan mencapai keunggulan kompetitif yang
melebihi perusahaan lain.
110
Selain itu, kepentingan bisnis perusahaan untuk mendayagunakan dana-dana yang telah dikumpulkan dalam jangka panjang
juga merupakan alasan pembentukan perusahaan grup.
111
Selain itu, alasan ekonomi pembentukan perusahaan grup antara lain juga meliputi upaya mendorong proses penciptaan nilai, mensubstitusi defisiensi
manajemen di perusahaan-perusahaan anak, mengoordinasikan langkah untuk menembus akses ke pasar internasional, mencari sumber pendapatan yang lebih
murah, mengalokasikan modal dan melakukan investasi yang strategis, dan mengembangkan kemampuan manajemen puncak. Dengan demikian, tujuan
utama dari pembentukan perusahaan grup, baik dari alasan peraturan perundang-undangan maupun strategi ekonomi, pada dasarnya adalah demi
memperoleh manfaat ekonomi atas tergabungnya perusahaan induk dan perusahaan anak.
112
3. Perusahaan induk